Bab 8_ Ujian Harta

"Coba kamu cek ke tempat sampah, masih ada kah kantong lusuh tadi?", Jampi mencoba membuktikian ucapannya.

" Awas ya kalau bohong", ancam Nia yang memang tak menemukan gelagat kebohongan di mata Jampi.

Ia bergegas memeriksa tempat sampah dan berlari kembali karena tidak bisa menemukan kantong lusuh tadi.

"Aneh! Kok nggak ada ya? Tadi jelas-jelas aku melemparnya ke sana", ujar Nia. Ia yakin suaminya tidak melangkah ke tempat sampah dan malah masuk ke dalam rumah.

" Coba periksa baju koko ku tadi", sahut Jampi datar. Nia pun bergegas memeriksanya. Saat kembali ke kamar, ia melemparkan kantong itu ke pangkuan Jampi. Bulu kuduk Nia pun meremang, mengingat cerita suaminya.

"Ini, kamu, ih!", ujar Nia kebingungan.

" Ini hadiah dari jin tua itu dan hanya aku yang diberi hak menggunakannya", jelas Jampi.

"Buang saja lah Pi. Nanti kalau dimintai tumbal bagaimana? Nanti aku, orang tuamu, atau anak kita yang diambil bagaimana?", ujar Nia khawatir.

"Aku juga nggak tahu Sa. Kamu tadi juga sudah coba membuangnya, tapi kembali lagi. Apa coba kita bacakan ayat ruqyah ya, kalau dia jahat pasti nggak akan kuat", jawab Jampi mencari cara.

" Iya, benar itu. Ayo dicoba. Ayat yang mana?", Nia tidak berpengalaman tentang ruqyah kecuali ayat kursiy dan tiga surah terakhir dalam Al Qur'an.

"Ya kubacakan saja al baqarah dan tiga surah terakhir itu, biar kutiupkan ke kantong ini nanti", jawab Jampi begitu yakin. Segera, Jampi mengambil air wudhu dan membacakan keempat surah itu.

Usai meniupkan ke kantong lusuh itu, mereka menunggu reaksi seperti terbakar, berasap, gosong, atau hilang begitu saja.

" Kok, nggak ada apa-apa Pi?", heran Nia.

"Ya mana aku tahu Sa? Apa mungkin karena jin nya muslim, terus nggak jahat ya? Di film-film itu atau di ruqyah syar'iyyah, benda-benda seperti ini akan lenyap atau terbakar begitu saja setelah dibacakan ayat ruqyah", jelas Jampi juga penasaran.

" Ya sudah, coba ambil sesuatu dari dalam kantong itu. Ambil lah batu biasa dan batu mulia dalam dua kali percobaan", Nia pun tak tahu bagaimana lagi. Mereka hanya bisa membuktikan apakah ini sihir atau nyata.

"Bismillah", ucap Jampi sembari mengulurkan tangan, merogoh kantong lusuh itu dua kali.

Percobaan pertama, ia mendapati batu hitam biasa seberat kelereng kecil. Percobaan kedua, ia mendapat emas sebesar kelereng, namun beratnya lebih berat daripada batu biasa.

" Ya Allah, ini mimpi atau benar adanya?", Nia memekik. Segera, Jampi membekap mulut istrinya, khawatir menjadi kecurigaan orang lain.

"Ih, apaan sih Pi?", ujar Nia setelah melepaskan tangan Jampi dari mulutnya.

" Jangan keras-keras, nanti didengar orang, runyam urusannya", bisik Jampi. Nia pun hanya mengangguk setuju.

"Coba nanti kita jual ke toko emas. Kita katakan saja hasil temuan di hutan. Kan nggak ada orang koleksi emas bundar seperti ini", ide Jampi karena rumah jin tua itu ada di hutan juga.

" Ayo!", sahut Nia bersemangat dengan mata berbinar. Jampi sendiri malah merasa khawatir jika ini berlanjut, pasti keluarga mereka dikira ikut pesugihan.

Menjelang siang, mereka pun berhasil menjual emas  yang telah ditimbang, ternyata kadarnya 23,99 karat dengan berat 100,1 gram. Rekening Jampi pun langsung terisi seratus juta rupiah. Bahkan toko emas itu pun amat senang mendapat barang seperti ini dan berpesan untuk menjual lagi ke sini jika suatu saat menemukan emas seperti ini.

"Wah, Alhamdulillah ya Pi", Nia begitu bersemangat dalam perjalanan pulang.

Akhirnya mereka bisa melunasi hutang, membeli gamis baru, dan memperbaiki rumah dan motor butut mereka.

" Tuh, kalau sihir, pasti emas itu berubah jadi batu atau sampah. Ini sudah dites dengan kimia, hasilnya murni emas", jelas Jampi dengan suara lirih.

