Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga

Hanya berselang 4 bulan, Jampi dan Nia pun melangsungkan pernikahan secara sederhana.

Malam itu, setelah resepsi yang melelahkan, mereka berada di dalam kamar pengantin sederhana di rumah Nia. Nampak ranjang berseprai putih motif bunga tulip, ruangan minimalis berdinding bata berwarna putih, hanya ada lemari kecil tanpa meja, tersedia air mineral satu kardus. Bisa dilihat sebotol kecil madu, jintan hitam, dan minyak zaitun berjajar di samping kardus air mineral.

Ruangan itu begitu hening. Kedua insan di dalamnya lama terdiam tanpa kata. Tentu karena mereka berdua menikah bahkan tanpa pacaran sehari pun. Benar-benar aneh bagi sebagian besar orang.

"Aku menikahimu karena pertanda, jadi sanggupkah kamu mengimbangi langkahku menggapai tujuan dunia dan akhiratku?" tiba-tiba terdengar tanya Jampi dengan suara bergetar.

Nia mengernyitkan dahi, mendengar pertanyaan pemuda yang telah berikrar menjadi suaminya. Ia bangkit dari ranjangnya, memperhatikan dengan seksama air muka Jampi. Banyak dugaan memenuhi pikiran Nia.

"Maksud kamu?", Nia balik bertanya setelah diam beberapa saat memikirkan pertanyaan Jampi. Nampak wajah pemuda itu masih berhiaskan senyuman yang begitu misterius bagi Nia.

" Tentu menikah itu punya tujuan dan cara pencapaian yang sesuai kemampuan dan kondisi kita. Nah, aku ingin pernikahan ini bukan sekedar romansa, perdebatan, perlombaan, atau bahkan  topeng untuk sekedar menghindari penilaian sosial yang memandang rendah jomblo tua", terang Jampi dengan nada tenang.

Nia nampak semakin bingung. Nyatanya ia menikah untuk ibadah, juga menjaga kesucian dan menjauhi zina. Tujuan dan rencana dalam pernikahan adalah sesuatu yang amat abstrak dalam benaknya.

"Lantas, apa tujuan pernikahan kita?", tanya Nia setelah berusaha mencari-cari jawaban namun tak kunjung ada.

" Tujuanku pribadi adalah menikmati wajah Sang Maha Pencipta. Dzat yang luar biasa kasih sayangNya. Aku yang tiada berguna bagiNya pun masih dipelihara, padahal salahku banyak dan sering mengabaikan perintahNya", jawab Jampi terhenti sejenak. Ia mencoba menjelaskan dan memberi kesempatan memahami kepada Nia.

"Untuk itu, aku meminta jodoh yang mampu mengimbangi langkahku. Ya, itu lah tujuan pernikahan yang ada dalam benakku. Perkara rezeki, anak, ujian, sampai apakah kematian memisahkan kita atau tidak, itu hanya nilai tambah bagiku", lanjut Jampi membeberkan pendapatnya.

Nia semakin pusing memikirkan perkataan Jampi. Kalimatnya sederhana, lugas, namun tetap abstrak di benak Nia. Nia bahkan merasa sudah menikahi pria yang teramat kaku dan ketat. Pikirannya berkecamuk, mengolah prasangka dan pendapatnya terhadap tujuan Jampi.

" Aku menyampaikan ini, agar kita sama-sama nyaman memelihara pernikahan ini, kalau bisa sampai maut tiba. Tapi, jikapun engkau tak sanggup denganku, aku tak akan memaksamu, adinda", ucap Jampi, merasa bahwa perkataannya ini sangat serius bagi Nia meski sebenarnya sederhana menurut Jampi.

Hening

Nia terdiam seakan pikirannya menghilang entah ke mana.

"Aku bersedia mendampingimu, apapun ujian ke depan", jawab Nia tegas setelah beberapa saat memikirkan keputusannya.

Nampak Jampi terkejut mendengar persetujuan Nia. Ia mengira, Nia akan meminta waktu yang cukup untuk menelaah itu semua dan memberikan jawaban.

"Ahamdulillah, jadi, kuharap kita bisa terus bersama dalam pernikahan ini hingga akhirat ya", sahut Jampi gembira.

Nia yang telah mengutarakan jawabannya pun setuju dengan apa yang Jampi katakan. Hanya saja, apa sebenarnya yang akan terjadi, kenapa suaminya mengatakan hal seperti itu, adakah Jampi berniat menceraikan dirinya atau bahkan mendua jika nanti di tengah pernikahan Nia tidak mampu mengimbangi langkahnya?

Pasangan itu menjalani hari-hari dengan penuh warna. Bahagia, adu argumen, saling mendiamkan, hingga akur dan baikan. Hanya saja, Nia masih memikirkan perkataan suaminya.

Suatu ketika, Nia merenung sendiri di kamarnya saat Jampi pergi bekerja.

"Aku harus bagaimana agar bisa memahaminya? Aku lelah dengan semua perdebatan ini", batin Nia yang berusaha menyesuaikan diri dengan pasangan yang ia yakini pernah hadir beberapa kali dalam mimpinya, jauh sebelum mereka bertemu dan akhirnya menikah.

Pikirannya bercampur aduk, antara keinginan mempertahankan mahligai rumah tangga dan tuntutan Jampi untuk mampu memahaminya.

Pernah satu ketika, Jampi marah hanya karena ia tidur tengkurap, tidur setelah subuh dan ashar, dan bahkan terdengar kecapan mulut saat mengunyah. Itu semua hal wajar baginya sebelum menikah.

Kini, itu pun dipermasalahkan oleh suaminya. Nia merenung hingga tak sadar suaminya sudah berdiri di hadapannya.

