Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala

"Huft, untung berhasil menghindar!", pikir Jampi. Entah mengapa gerak tubuhnya begitu lincah. Refleknya mendadak sangat bagus dan peka terhadap serangan lawan.

Tanpa menunggu lama, sosok kekar itu kembali menyerang dengan kombinasi api dan lecutan cambuk. Jampi merasa sedikit besar kepala karena terus bisa menghindar.

Dahulu ia pernah belajar beladiri karate, taichi, dan sedikit dasar ninjitsu. Meski belum menyerang sekalipun, itu sudah lumayan karena bisa menghindari seluruh serangan.

Brakk

Jampi mengambil sebongkah batu dari bekas cambukan lawan dan berhasil melesakkan hantaman telak di tulang leher lawan yang mencuat. Nampak sosok kekar itu terduduk seakan merasakan sakit tanpa suara.

Tak membuang kesempatan, Jampi melompat santai ke arah pintu yang terbuka lebar.

Slash

Sosok itu berhasil melukai tungkai kanan Jampi. Tak ingin terluka lebih parah, Jampi bergegas menjauh. Namun, nampaknya sosok kekar itu tak ingin mengejarnya.

" Huh, aduh!", dengus Jampi sembari memegangi kaki kanannya yang terluka. Darahnya nampak masih mengucur meski tidak deras.

"Pantas saja tadi banyak mayat tersayat-sayat. Pasti si jelek itu pelakunya!", lirih Jampi. Ia fokus memperhatikan lukanya, berpikir serius bagaimana mengobatinya.

Tanpa ia sadari, cahaya keemasan muncul dari ubun-ubunnya dan mengobati lukanya. Secara ajaib, luka itu menutup. Meski tidak lagi berdarah, luka itu masih terbuka dan terasa perih.

" Apa itu tadi ya? Apa ini yang dimaksud jin tua itu?", pikir Jampi yang merasa heran dengan cahaya keemasan yang tiba-tiba muncul dan menolongnya.

"Ah sudah lah. Aku harus segera pergi dari tempat aneh ini!", tekad Jampi dalam dada.

Jampi terus berjalan menyusuri lorong yang diterangi obor setiap 1 meter. Sepanjang jalan tak ada apapun kecuali bekas-bekas darah mengering. Seperti bekas tubuh yang diseret. Melihat itu, mental Jampi cukup terpengaruh namun segera ia menenangkan diri.

Tak lama, Jampi melihat ujung lorong yang terhubung ke area luas dengan cahaya remang-remang.

" Apa itu ya?", batin Jampi sembari mengedarkan pandangan. Namun sayang, ia tak bisa melihat apapun karena cahaya yang amat terbatas.

"Hadapi saja lah!", pikir Jampi dengan tekad kuat melangkahkan kaki keluar lorong.

Dung dung dung

Terdengar riuh suara genderang. Saat itu juga menyala api unggun besar di tengah lingkaran dan obor di seluruh tepi lingkaran.

" Ini..", ucap Jampi belum selesai. Ia yakin tengah berada di dalam arena entah apa.

"Selamat datang pejuangku! Tunjukkan betapa spesial dan layaknya kamu menjadi pendampingku", terdengar suara jelas di telinga Jampi.

" Ini, bukan kah suara perempuan tadi?", pikir Jampi sembari mencari asal suara. Di kejauhan, ia bisa melihat sosok perempuan dengan gaun yang sama, hanya saja selendangnya berwarna hijau keemasan, duduk di singgasana emas dengan empat dayang. Kakinya menginjak dua punggung pria yang terbelenggu kaki, leher, dan tangannya.

Bedanya, kini ia sangat jaga image di hadapan banyak penonton. Sangat bertolak belakang dibanding saat berdua di dalam kamar tadi.

"Ya, aku lah ratu lautan selatan! Nyai Roro Kidul",  perempuan itu memperkenalkan diri.

" Sosok yang bersamamu adalah putriku. Calon penerusku. Namun, karena dia gagal mendapatkanmu, maka kamu harus menentukan nasibmu sendiri. Lawan dan menangkan lah pertempuran ini, maka kamu bisa putuskan pergi dari sini atau menjadi suamiku", jelas perempuan itu.

"Heleh, semauku apanya. Kamu kan pembohong, mana bisa kusandarkan nasibku kepada ucapanmu itu?", Jampi merasa tidak senang. Dia ke sini karena diculik, bukan kemauannya sendiri. Berbeda dengan jin tua yang baik-baik meminta bantuan.

Rona wajah ratu itu nampak marah namun diam menjaga wibawanya. Tangannya terangkat dan muncul lah sosok kekar yang tadi melukai tungkai kanan Jampi.

Jampi menguatkan tekad. Mau tak mau, ia harus melawan dan segera keluar dari tempat asing ini. Segera ia berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan. Hanya Dia satu-satunya harapan.

