Bab 20_ Kampung Pitam

Sepanjang jalan, Jampi terus celingukan mencari penduduknya. Namun, rumah-rumah ini seperti kosong. Bentuk rumahnya hanya seperti pohon yang ditata menyerupai rumah manusia zaman kerajaan.

Ya, ini jenis rumah yang hidup karena pohonnya tidak dipotong, hanya ditata dan diikat seperti sarang semut di dedaunan.

"Ini kampung jin atau kampung semut?", batin Jampi yang belum menemukan satu sosok pun di sana.

" Hei! Siapa kamu!", tiba-tiba Jampi mendengar suara pria yang begitu berat di belakangnya. Namun, saat ia menoleh, tidak ada sosok apapun.

"Kami semua melihatmu. Untuk apa kemari, anak manusia!", lanjut suara itu.

" Eh, mereka semua melihatku? Di mana?", lirih celetukan Jampi sembari mendongak, mencari keberadaan sumber suara.

Buk

Tiba-tiba punggung Jampi ditendang hingga ia tersungkur.

"Sialan! Aku cuma numpang lewat, kenapa harus kasar?", pekik Jampi yang kesal karena ditendang tanpa tahu kesalahannya.

Namun, kekesalannya tidak mengubah apapun. Baru saja bangkit, ia kembali ditendang di perut hingga terpental dan membentur pohon. Darah segar nampak keluar sedikit di ujung bibirnya, jelas karena organ dalamnya terluka akibat tendangan di perut.

" Yaa Allah, tolong lah hamba", ujar Jampi kemudian membaca basmalah dan mencabut pedang semar mesemnya.

Ngiing

Pedang itu menguarkan kilau keemasan. Seolah ia begitu bahagia. Nampak bola hitam di ujung pedang telah terserap sepenuhnya.

"Semar mesem?", terdengar suara lelaki yang bergemuruh.

Kilau pedang membuat kabut ilusi itu menghilang. Nampak lah sosok-sosok penduduk kampung berbagai bentuk. Tinggi kurus, tinggi besar, pendek bulat dan sebagainya.

Wajahnya tidak seperti manusia. Wajahnya ada yang cuma hitam legam dengan fitur wajah seperti kabut yang terawang dengan dua lubang mata, hidung, dan mulut. Ada yang benar-benar rata tanpa muka dan bentuk wajah oval dengan beberapa sudut tak simetris.

Sedangkan pria yang tadi bersuara berwajah layaknya manusia garang, mirip preman pasar yang biasa keluar masuk penjara dan biasa menghabisi orang. Hanya saja, ronanya agak pucat dan salah satu matanya lebih besar daripada mata satunya.

" Hei bocah! Serahkan pedang dan kantong itu! ", ujar lelaki itu sembari menunjuk pedang semar mesem.

" Ambil saja jika mampu!", tanggap Jampi dengan seringai. Dia bersemangat menjaga hidup, karena masih punya tanggungan merebut kembali ketiga sukma keluarganya secepat mungkin.

"Oh, berani sesumbar di alam kami ha?!", geram lelaki itu dengan cepat sekelebat telah sampai tepat di hadapan Jampi dan menggerakkan lengannya secepat Cleret.

Crat krak

" Argh", terdengar pekikan dan suara patah renyah.

Lengan lelaki itu terbelah menjadi dua, mengucurkan darah kuning kecoklatan berbau anyir seperti darah busuk. Meski kecepatannya tinggi, daya tahan dan kekuatan lelaki itu ada di bawah Cleret. Diadu dengan pedang yang sekedar menahan pukulan, jelas lengannya hancur.

Sret jleb slas

Jampi mengiris lengan tersisa dan menusukkan pedangnya ke kepala lelaki itu, tepat di bawah dagunya. Segera Jampi mundur segera, khawatir terciprat darah lelaki itu.

Grrrr

Terdengar lelaki sekelompok tadi menggeram marah melihat pemuda yang menghabisi salah satu dari mereka.

"Aku tidak ingin mencari masalah. Namun jika kalian ingin merampokku, kemari lah dan jemput takdir kalian!", tantang Jampi dengan kuat menggenggam pedangnya, siap bertempur meski cukup lelah.

" Kamu, apa maumu?", tanya pria kecil bertubuh tua dengan rambut sepanjang paha dan telah memutih.

"Aku hanya lewat dan mencari jalan ke duniaku lagi. Aku ke sini karena diculik Cleret!", ujar Jampi.

" Panglima Cleret! ", sahut pria itu nampak terkejut.

