Bab 3_ Sinar Mentari

Keberhasilan Jampi mengobati mbah Surti pun tersebar ke lingkungan sekitar mereka. Nama Jampi yang sejak semula menjadi bahan ghibah pun, kini semakin ramai menjadi buah bibir.

"Bu Eki, apa benar Jampi sekarang bisa perdukunan?", tanya Erni, tetangga di kiri rumah Jampi.

" Dukun? Kata siapa Er?", heran bu Eki. Ia merasa hanya menceritakan bahwa mbah Surti sudah membaik hanya dengan wiridan di kasur milik Jampi.

"Ya, bu Eki tahu sendiri. Jampi kan sekolah di mana, bukan sarjana kesehatan kok bisa menyembuhkan orang. Itu kan praktik perdukunan namanya", sahut Erni kemudian berbisik ke telinga Nurul, teman rumpi satu geng di lingkungan mereka.

" Halah, mana ada. Kalau dukun, ya bawa-bawa kemenyan, bawa sajen, minimal makan bunga di malam jumat kliwon terapinya", sanggah bu Eki, tak terima putranya dikatakan sebagai dukun.

"Kok sewot sih bu. Kan kami cuma tanya. Kalau sewot begitu, jangan-jangan memang dukun", Erni masih kekeh dan mencari celah perdebatan.

" Halah, terserah kamu lah Er. Sudah kuberitahu apa yang terjadi. Perkara percaya atau nggak itu urusanmu sendiri. Toh anakku tidak mengganggu lingkungan juga", ucap bu Eki sembari berlalu, menutup gerbang pintu rumahnya. Meski bu Eki sudah pergi, ia masih mendengar sayup-sayup obrolan tetangga mengenai Jampi.

" Uh, tahu begini, aku ngga bakal cerita sama geng julid itu", dengus bu Eki sembari menepuk bibirnya. Ia hanya ingin agar putranya tidak lagi menjadi bahan ghibahan, menunjukkan bahwa putranya itu anak yang berguna bahkan spesial.

"Kenapa bu? Kok cemberut? Tadi habis beli jamu ke depan kan?", tanya Jampi penasaran melihat air muka ibunya yang tengah duduk di ruang makan.

" Heh, maafin ibu ya nak. Kamu malah jadi bulan-bulanan geng julid itu", jawaban bu Eki semakin membuat alis Jampi mengerut.

" Itu loh, mereka menganggapmu sekarang berprofesi sebagai dukun. Heh, ibu juga yang salah. Kenapa harus menceritakan keberhasilanmu mengobati nenekmu itu. Mereka sih, mulutnya nggak bisa bagus kalau bicara. Nyinyir saja bawaannya", kesal bu Eki.

"O, itu toh. Ya biarkan saja lah bu. Kan masih mulutnya yang nyinyir, bukan rektumnya. Coba kalau rektumnya yang ngomong, kan heboh sekampung", jawab Jampi, berusaha menenangkan hati ibunya. Ia tahu maksud baik ibunya dan paham dengan kebiasaan tetangga yang selalu mencari celah buruk keluarga.

" Bisa saja kamu. Rektum bicara ya di akhirat sana", ujar bu Eki sembari tertawa kecil mendengar candaan Jampi. Mereka pun berbincang ringan sembari menikmati kunir asem dan beras kencur di meja makan.

"Oh ya nak, kapan kamu menikah? Kan sudah sehat sekarang", celetuk bu Eki tiba-tiba, hampir membuat Jampi menyemburkan jamu yang ada di mulutnya.

" Engh, ibu nih, kebiasaan. Tunggu aku telan dulu nih jamunya, baru bahas yang unik-unik", elak Jampi, enggan langsung menanggapi pertanyaan ibunya.

"Halah, kan sudah biasa ibu tanyakan ini. Segera kerja, apa saja yang penting halal, cari pacar sana, masa cuma temen cowok doang yang main ke rumah. Risih dinyinyirin tetangga. Anak ibu kan ganteng, masa disangka homo cuma karena kamu hanya punya temen cowok yang datang ke rumah", jelas bu Eki, ingin segera mendapat menantu.

Jampi tidak segera menjawab sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung, apa yang harus dikatakan. Pekerjaan itu tidak sulit, bahkan lowongan kuli pun banyak. Ia juga cepat belajar, tidak sulit menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan. Tapi, lain halnya dengan mencari jodoh, bukan hal mudah.

" E, malah garuk-garuk cengengesan. Pokoknya, kalau kamu nggak segera punya calon, ibu carikan kenalan ibu. Banyak itu anak temen ibu yang nungguin kamu, tetangga juga ada, tinggal pilh satu, pacarin, ijab qabul, udah, tinggal buatin cucu buat ibu", jawab bu Eki cepat dan bersemangat.

