Bab 7_ Kantong Semar

"Oh, memulangkanmu itu sewajarnya. Tapi nadzarku harus kutebus. Begini saja, ambil lah apapun yang kamu perlu. Jika tak sanggup membawanya, aku yang akan mengantarkannya ke rumahmu", ujar jin tua sembari menunjukkan bebatuan mulia.

Ada sebuah goa beberapa meter dari pohon sawo itu. Entah sejak kapan Jampi sudah dibawa tepat di mulut goa. Bongkahan emas, berlian, besar dan kecil, telah berbentuk indah dan siap jual. Tentu tanpa surat dan keterangan kadarnya.

Semuanya disembunyikan di bawah lantai goa. Mulut Jampi bisa mudah menolak, namun matanya mengisyaratkan ketakjuban. Jin tua itu pun mengangguk bangga dengan hartanya. Di alam jin, ini tidak berguna, namun di alam manusia, ini luar biasa.

" Kamu, apa kamu ini biang pesugihan?", tanya Jampi yang keluar begitu saja dari mulutnya.

"Ya, dahulu sebelum aku bersyahadat", jawab jin tua itu jujur.

" Ambil lah semua jika kamu mau. Aku yang akan mengantarkan ini semua", tambah jin tua itu tanpa ragu.

"Eh, mana bisa begitu. Nanti yang ada aku disangka ngepet, mencuri, atau penadah dan sebagainya. Em, begini saja, mana yang nilainya paling berharga dari ini semua?", sahut Jampi. Dia ingin hati-hati dengan keputusannya.

" Oh, ini semua tidak berguna bagiku. Tapi, bagi manusia yang dahulu memujaku, berlian ini yang paling mahal harganya, 100 karat", ujar jin tua sembari memperlihatkan berlian 20 gram di tangannya. Batu itu berkilau biru, membuat mata terpana.

"Temukan orang yang tepat, maka harganya sangat tinggi", tambah jin tua sembari meletakkan berlian itu ke tangan Jampi.

" Ah, sulit juga ya. Kenapa aku harus menjaga benda ini dan mempertaruhkan keselamatan keluargaku? Tidak, ambil kembali ini. Pulangkan saja aku", ujar Jampi setelah lama merenung.

Tentu ia tahu, menyimpan 1kg emas dengan kondisi rumah tanpa pertahanan, itu sama saja mengundang maut untuk keluarga. Sama halnya dengan batu itu. Ia pun mengembalikan batu itu ke tangan jin tua meski hatinya tidak rela.

"Em, baik lah jika itu maumu. Mari kuantar pulang", jawab jin tua dengan wajah datar. Ia tidak tersinggung dengan keputusan Jampi.

Segera, mereka menghilang dari tempat itu. Jampi juga mengalami hal yang sama seperti saat berangkat ke alas Kumitir. Sekejap saja, ia telah berdiri di depan pintu rumahnya. Jampi pun membuka mata, melihat ke sekitar, tiada siapa pun. Bedanya, tadi ia berada di dekat masjid, kini ia sudah di depan rumah.

" Apa ini?", lirih Jampi merasakan ada sesuatu di kantong sakunya. Di sana ada sebuah kantong lusuh berwarna abu-abu bertali serut hitam. Bersih namun lusuh layaknya kain tua sebesar telapak tangannya lebih sedikit.

"Ambil lah sebagai ucapan terima kasihku. Kapan pun kamu butuh, ambil lah dari dalam sana. Hanya kamu yang bisa menggunakannya, tidak bisa kamu wariskan.

Juga, jangan khawatir, kamu tidak perlu menyerahkan tumbal apapun. Ini bukan pesugihan, hanya ucapan terima kasih.

Ucapkan lah bismillah, lalu minta lah pada Tuhan, insyaa Allah kamu bisa ambil dari kantong itu, sebanyak apapun yang kamu perlukan", suara jin tua itu menjelaskan tanpa wujud kemudian menghilang begitu saja.

Jampi nampak kebingungan. Meski sekedar kain lusuh, bagaimana ia bisa menjelaskan kepada keluarganya. Apalagi kalau ia bisa mengambil harta berharga apapun dari dalam kantong.

Seketika kepala Jampi pun pening. Ia duduk di teras rumahnya sembari mencari cara menjelaskan benda ini.

