Bab 19_ Pengejaran

"Sialan! Aku Cleret sang panglima api hitam!", protes sosok tangan yang mencengkeram pundak Jampi.

" Ha, Cleret? Ono cleret tibo nyemplung, liriknya turi putih? Perasaan putih, bukan hitam", spontan Jampi menjawab.

"Sialan kau bocah! Rasakan ini!", pekik Cleret menampar wajah Jampi.

Wush

Jampi berhasil menghindari tamparan itu. Segera, ia menarik pedang semar mesem dan balas menebas tangan itu.

Clang clang clang

Terlihat percikan api. Tangan pucat itu nampak tergores karena hantaman pedang. Namun, berkali-kali Jampi terhuyung karena efek benturan.

" Wah, tangan doang bisa sekuat ini", batin Jampi yang membandingkan dengan kekuatan monster batu tadi.

"Jangan melawan atau sukma ketiga keluargamu takkan kembali selamanya", ancam Cleret yang masih kelelahan setelah melawan Bronto.

" Halah, pasti akal-akalan saja. Kalau aku tak melawan pun, kalian pasti takkan mengembalikan ketiga sukma keluargaku", jawab Jampi dengan tetap teguh menggenggam pedangnya. Baginya, hidup mati diatur sang maha pencipta. Lebih baik dia berusaha merebut kembali ketiganya. Entah berhasil atau tewas semua pun, itu ada di tangan Tuhan.

"Oh, bagus lah, bersiap lah untuk berpamitan dengan duniamu tanpa kuburan!", ancam Cleret. Kini, nampak wujud Cleret yang berjubah hitam.

" Oh, kamu ternyata. Pengecut! Main serang tanpa aba-aba", ejek Jampi untuk menenangkan mentalnya yang sebenarnya ketakutan.

Cleret tak mau banyak bicara, wujudnya berubah menjadi tombak hitam. Namun ujungnya masih bengkok dan sedikit memerah karena belum pulih sepenuhnya.

"Waduh! Jadi tombak?", benak Jampi bersiap menangkis serangan atau menghindar. Ia tak tahu bagaimana mengayunkan pedang dengan benar karena belum belajar sedikit pun tentang ilmu pedang.

Slash slash slash

Tiga luka muncul di kedua lengan Jampi. Ia tak bisa mengelak sedikit pun. Kecepatan Cleret jauh melebihi reflek menghindarnya.

" Ugh, sialan nih si lelet. Cepat sekali geraknya sampai nggak sempat menghindar", gumam Jampi yang menahan perihnya luka di kedua lengannya. Segera ia menggunakan terompah semar untuk membantunya melawan Cleret.

"Hah, percuma saja bocah. Kamu seperti siput yang berjalan di rumput!", ejek Cleret. Ia yakin kecepatan bocah ini belum optimal.

Clang clang clang

Beberapa kali Cleret berusaha menyerang, namun dengan kecepatan tambahan dari terompah semar, Jampi bisa menangkis serangan lawan.

Keringat dingin muncul di dahi Jampi. Meski bisa menangkis beberapa serangan, tanpa membalas, ia hanya akan menjadi samsak hidupnya Cleret.

Crat crat crat

Percikan api hitam muncul saat pedang dan tombak bergesekan.

" Api hitam, bilah hitam. Apa mungkin", batin Jampi. Ia menduga bahwa keduanya bisa saling menyerap satu sama lain karena unsur yang sama.

Clang clang drrrt

Kali ini nampak percikan panjang layaknya petir kecil setelah beberapa kali gesekan. Jampi memperhatikan benar, bahwa salah satu dari keduanya bisa dominan jika ada di posisi atau teknik tertentu. Saat ini, Jampi mencoba memahami cara mengayunkan pedang dan menjaga kestabilannya selama pertarungan.

Fokus Jampi adalah mencari celah lawan dan terus bertahan. Karena kekuatan dan kecepatan lawan berada sedikit di atasnya.

Clang clang krak

Setelah dua kali gesekan, Jampi nekad menusukkan pedangnya tepat di tengah bilah tombak, bekas rerakan yang dihasilkan dari pertarungan Cleret dengan Bronto yang belum sembuh total.

"Aaargh!", terdengar gemuruh teriakan Cleret yang kesakitan karena luka yang baru sembuh malah dibuka kembali.

Tombak hitam berusaha melepaskan diri dari tusukan pedang semar mesem. Namun, Jampi sekuat tenaga menekan pedangnya, tidak mau memberi kesempatan Cleret untuk melawan balik.

