Deril, Valdo, dan Deki berlari menuju lapangan dengan wajah yang penuh dengan keringat. "Astaga, kalian kenapa?" tanya Vanilla.
Caramel celingukan, mencari keberadaan Vior. Ketiganya terduduk dengan napas yang terengah-engah, bahkan mata mereka melotot saking kagetnya melihat penampakan arwah Ayu. Sandra mengambil air mineral dan memberikan kepada ketiganya.
"Kalian minum dulu," ucap Sandra.
Ketiganya segera minum dan akhirnya mereka sedikit tenang. "Vior, Vior ada di sana," ucap Deki sembari menunjuk ke arah jalan menuju toilet.
"Hah, Vior?" ucap Sandra dan Vanilla bersamaan.
"Vior di mana, Kak?" tanya Caramel panik.
"Di ruangan foto," sahut Valdo.
Tidak menunggu lagi, Caramel dan yang lainnya segera berlari menuju ruangan foto. "Ya Allah, Vior!" pekik Caramel.
Teman-temannya membantu membawa Vior ke tenda, Caramel sampai panik melihat Vior pingsan. Caramel terus saja mengolesi minyak kayu putih dan tidak lama kemudian, Vior pun sadar. "Vi, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Caramel cemas.
Vior menganggukkan kepalanya, seorang teman yang lain memberikan minum kepada Vior dan Vior segera meminumnya. "Jika kamu tidak kuat, lebih baik kamu pulang saja nanti biar Pak Dodo yang antar kamu," ucap Valdo.
Mendengar kata Dodo disebut membuat Vior seketika diam. "Neng, kalau mau pulang biar Bapak antar kamu," ucap Pak Dodo.
Dengan cepat Vior menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku kuat kok dan mau lanjut saja," sahut Vior gugup.
Semuanya pun kembali kegiatan awal, karena insiden tadi masih membuat jantung semuanya tidak aman jadi malam itu mereka tidak melakukan apa pun. Semuanya hanya berkumpul di tengah lapangan yang di tengah-tengahnya dibuat api unggun. Vior masih melamun dengan kejadian tadi, dan dia tidak menyangka jika pelakunya adalah orang-orang yang selama ini berada di dekat Vior.
"Teman-teman, barusan aku dapat kabar dari rumah sakit katanya Janet sudah sehat dan tidak terjadi kenapa-napa," ucap Deril.
"Alhamdulillah, semoga Janet terus sehat dan tidak kesurupan lagi," bisik Caramel.
"Janet tidak akan kesurupan lagi, tenang saja," sahut Vior.
"Kok kamu tahu?" tanya Caramel.
"Nanti saja aku jelasin di rumah," sahut Vior.
Malam itu mereka isi dengan doa bersama dan ditutup dengan penyambutan Mahasiswa dan Mahasiswi baru. Setelah itu, semuanya tidur di tenda masing-masing beruntung malam itu tidak ada gangguan sama sekali. Namun Vior tidak bisa tidur, dia masih teringat kejadian yang menimpa Ayu.
"Bagaimana caranya aku bisa lapor ke polisi, sedangkan aku sama sekali tidak punya bukti," batin Vior.
***
Keesokan harinya....
Acara kemping pun berjalan dengan lancar, dan mulai hari itu semuanya sudah resmi menjadi Mahasiswa dan Mahasiswi baru di kampus tersebut. Vior dan Caramel sedang bersiap-siap membereskan barang-barangnya karena sebentar lagi waktu kemping sudah selesai dan mereka diperbolehkan untuk pulang. Deril menghampiri Vior dan menarik tangan Vior untuk mengikutinya membuat semua orang tidak percaya apa lagi Sandra dan Vanilla.
"Deril mau ke mana itu?" ucap Sandra.
"Gak tahu, kok dia akrab sih sama Deril?" timpal Vanilla.
"Wah, gak dibiarin nih, aku harus susul mereka," ucap Sandra.
Baru saja Sandra hendak melangkah, Valdo dan Deki menahan dia. "Mau ke mana kamu?" tanya Valdo.
