Bab 10_ Kesepakatan

"Eh ustadz, apa lagi? Jelas-jelas mereka melakukan pesugihan dan perdukunan. Usir saja, jangan tunggu adzab turun ke kampung ini gara-gara mereka!", pekik Erni, enggan menunda sedikit pun.

" Ya, betul!", pekik warga setuju.

"Kita ini berada di negara dengan hukum formal. Sebaiknya kita diskusikan baik-baik. Bagaimana jika bu Erni, pak Nuri, nak Jampi, dan saya bermusyawarah di balai RT?", usul Dzikri berusaha memberikan keadilan.

" Kalau perlu, kita hadirkan pak Bhabinsa ke sini", tambah Dzikri dengan suara lantang.

"Itu usulan yang bagus. Mari musyawarah saja, kita undang pak Bhabinsa", Nuri setuju dengan usulan  Dzikri.

" Apa yang mau dimusyawarahkan? Bukti sudah jelas, pelaku di depan mata tidak bisa mengelak, usir saja langsung! ", tolak Erni.

" Hukum harus dilakukan dengan hakim, saksi, dan bukti. Baru lah aturan bisa ditegakkan. Kalau hanya berdasarkan dugaan saja dan bukti seadanya yang juga hanya logika, maka tidak adil jika aturan diterapkan tanpa melihat situasi", sanggah Dzikri.

"Kalau ibu ada di posisi nak Jampi, apa ibu siap kami usir tanpa hak menjelaskan dan diputuskan oleh hakim?", tambah Dzikri.

Erni terdiam dan menekuk wajah, merah padam. Ia merasa rencananya terganggu ustadz yang tiba-tiba saja ikut campur.

" Ya sudah, mari kita ke balai RT. Selain yang berkepentingan, silahkan bubar! ", Nuri memberikan instruksi.

Setelah sholat maghrib, keempat orang ditambah Roni, Bhabinsa di kampung Rona, berkumpul di ruangan terbuka bercat hijau putih minimalis.

" Pak Roni sebagai Bhabinsa, kami harap menjadi hakim bagi kami", ujar Dzikri kemudian menceritakan sebagian kronologi kejadian di rumah Jampi. Ternyata, ustadz Dzikri sudah cukup lama berada di belakang kerumunan dan mendengarkan hampir seluruh kejadian.

"Jadi, bagaimana pak Roni?", Dzikri mengakhiri ceritanya dan meminta pendapat Roni.

" Pertama, nak Jampi dianggap pelaku, lantas siapa korban di sini dan apa kerugiannya?", tanya Roni membuka musyawarah.

"Kami pak korbannya. Kalau kampung ini diadzab, siapa yang rugi? Pasti tetangga yang paling dekat dengan pelaku pesugihan dan perdukunan!", klaim Erni.

" Apa kerugiannya, sudah ada bukti nyata atau sekedar praduga?", Roni dengan tenang menanggapi ucapan Erni yang menggebu-gebu.

"Ya belum ada. Tapi, apa harus menunggu adzabnya tiba? Kalau iya, telat dong pak!", sanggah Erni.

" Begini bu, kita ini ada di dalam naungan hukum positif. Harus ada bukti konkret, misal tertangkap basah berzina, menyantet, dan sebagainya. Baru lah kita bisa memprosesnya. Jika tidak ada, bahkan tuduhan korupsi atau mencuri pun tidak bisa dieksekusi", jelas Roni.

"Jadi, bagaimana kita bisa aman dari adzab atas perbuatan mereka? Mereka yang salah, kami ikut terkena adzab nantinya", Erni masih enggan mengalah.

" Izin bicara pak Bhabinsa", setelah Roni mengangguk, Dzikri melanjutkan bicaranya.

"Adzab itu akan tiba jika maksiat itu nyata, tidak sembunyi-sembunyi, dan dianggap biasa, bahkan mengajak banyak orang untuk terlibat dalam maksiat bersama. Saat maksiat itu merusak lingkungan begitu parah, saat itu lah adzab ditimpakan", jelas Dzikri.

" Nah, itu masuk akal. Bagaimana bu Erni", tanggap Roni.

"Jadi, kita harus menangkap basah dukun ini saat pasang tumbal dan sesajen begitu?", tanya Erni enggan kalah.

" Ya, bagaimana lagi. Kecuali ibu bisa menunjukkan rekaman saat nak Jampi menumbalkan sesuatu dan atau memberikan sesajen", ujar Roni.

"Huh, kita geledah saja rumahnya. Pasti ada benda-benda untuk penumbalan atau sesajen di sana!", usul Erni bersemangat.

" Maaf bu, izin penggeledahan hanya bisa turun jika ada bukti kuat yang mengarah ke tindakan kriminal. Tanpa itu, kita tidak berhak menggeledah rumah siapapun", jawab Roni.