Krak krak

Retakan tombak semakin melebar dan nampak jelas sekarang. Pedang semar mesem entah bagaimana seakan menyerap api hitam yang ada di tombak hitam. Nampak jelas bilah hitam di tepi pedang semar mesem semakin solid dan sedikit melebar.

" Hei, aku menyerah! Lepaskan aku!", teriak Cleret meminta belas kasihan.

"Mana ada, kamu tidak bisa dipercaya", jawab Jampi yang kekeh menekan bilahnya semakin kuat meski ia sudah kelelahan.

" Hei, nabimu menyuruh melepaskan lawan saat sudah menyerah!", ujar Cleret sudah kehabisan akal dan tenaga karena terus diserap kekuatannya.

"Boleh saja. Ucapkan syahadatain dan sujud lah di makam nabi Adam!", Jampi mengajukan syarat.

" Tidak! Lebih baik aku musnah daripada melakukan itu!", pekik Cleret.

Nguuung

Tombak hitam itu bergetar begitu kuat dengan dengungan yang memekakkan telinga. Nampak darah segar keluar dari daun telinga Jampi.

"Allahu Akbar", lirih Jampi yang sudah hampir kehabisan tenaga.

Duar

Tombak hitam meledak berkeping-keping. Tubuh Jampi pun terlempar belasan meter karena efek ledakan. Meski begitu, pedang semar mesem masih tertancap di tempat.

Jampi yang lemas merasakan perih karena perut dan dadanya terkena serpihan tombak hitam yang sudah memudar warnanya dan tidak lagi memiliki api hitam.

Segera, cahaya keemasan dari ubun-ubunnya mengobati lukanya. Namun, seperti sebelumnya, hanya menutup luka agar tidak berdarah. Rasanya masih begitu pedih hingga akhirnya Jampi pun pingsan karena kelelahan.

Beberapa saat berikutnya, Jampi siuman. Ia melihat ke sekitarnya. Hanya ada tempat berkabut pekat. Namun, Jampi bisa melihat kilau emas pedang semar mesem di depannya.

Dengan menyeret kaki yang kelelahan, Jampi menuju ke tempat pedang itu berada.

Clang

Jampi mencabut pedang semar mesem. Di ujungnya, terdapat bola hitam yang tertancap kuat.

" Ini apa coba? Jelek banget, pedang kok ada pentolnya!", celetuk Jampi. Ia pun berusaha mencari batu yang cukup untuk membuang bola hitam itu.

Klak klak klak

Beberapa kali Jampi mencoba memukul bola hitam, namun tak ada hasil yang nampak.

"Aneh sekali. Kok ngga bisa lepas?", ujar Jampi. Ia hanya melihat dengan seksama. Bola hitam itu perlahan sekali mengecil. Seakan diserap oleh pedang.

" Ih, menjijikkan. Kenapa benda-benda seperti ini suka sekali menyerap korbannya?", ucap Jampi merasa aneh.

Usai memasukkan pedang ke dalam kantong semar karena enggan menunggu bola hitam itu habis terserap, Jampi melihat ke sekeliling dan mencari jalan keluar.

"Ini di mana coba. Ribet sekali tempat kok penuh kabut!", celetuk Jampi. Tiba-tiba, bulu kuduk Jampi meremang.

" Eh, kenapa ini? Ini di alam jin jangan-jangan", gumam Jampi sembari mengusap-usap tengkuknya.

"Eh, kantong, apa kamu bisa menjadi pintu ke dunia manusia lagi?", tanya Jampi kepada kantong lusuh di sakunya. Sayangnya, tak ada jawaban dari pertanyaannya.

" Sudah lah. Lebih baik aku berdoa daripada meminta bantuan kantong lusuh!", ujar Jampi.

Jampi terus berjalan meski tak tahu arah. Jarak pandangnya hanya 3 meter saja. Ia berjalan pelan di area seperti hutan yang begitu rindang dan tak banyak terkena sinar matahari. Kabut itu tidak terasa dingin atau berbau. Seperti kabut ilusi yang bisa disentuh namun tak ada rasanya.

"Ini, seperti fatamorgana", batin Jampi. Ia terus berjalan, mengabaikan kabut hingga menemukan sebuah perkampungan di tengah hutan.

Jampi berusaha memelankan langkahnya. Dia mengintip kondisi kampung, mencoba mencari tahu seperti apa wujud penduduknya.

Terpopuler

Comments

Aman 2016

Aman 2016

top top markotop lanjut Thor 💪

2024-09-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!