Di saat seperti itu, Jampi ingat bahwa ia membawa kantong semar lusuh itu. Tanpa mengeluarkan dari kantong saku, ia membaca basmalah dan merogoh kantong, membayangkan senjata yang paling hebat untuk melawan monster di depannya.

Saat mencabut tangannya, Jampi reflek mengangkat tangan kanannya ke atas.

" Hahahaha", riuh tawa terdengar di seluruh tribun. Jampi yang heran pun melihat ke arah tangan kanannya. Bukannya senjata keren, ia hanya menggenggam sepotong dahan sepanjang 1 meter, setebal 10cm berwarna cokelat gelap.

"Waduh, apaan ini? Benar kata bapak. Kantong ini punya batas. Ah, lagi pula aku tidak melihat ada pedang dan senjata lainnya di goa waktu itu, hanya batu mulia", Jampi mengomel sendiri.

Sosok kekar tanpa kepala itu melesat cepat tanpa suara, dua kali lipat lebih cepat daripada saat di dalam ruangan sebelumnya. Kini ia mengarahkan pukulan apinya ke kepala Jampi.

Brakk

Jampi mencoba menangkis pukulan api lawan dengan dahan yang ia genggam. Dahan kayu itu pun langsung pecah berkeping-keping terkena dampak pukulan lawan. Tubuh Jampi juga terlempar hingga 5 meter hingga jatuh terduduk.

Sosok kekar itu seakan sesumbar dengan tidak langsung menyerang. Melihat senjata dan kemampuan Jampi yang memalukan, tentu sia-sia saja jika dia terlalu cepat mengerahkan seluruh kemampuannya. Cukup bermain-main dan menyiksanya sampai mati.

Ngiiing

Dahan yang semula digenggam Jampi telah hancur dan menunjukkan bentuk aslinya yang tersembunyi. Pedang berukir bola bola dan petir berwarna keemasan. Bilah tajamnya berwarna hitam legam, sama sekali tak berkilau. Gagang pedang bergambar semar dengan gaya jawa kuno.

"Pedang apa ini?", gumam Jampi. Ia sama sekali tak punya wawasan senjata tajam, baik modern apalagi kuno.

" Apa apa lah, lawan saja dulu!", ujar Jampi segera bangkit. Dengan kikuk, dia mengayunkan pedang ke arah lawan setelah berlari cepat.

Clang

Terdengar benturan logam antara pedang emas semar mesem dengan lengan cambuk dari sosok kekar itu.

Krak

Tak lama, lengan itu retak. Sontak sosok kekar itu melompat ke belakang, memeriksa lengan kirinya.

Buss

Bruk

Lengan kirinya berasap dan terjatuh ke tanah begitu saja. Nampak sosok kekar itu begitu marah dan segera melesat menyerang Jampi sekuat tenaga dengan pukulan lengan kanan apinya.

Wush

Cring cring cring

Beberapa kali ia menyerang. Jampi hanya menahannya dengan pedang semar mesemnya. Tak nampak goresan sedikit pun di pedang milik Jampi.

Berbeda dengan sosok kekar itu, nampak ia menahan diri untuk tidak gegabah menyerang. Meski hanya beberapa kali memberi serangan, sosok itu tahu, lengannya bukan tandingan pedang emas Jampi.

"Ayo, kita tuntaskan atau mengakulah kalah. Eh, tapi kau kan tanpa kepala. Bagaimana bisa mengaku kalah?", canda Jampi yang merasa senang bisa menahan serangan lawan sembari mengisyaratkan agar lawan kembali menyerang.

Ini ia lakukan agar mentalnya menguat. Ia sendirian di sini. Kalau pun mati di sini, ia tak ingin mati terhina. Setidaknya ia harus memberi perlawanan keras dan kuat.