" Kamu kenapa lagi?" tanya Jampi melihat istrinya merenung kemudian memandangi dirinya dengan tatapan serius, seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Nggak apa-apa kok Pi", jawab Nia dengan sebutan kesayangan kepada Jampi.

" Ih, sudah bisa panggil nama spesial. Kalau begitu, panggilanmu, em, Nia Asmara, kupanggil Asa saja ya, artinya harapan", sahut Jampi.

Nia hanya tersenyum dan mengangguk kecil, berusaha menyembunyikan gundah hatinya.

"Eh, tapi, panggilan Pi tadi artinya apa Sa?", Jampi penasaran, menatap fokus ke mata Nia.

" Em, sebenarnya aku asal saja Pi. Mungkin potongan suku kata Impi atau mimpi? Kan kamu juga ada dalam mimpiku dulu", jawab Nia sekenanya saja.

"Oh, bagus lah. Bagus juga itu", sahut Jampi kemudian beranjak pergi. Baru beberapa langkah, Jampi kembali menoleh ke arah Nia yang kini duduk dengan pandangan kosong, menopang dagu dengan lengan bertumpu di meja.

" Apa yang kamu pikirkan Sa?", tanya Jampi lembut di telinga Nia agar istrinya itu tidak terkejut. Jelas Jampi melihat kejanggalan pada istrinya.

"Oh, em, itu. Nggak apa-apa kok", elak Nia masih bingung bagaimana mengutarakan pikirannya. Khawatir menambah runyam hubungan yang baru beberapa waktu mereka jalin.

Jampi hanya mengelus pundak dan menciumi pucuk kepala Nia, menunggu istrinya bercerita. Hanya saja, dalam 1 menit, Nia malah menangis dan memeluk erat dada bidang Jampi di sampingnya. Jampi pun tetap diam, membelai lembut punggung Nia, berusaha menenangkan istrinya.

Hanya dalam beberapa menit, tangis itu pun reda. Nia pun perlahan menengadahkan wajahnya yang sembab. Jampi hanya tersenyum dan mengusap sisa air mata di pipi istrinya.

" Pi, sebenarnya bagaimana aku bisa dikatakan sudah mampu mengimbangi langkahmu itu?", ungkap Nia dengan sedikit terisak.

"Hah, itu rupanya. Kita semua berproses. Aku harapkan kamu tetap berproses karena aku juga berproses membuat diriku dan keluargaku layak dibanggakan kelak di hadapan sang maha pencipta. Mari sama-sama patuh kepadaNya, sebisa mungkin. Itu saja", jelas Jampi berusaha menyederhanakan.

Nia merasa paham, tapi masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Takut diduakan atau diceraikan. Karena ia melihat realita perceraian, perselingkuhan, atau poligini.

"Apa? Kamu takut apa lagi?", seakan Jampi bisa mendengar pikiran Nia.

" Apa kamu akan mendua atau mengembalikanku kepada orang tuaku?" Nia begitu penasaran.

"Dulu atau sekarang, tidak berbeda. Buat lah surat perjanjian di mana kita akan bercerai jika aku mendua atau berpoligini, buat lah di atas meterai, kita tanda tangani bersama jika kamu mau", ujar Jampi tegas. Sontak air muka Nia berubah. Seharusnya ia bahagia, namun mendengar kata cerai dari mulut suaminya, membuat hatinya semakin gundah.

" Tapi, tambahkan kalimat penutup, bahwa kamu lah orang yang menanggung tanggung jawab atas surat itu. Bahwa kamu lah yang akan ditanya kelak di akhirat, tentang alasan kamu membuat surat itu. Aku berlepas diri dari apapun itu.

Apapun alasan kamu, entah membenci atau tidak menyukai poligini, silahkan sampaikan kepada Tuhan di persidangan kelak. Aku yakin kamu telah mengetahui konsekuensi membenci hukum poligini.

Tentu, kalau membenci perilaku orang yang salah dalam poligini, itu sah. Kalau membenci secara utuh atau melarang orang berpoligini, ya itu aku pun tak tahu dan itu wilayah Tuhan mengadili", tutur Jampi. Nia terdiam, ia ingin memiliki lelaki ini seutuhnya sendiri. Tapi ia juga tak ingin berisiko kelak di persidangan akhirat.

Jelas debat dengan Tuhan itu kebodohan, karena kecerdasan itu buatan Tuhan dan bahkan Tuhan punya saksi ahli berupa tubuh manusia itu sendiri.

"Bagaimana? Itu keputusanmu. Kapan pun kamu mau, silahkan buat, aku menghargai hakmu dan telah kusampaikan hakku berlepas diri dari tanggung jawab atas surat itu", tambah Jampi.

"Kalau endingnya sama, cerai, untuk apa aku buat surat seperti itu. Kecuali kamu zina, itu lain cerita. Tapi", Nia tidak segera melanjutkan perkataannya. Jampi hanya diam, menunggu apapun keputusan itu. Ia merasa sudah memposisikan diri di tempat aman.

" Tapi, kamu memang punya rencana poligini ya Pi?", lanjut Nia penasaran.

"Jujur, aku nikah pertama saja nunggu dimimpiin calonnya. Apalagi poligini yang jelas tanggung jawabnya lebih banyak. Aku tak akan seberani itu kecuali ada petunjuk yang berulang, sebagaimana nabi Ibrahim disuruh menyembelih putranya, beliau diberi mimpi 3 kali dengan sangat jelas", jawab Jampi.

" Lagi pula, kita menikah tanpa pacaran. Maka, mari kita lanjutkan hubungan ini hanya bermodal kepatuhan kepada Tuhan", lanjut Jampi sembari memeluk Nia.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.

2024-08-26

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!