"Huh, percuma! Musyawarah apaan ini! Tunggu saja, aku pasti akan membuktikan ucapanku bahwa dia itu dukun laknat, pemuja setan!", pekik Erni sembari menggebrak meja kayu lantas angkat kaki begitu saja.

" Astaghfirullahal 'adzim", terdengar istighfar dari mulut Dzikri melihat tingkah Erni yang kekanak-kanakan.

"Nak jampi, coba ceritakan kepada kami, apa yang sebenarnya terjadi?", Roni mencoba menelisik lebih dalam.

Jampi pun berusaha menceritakan versinya, tentu dengan menyembunyikan kisah jin tua dan kantong semar.

" Kamu menyembunyikan sesuatu nak. Katakan lah sejujurnya", ujar Roni menanggapi cerita Jampi. Bagaimana pun, Roni sudah berpengalaman dan mengetahui tanda seseorang menyembunyikan sesuatu atau berbohong.

"Huh, apa yang ingin bapak ketahui? Jika saya katakan saya bertemu jin, bapak akan percaya? Kalau saya katakan saya punya benda ajaib seperti pintu teleportasi, bapak akan percaya?

Ini lah yang bisa saya ceritakan. Silahkan bapak telaah, percaya atau tidak percaya, itu hak bapak", Jampi merasa jelas bahwa jujur atau menyembunyikan, ia akan dianggap berbohong.

" Ya sudah jika itu maumu. Yang jelas, selama kamu tidak merugikan masyarakat, itu urusanmu pribadi", ujar Roni dengan wajah yang nampak kurang berkenan.

"Jadi, apa kami masih boleh tinggal di kampung ini?", Jampi sudah siap dengan risiko apapun. Hanya saja, teringat wajah ibunya yang menangis membuat hatinya bersedih jika harus meninggalkan dan menjual aset ibunya di kampung ini.

" Ya, tentu saja. Kamu adalah warga negara yang legal. Tentu hak kamu sama seperti kami", jawab Roni kemudian mengakhiri musyawarah.

Jampi pulang bersama Dzikri. Di jalan, Dzikri menanyai Jampi tentang jin dan benda ajaib yang dimiliki mungkin saja sebuah kebenaran. Bagaimanapun, ia adalah seorang ustadz yang juga mengimani adanya hal ghaib namun menjauhi syirik.

"Apa yang ingin pak ustadz yakini, yakini lah. Percuma juga jika saya uraikan", Jampi terdengar lelah menjelaskan.

" Em, saranku, jangan berhubungan dengan dunia ghaib. Kita ini manusia biasa, bukan nabi yang dijamin ma'sum. Kalau perlu, tinggalkan lah kampung ini sejenak agar suasana lebih tenang sedikit. Saat sudah aman, kembali lah", saran Dzikri.

"Tapi, bagaimana dengan kedua orang tua saya yang sudah lanjut usia? Siapa yang akan menjaga mereka berdua selain saya dan istri saya?", Jampi bingung memilih. Meninggalkan kampung juga ada benarnya. Namun bisa jadi malah dianggap benar-benar melakukan pesugihan dan mengakuinya.

" Ya, itu sekedar saran. Bisa juga kalian berlibur ke luar kota, ke rumah istrimu, atau kampung halaman orang tuamu. Ajak lah mereka berdua ke sana agar kamu bisa menjaga mereka", Dzikri mencoba mencarikan solusi.

"Baik lah pak. Terima kasih atas saran bapak. Saya akan diskusikan terlebih dahulu. Assalamu'alaikum", tutup Jampi. Ia pun melangkah ke rumahnya dan mengambil wudhu, kemudian menunaikan sholat isya' berjamaah.

Usai sholat berjamaah, Nia mendekati Jampi.

" Bagaimana Pi?", Nia bertanya dengan nada khawatir.

"Aman, Alhamdulillah", jawab Jampi sembari tersenyum, berusaha menjaga hati istrinya.

" Benar kah? Alhamdulillah. Lantas apa rencana kita ke depan?", Nia merasa lega.

"Ya, kita diskusikan dengan orang tua ku dulu ya. Karena ini juga menyangkut mereka", ujar Jampi.

Nia mengangguk setuju. Mereka pun menemui bu Eki dan pak Joni.

" Bagaimana nak?", tanya bu Eki.

Jampi pun menceritakan hasil musyawarah dan ide ustadz Dzikri.

"Ya, itu pun bagus. Kita pindah pun, ibu bersedia asal damai keluarga ini", ujar bu Eki menanggapi. Pak Joni hanya diam sembari mengelus lembut punggung bu Eki agar kuat dan bersabar.

" Kita pindah saja sementara. Sewa rumah di kota. Rumah ini disewakan saja. Kalau semua sudah mereda, beberapa tahun lagi bisa pindah lagi ke sini. Bagaimana pak?", tanya jampi kepada Joni.

"Asalkan ibumu mau, aku akan dukung. Ini rumah hasil jerih payahnya. Aku hanya punya andil dalam sedikit hal dan perawatan saja", jawab Joni.

Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!