" Wah, satu emas saja ribet, ini malah kantong jelek begini tapi kantong ajaib, duh!", lirih Jampi sembari meletakkan kantong itu di atas pahanya.

"Kenapa ngga segera masuk Pi?", tanya Nia saat mendengar langkah seseorang di depan rumah dan ternyata adalah suaminya yang tengah duduk termenung di teras. Jampi pun terkejut mendengar suara Nia.

" Eh, em, itu, ini", Jampi tergagap. Belum sempat ia menemukan alasan dan jawaban, istrinya sudah ada di depannya, memergokinya memegang kantong lusuh.

"Eh ah ih uh, apaan sih Pi? Kamu kenapa?", pertanyaan Nia semakin membuat pening kepala Jampi.

Pemuda itu bingung bagaimana menjelaskan ini semua, juga khawatir risiko kalimat yang ia sampaikan.

Pluk

Nia menepuk paha Jampi, tepat di kain lusuh itu.

" Ditanya malah bengong, ini juga apaan, kain jelek dibawa-bawa", ujar Nia sembari merebut kain lusuh itu dan melihat isinya.

Kosong, lusuh, kemudian melemparnya ke tempat sampah.

"Kain begitu kok disimpan. Pasti kenangan dari mantan!", oceh Nia memanyunkan bibirnya, bersedekap, memalingkan wajah dari suaminya.

Jampi hanya bisa menggeleng dan menepuk keningnya. Belum juga dijelaskan, sudah runyam. Apalagi kain lusuh yang baru saja dibuang, sudah ada di dalam kantong sakunya begitu saja.

Jampi ingin meneriaki jin tua itu, karena memberinya masalah, bukan hadiah. Apalagi melihat kantong lusuh yang berisi khodam itu, ia menduga pasti ada khodamnya. Benda sudah dibuang, tiba-tiba kembali tanpa kotor sampah yang menempel sedikit pun.

" Jin tua! Ambil kembali kantongmu ini!", batin Jampi berteriak. Tentu ia tak berani mengutarakannya. Jampi hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kok garuk-garuk? Jadi benar ya, itu tadi kenangan dari mantan?", oceh Nia saat melihat Jampi tidak menjawab dan nampak kebingungan.

" Sudah lah. Ayo masuk dulu. Aku mau ganti baju, bersih-bersih, lalu belanja. Kamu yang masak seperti biasa", jawab Jampi sembari beranjak dari duduknya. Nia yang merasa diabaikan pun semakin memanyunkan bibirnya, enggan menoleh ke arah Jampi.

"Ih, kok nggak digubris sih?", kesal Nia menghentakkan kaki kanannya saat melihat Jampi malah masuk ke dalam rumah, meninggalkan dirinya sendirian di teras.

Segera, Nia menyusul suaminya, ingin penjelasan sejelas-jelasnya. Suaminya memang tidak punya pacar sebelum menikah, tapi ia dikenal sebagai pria tampan di kampungnya, meski pengangguran dan sakit-sakitan sebelumnya.

" Pi, jawab aku dong. Beri aku penjelasan, jangan pergi begitu saja, ih!", oceh Nia yang cemberut, masih melipat kedua lengan di dadanya, menunggu suaminya selesai ganti baju.

"Eh, sini dulu, ikut aku", ajak Jampi setelah berganti baju lalu menggandeng Nia ke kamar.

" Jadi, aku tadi", ucapan Jampi terhenti cukup lama. Ia mencoba mencari penjelasan paling logis.

"Bukan kah kita diwajibkan mengimani yang ghaib?", alih-alih menjawab, Jampi malah melemparkan pertanyaan. Nia hanya melirik, mengangguk, namun masih memanyunkan bibirnya.

" Nah, tadi sepulang dari masjid, aku dibawa ke alas Kumitir oleh sesosok jin tua", Jampi mulai menceritakan dengan detail dan hati-hati. Ia menyembunyikan beberapa hal seperti goa berisi batu mulia dan hanya menyisakan kantong lusuh sebagai hadiahnya tanpa adanya tumbal.

"Pi, kalau mengarang juga nggak begitu. Aku juga iman pada hal ghaib, tapi apa ada yang seperti itu? Pasti karangan saja kan? Hayo mengaku saja lah", tanggap Nia, mendekatkan wajahnya, melihat mata suaminya, mencari kebenaran atas ucapannya.

Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!