"Tapi, apa benar tanpa tumbal Pi, nanti bagaimana kalau tiba-tiba ditagih tumbal?", Nia sontak khawatir setelah bahagia.

" Huh, bagimana lagi. Makanya, jangan dipakai kalau tidak terpaksa benar. Juga, jangan dispesialkan dan jangan bergantung kepada kantong ini", ujar Jampi tegas.

Hari pun berlalu.

Keesokan paginya, usai pulang dari masjid, rumah Jampi sudah didatangi beberapa warga yang dipimpin ketua RT dan RW.

"Assalamu'alaikum", salam Nuri, ketua RT kepada Jampi yang baru saja pulang. " Wa'alaikumussalam, silahkan masuk pak", Jampi mempersilahkan 6 orang itu untuk duduk di kursi teras.

"Ada apa ya pak, kok ramai-ramai datangnya, pagi-pagi lagi?", tanya Jampi yang sudah curiga, kabar penjualan emas kemarin sudah diketahui warga.

" Begini nak Jampi, apa benar nak Jampi punya pesugihan? ", tanya Nuri mewakili warga langsung ke inti tanpa basa basi.

" Loh, dapat info dari mana? Tuduhan harus punya bukti loh pak", jawab Jampi.

"E, itu, kami hanya bertanya nak. Salah satu warga kita memergoki kamu menjual emas kemarin. Kalau boleh tahu, dari mana kamu mendapatkan emas itu?", nampak Nuri berhati-hati.

" Nemu pak di hutan", jawab Jampi. Ia tahu ini pertanda buruk, bisa-bisa keluarganya diusir dari kampung.

"Hutan? Sebelah mana?", telisik Nuri.

" Alas Kumitir, sebelah pohon sawo, di dalam goa", jawab Jampi asal saja, karena yakin warga takkan bisa menemukan lokasi jin tua itu.

"Kapan kamu ke sana? Sepertinya kamu nggak pernah ke mana-mana", heran Nuri.

" Entah lah pak, nggak menandai tanggalnya. Jalannya saja sudah nggak tahu ", jelas Jampi yang memang tidak tahu bagaimana menemukan lokasi jin tua itu.

" Oh, ya sudah kalau begitu. Kami pamit dulu. Maaf bertamu pagi buta, cuma ini permintaan warga yang khawatir mengenai pesugihan. Sekali lagi, kami mohon maaf dan pamit", ujar Nuri sembari memberi isyarat untuk bubar.

Kabar mengenai Jampi mengambil pesugihan semakin hangat diperbincangkan. Alasan hasil temuan di hutan malah membuat sebagian warga semakin yakin kalau Jampi melakukan praktik pesugihan.

"Bu Eki, habis jadi dukun, sekarang pesugihan ya?", ujar Erni erasa punya data untuk ghibah. Bu Eki sendiri malah belum mendengar apa-apa dari putranya.

Tanpa menjawab pertanyaan Erni, bu Eki bergegas masuk dan menunggu Jampi pulang dari konter. Sore itu, setelah Jampi selesai sholat dan membersihkan diri, bu Eki segera menghampirinya yang tengah duduk santai di teras.

" Nak, coba jelaskan kepada ibu. Apa benar kamu melakukan pesugihan?", nampak raut wajah bu Eki yang serius dengan nada suara rendah dan pelan.

"Pesugihan? Mana ada bu? Aku cuma menemukan emas yang kujual dengan Nia kemarin. Entah bagaimana warga bisa secepat itu tahu hal ini", jawab Jampi santai, khawatir ibunya terbebani.

" Benar? Semoga begitu. Jangan sekali-kali kamu ikut pesugihan nak, pasti akhirnya celaka meski nampak bergelimang harta", tanggap bu Eki.

Jampi hanya mengangguk dan tersenyum. Ia menceritakan sedikit tentang kebohongan menemukan emas di alas Kumitir agar lebih meyakinkan.

"Tapi, bagaimana bisa kamu sampai ke alas Kumitir? Itu kan jauh, juga apa tujuan kamu ke sana?", bu Eki menelisik lebih dalam.

" Huh, ibu mau kejujuranku atau cukup sampai di sini dan ibu lebih tenang? Kalau aku cerita sebenarnya, ibu akan kepikiran dan mungkin terbebani. Jadi, sebaiknya ibu cukup tahu aku tidak melakukan pesugihan.

Caranya sederhana saja bu. Kalau sholat wajibku tidak lagi lima waktu, tidak lagi membaca al-qur'an, dan bersikap kasar lagi aneh dibanding sebelumnya, jelas itu tanda aku melakukan pesugihan. Selama bukan seperti itu, yakin lah aku masih berada di jalan yang benar bu", jelas Jampi yang tak mau ibunya ikut menanggung beban pikiran.

"Lalu, ibu harus jawab apa kalau geng julid itu tanya-tanya?", sahut bu Eki bingung.

Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!