" Baik lah, itu bukan urusan kami. Pergi lah ke arah sana. Ada pohon besar berakar gantung. Putari lah pohon itu tiga kali ke kiri, maka kamu akan jumpai duniamu", pria tua itu memberi petunjuk sembari menunjuk arah belakang Jampi.

"Lalu, bagaimana caraku pergi ke kerajaan lautan selatan?", tanya Jampi lagi. Ia ke sini untuk merebut kembali keluarganya dan pulang bersama.

" Ini wilayah kerajaan lautan selatan. Kamu salah jalan jika ke arah sini. Kembali lah ke tempatmu semula. Di sana ada kunang-kunang hijau yang menempel di pohon. Ikuti saja arahnya, kamu akan sampai ke istana lautan selatan", ujar pria itu.

"Eh, murah hati sekali kau. Apa kamu jujur?", Jampi merasa waspada.

" Kami hanya rakyat biasa. Jika panglima Cleret yang membawamu ke sini, berarti itu urusan istana. Kamu telah menghabisi salah satu pemuda kami, hanya itu masalahmu dengan kami. Tapi, karena dia yang memulai, aku akan memaafkanmu asalkan segera pergi dari sini!", ujar kakek itu.

"Baik lah, terimakasih dan maaf, aku akan pergi", ucap Jampi tetap waspada. Ia tidak segera menyarungkan pedangnya ke dalam kantong. Lumayan sebagai penetral kabut ilusi di alam ini.

" Huft.. Alhamdulillah, masih ditolong Tuhan", ucap Jampi setelah cukup lama berjalan menjauhi kampung. Ia mengikuti nyala kunang-kunang hijau yang entah bagaimana hanya berkeliaran di pohon yang sama, sama sekali tidak berpindah tempat.

Tak lama, pemuda itu sampai di tepi hutan.

"Apa itu istananya?", gumam Jampi setelah nampak sekelompok bangunan megah dengan gerbang penjagaan. Jaraknya sekira 200 meter namun bangunan itu begitu dominan berwarna hijau keemasan.

" Bagaimana caraku masuk dan keluar dengan selamat?", pikir Jampi mencoba menyusun strategi. Berdasarkan pengalaman tadi, tanpa pedang semar mesem, ia tak bisa melihat keberadaan penduduk alam ini. Tapi, jika terus membawa pedang ke mana-mana, itu sama saja dengan memberi suar.

"Ah, sholat saja dulu", gumam Jampi. Ia memperkirakan sekarang sudah masuk waktu sholat  maghrib.

Usai menjalankan sholat, ia mendapat gambaran bahwa ketiga keluarganya berada di penjara yang pernah ia lewati, penjara yang dulu dijaga sosok kekar tanpa kepala.

Jampi juga mendapat gambaran adanya pohon yang berakar tunggal, tidak jauh dari istana. Ia merasa bahwa getah pohon itu bisa membantunya menyamarkan bau manusia dan menyusup ke istana. Sedangkan buahnya yang masam, dapat dimakan agar bisa melihat keberadaan lawan tanpa perlu mencabut pedangnya.

" Wah, alhamdulillah. Aku harus bergegas", lirih Jampi. Segera ia menyusuri area yang ada dalam petunjuk. Dalam 10 menit saja, ia telah menemukan pohon yang ditunjukkan dalam benaknya.

Pohon ini sejenis pohon jambu biji, namun kulitnya bersisik seperti kulit pohon mangga tua. Jampi memetik buahnya yang mirip jambu namun masam dan sedikit manis.

"Lumayan lah daripada lapar", gumam Jampi yang tengah menikmati jambu unik itu. Kenyang memakan buah, ia pun mengupas sisik pohon dan membalurkan getahnya ke seluruh tubuh layaknya prajurit berkamuflase.

" Bismillah", ucap Jampi sembari mengambil benda dalam kantong semar. Ia membayangkan sarung tangan pelindung sekaligus mempermudah lelakunya menembus penjagaan istana.

Saat menarik tangannya, ia mendapati sepasang sarung tangan kulit dengan gerigi di luar dan ujungnya. Bagian tengahnya kesat biasa. Tanpa pikir panjang, Jampi mengenakan sarung tangan itu.

Srett

Sarung tangan itu menyesuaikan diri dengan kedua tangannya secara otomatis.

"Lumayan lah. Biarpun modelnya seperti cacar air dan jelek, ini lumayan nyaman", lirih Jampi, tersenyum puas.

Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!