Maklum, di usianya yang telah lanjut, ia ingin segera menimang cucu. Lebih penting, ia ingin putranya segera berumah tangga, punya peran yang lebih besar sebagai pemimpin.

"Iya bu, ibu tenang saja. Aku akan berusaha secepatnya. Tapi, jangan tergesa-gesa. Salah nikah nanti malah bahaya. Banyak tuh yang nikah asal asalan, belum setahun sudah pisahan", ucap Jampi agar ibunya tidak terlalu mendesaknya menikah dan memberi cucu.

" Ya harus, cepet lah. Ibu ini nggak tahu usianya sampai berapa. Kamu jangan lama-lama, udah 30 tahun, bujang, nanti berkarat itu, baru tahu rasa kamu. Bapakmu saja umur 25 sudah nikah, padahal kerjaan serabutan begitu. Mana dapatnya bidadari kaya ibu lagi", tutur bu Eki dengan percaya diri.

"Iya, ibuku yang cantik jelita, tiada duanya, tidak lapuk dimakan usia, cantik selamanya sampai menjadi ratu bidadari surga. Aduh!", jawab Jampi, membuat bu Eki memberi tamparan di pundak Jampi nampak menyakitkan.

Bu Eki dulu adalah pelatih pencak silat, tentu tenaganya tidak ringan meski telah menua dibanding perempuan seusianya.

" Udah, ibu tunggu. Dalam satu bulan, tidak ada progres, siap siap saja", ancam bu Eki sembari pergi meninggalkan Jampi yang masih meringis mengelus pundaknya yang terasa kebas.

"Huf, ibu ini makannya apa. Tangannya kecil dan halus, tapi tamparannya", lirih Jampi yang meringis, mengintip pundaknya di balik kain, telah memerah.

Ia hanya menggelengkan kepala dan terus mengelus pundaknya. Hari berlalu, Jampi yang mencari pekerjaan pun berhasil mendapat pekerjaan sebagai penjaga konter sekaligus teknisi.

" Alhamdulillah. Semoga ini menjadi awal yang baik", ucap Jampi yang mendapatkan pekerjaan pertamanya setelah lama melamar pekerjaan ke mana-mana.

Jampi adalah sosok pendiam, namun saat tertentu, ia akan menjadi obor dan tombak melawan ketidakbenaran. Banyak perusahaan yang menolaknya karena karakternya itu, tentu perusahaan butuh kestabilan daripada karyawan yang mudah beradaptasi namun suatu ketika mengacau ketenangan.

Pagi itu, Jampi masuk ke ruangan teknisi untuk pertama kali.

"Kamu anak baru ya?", tanya seorang senior kepada Jampi yang baru masuk di hari pertama kerja.

" O, iya mas", singkat Jampi, tidak terbiasa basa basi.

"Eh, dengar-dengar, kamu ijazahnya sarjana. Apa nggak sayang, sekolah tinggi cuma kerja begini?", tanya senior itu menelisik.

" Oh, biasa mas. Cuma kertas saja kok. Yang penting kerjanya halal, saya mampu, dan membuka pintu rezeki", jawab Jampi santai sembari menata barang di etalase berisi stok part pengganti dan peralatan teknis.

"O, gitu toh. Oh ya, aku Tino. Kamu siapa?", tanya senior tadi.

" Jampi mas", jawab pemuda itu pendek saja.

"Jampi? Jamu?", kekeh Tino mendengar nama pemuda di hadapannya sembari memegangi perutnya.

" Iya mas, kenapa memangnya?", heran Jampi melihat seniornya semakin terpingkal-pingkal dan menepuk pahanya berulang kali.

"Uh, uh, nggak apa-apa, nggak apa-apa, uh", sahut Tino sembari menghapus air mata yang keluar karena terlalu keras tertawa.

" Maaf ya, kepo. Maksudnya namamu Jampi itu apa?", tanya Tino yang terlihat mengulum senyum, mencoba menahan tawa.

Jampi pun mengobrol ringan, memperkenalkan diri, menjalin hubungan rekan kerja, sembari menambah wawasan tentang lingkungan kerjanya.

Hari itu pun berlalu. Dengan cepat, Jampi mempelajari dasar-dasar menjadi teknisi elektronik ponsel dan laptop lebih dalam, karena dia sudah terbiasa memperbaiki laptop. Bahkan, seniornya pun terkejut melihat progres Jampi yang begitu mengagumkan.

Ia tak heran, kenapa pemuda ini bisa begitu cerdas. Jelas gelar sarjananya bukan sekedar gelar.

Terpopuler

Comments

Zoelf 212 🛡⚡🔱

Zoelf 212 🛡⚡🔱

o

2024-10-27

1

anggita

anggita

si Jampi jadi Sakti👏💪

2024-08-26

2

Yoko Littner

Yoko Littner

Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!

2024-08-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!