Episodes
1 Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2 Bab 2_ Jemari Petir
3 Bab 3_ Sinar Mentari
4 Bab 4_ Gadis Misterius
5 Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6 Bab 6_ Mahluk Ghaib
7 Bab 7_ Kantong Semar
8 Bab 8_ Ujian Harta
9 Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10 Bab 10_ Kesepakatan
11 Bab 11_ Kota Jahe
12 Bab 12_ Alas Kumitir
13 Bab 13_ Diculik Lagi
14 Bab 14_ Rayuan
15 Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16 Bab 16_ Terbelah Dua
17 Bab 17_ Rival Lama
18 Bab 18_ Penculikan Sukma
19 Bab 19_ Pengejaran
20 Bab 20_ Kampung Pitam
21 Bab 21_ Penyusup Amatir
22 Bab 22_ Tiga Sukma
23 Bab 23_ Dipaksakan
24 Bab 24_ Piala Bergilir
25 Bab 25_ Pria Tua Misterius
26 Bab 26_ Pencarian
27 Bab 27_ Jumat Pagi
28 Bab 28_ Eksekusi Rencana
29 Bab 29_ Hutang Budi
30 Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31 Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32 Bab 32_ Akar Awang
33 Bab 33_ Sindikat Kriminal
34 Bab 34_ Membuat Onar
35 Bab 35_ Mendekati Sarang
36 Bab 36_ Adu Mekanik
37 Bab 37_ Kecerobohan
38 Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39 Bab 39_ Meleleh
40 Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41 Bab 41_ Tim Gilas
42 42. Titik Balik
43 43. Bangkit
44 44. Mandau
45 45. Formasi Sura
46 46. Blender
47 47. Saat Kritis
48 48. Pamungkas
49 49. Gugur
50 50. Anjungan Kapal
51 51. Gertakan
52 52. Perhitungan
53 53. Tebusan
54 54. Jebakan
55 55. Tak Wajar
56 56. Pengujian
57 57. Kecewa
58 58. Frustasi
59 59. Pengamanan
60 60. Jantungan
61 61. Mempermainkan
62 62. Lebur Seketi
63 63. Janaka
64 64. Penawaran
65 65. Setuju
66 66. Merebut
67 67. Ajakan Taubat
68 68. Kehebatan Braja Geni
69 69. Tunggak Wuni
70 70. Imbang
71 71. Kondensasi
72 72. Curiga
73 73. Lewat Masa Aktif
74 74. Penentuan
75 75. Taktik Kombinasi
76 76. Pengecoh
77 77. Berakhir Sudah
78 78. Upaya Suksesi
79 79. Frontal
80 80. Menguasai
81 81. Hukuman
82 82. Tim Bravo
83 83. Darurat
84 84. Pertolongan
85 85. Selamat Jalan
86 86. Membawa Rani
87 87. Pulang
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1_ Kemampuan Ajaib
2
Bab 2_ Jemari Petir
3
Bab 3_ Sinar Mentari
4
Bab 4_ Gadis Misterius
5
Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga
6
Bab 6_ Mahluk Ghaib
7
Bab 7_ Kantong Semar
8
Bab 8_ Ujian Harta
9
Bab 9_ Diusir Dari Kampung
10
Bab 10_ Kesepakatan
11
Bab 11_ Kota Jahe
12
Bab 12_ Alas Kumitir
13
Bab 13_ Diculik Lagi
14
Bab 14_ Rayuan
15
Bab 15_ Lawan Tanpa Kepala
16
Bab 16_ Terbelah Dua
17
Bab 17_ Rival Lama
18
Bab 18_ Penculikan Sukma
19
Bab 19_ Pengejaran
20
Bab 20_ Kampung Pitam
21
Bab 21_ Penyusup Amatir
22
Bab 22_ Tiga Sukma
23
Bab 23_ Dipaksakan
24
Bab 24_ Piala Bergilir
25
Bab 25_ Pria Tua Misterius
26
Bab 26_ Pencarian
27
Bab 27_ Jumat Pagi
28
Bab 28_ Eksekusi Rencana
29
Bab 29_ Hutang Budi
30
Bab 30_ Kelompok Bersenjata
31
Bab 31_ Gadis Yang Menarik
32
Bab 32_ Akar Awang
33
Bab 33_ Sindikat Kriminal
34
Bab 34_ Membuat Onar
35
Bab 35_ Mendekati Sarang
36
Bab 36_ Adu Mekanik
37
Bab 37_ Kecerobohan
38
Bab 38_ Ajian Rawa Rontek
39
Bab 39_ Meleleh
40
Bab 40_ Kunang-Kunang Kuning
41
Bab 41_ Tim Gilas
42
42. Titik Balik
43
43. Bangkit
44
44. Mandau
45
45. Formasi Sura
46
46. Blender
47
47. Saat Kritis
48
48. Pamungkas
49
49. Gugur
50
50. Anjungan Kapal
51
51. Gertakan
52
52. Perhitungan
53
53. Tebusan
54
54. Jebakan
55
55. Tak Wajar
56
56. Pengujian
57
57. Kecewa
58
58. Frustasi
59
59. Pengamanan
60
60. Jantungan
61
61. Mempermainkan
62
62. Lebur Seketi
63
63. Janaka
64
64. Penawaran
65
65. Setuju
66
66. Merebut
67
67. Ajakan Taubat
68
68. Kehebatan Braja Geni
69
69. Tunggak Wuni
70
70. Imbang
71
71. Kondensasi
72
72. Curiga
73
73. Lewat Masa Aktif
74
74. Penentuan
75
75. Taktik Kombinasi
76
76. Pengecoh
77
77. Berakhir Sudah
78
78. Upaya Suksesi
79
79. Frontal
80
80. Menguasai
81
81. Hukuman
82
82. Tim Bravo
83
83. Darurat
84
84. Pertolongan
85
85. Selamat Jalan
86
86. Membawa Rani
87
87. Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!