"Mau ikutin Deril, minggir kamu!" sentak Sandra.
"Tidak bisa, lebih baik kalian bantu aku untuk menutup acara ini," ucap Valdo.
"Tapi----"
Valdo langsung menarik tangan Sandra, sehingga Sandra pun tidak jadi mengikuti Deril dan Vior. Deril membawa Vior menjauh dari yang lainnya.
"Apa kamu mau melanjutkan pencarian kamu?" tanya Deril.
"Iya," sahut Vior singkat.
"Lebih baik kamu hentikan semua ini, berbahaya," ucap Deril.
Vior mengerutkan keningnya. "Kenapa? apa kakak takut jika kenyataannya keluarga kakak ada yang terlibat?" sarkas Vior.
"Jaga ucapan kamu, Vior. Keluargaku tidak mungkin terlibat dalam kasus itu?" geram Deril.
"Kalau keluarga kakak tidak terlibat, terus kenapa kasus ini harus ditutup? padahal jelas-jelas jasadnya pun belum ditemukan? dan keluarga korban di ancam untuk tidak lapor polisi? kalau aku tidak menemukan pelaku dan jasad dia, seumur hidup pun arwah Ayu akan terus meneror kampus ini dan akan lebih banyak lagi korban di sini," ucap Vior dengan penuh penekanan.
"Kamu jangan ngeyel, Vior."
"Kakak yang jangan ngeyel, kalau seandainya nanti salah satu keluarga kakak ikut terlibat, aku minta kakak jangan menghalangi prosesnya, itu pun kalau kakak tidak mau disebut sebagai pelindung penjahat," sindir Vior.
Deril mengepalkan kedua tangannya, Vior pun langsung pergi meninggalkan Deril. Setelah selesai acara penutupan, semua Mahasiswa dan Mahasiswi baru pun diperbolehkan untuk pulang dan besok mereka sudah menjadi bagian dari perlajar yang belajar kampus itu.
"Mel, aku mau mencari alamat dulu. Kamu mau ikut atau mau pulang saja?" tanya Vior.
"Kamu mau mencari alamat siapa?"
"Arwah Ayu dan Robi, kekasihnya," sahut Vior.
"Serius kamu, Vi? aku takut kamu kenapa-napa loh, sudah ah jangan ikut campur urusan kasus itu," protes Caramel.
"Kalau aku tidak membantu Ayu, nanti akan banyak korban lagi yang melayang. Memangnya kamu mau, diteror terus sama arwahnya Ayu?" ucap Vior.
"Enggaklah. Tapi aku takut kamu tidak bisa menemukan pelakunya dan akhirnya kamu yang jadi korban," sahut Caramel khawatir.
"Bismillah saja, aku yakin aku bisa menuntaskan masalah ini," ucap Vior mantap.
Caramel memang merasa khawatir dan takut, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Vior sendirian. Akhirnya mau tidak mau, Caramel pun ikut dengan Vior. Kebetulan alamat rumah Ayu dan Robi itu tidak terlalu jauh dari kampus jadi mereka bisa menggunakan motor Vior menuju rumah korban.
Setelah cukup lama mencari, akhirnya Vior dan Caramel pun menemukan alamat rumah Ayu. Terlihat seorang nenek-nenek duduk di teras rumah Ayu.
"Assalamualaikum, Nek!" Vior dan Caramel menghampiri nenek yang sedang melamun itu.
Nenek itu menatap Vior dan Caramel. "Waalaikumsalam."
Vior dan Caramel duduk di samping nenek itu. "Nek, maaf aku mau nanya, apa benar ini rumahnya Kak Ayu Amira? Mahasiswi yang meninggal di kampus xxx tahun 1965?" tanya Vior hati-hati.
"Ayu, anakku," gumam Nenek itu.
Tiba-tiba air mata nenek itu menetes kalau mendengar nama Ayu Amira disebut. Ayu ternyata anaknya dan nenek itu selalu menangis setiap ingat kepada Ayu, anak sulung yang selalu dia bangga-banggakan.
"Nenek, Mamanya Kak Ayu?" tanya Vior.
Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya, air matanya tidak berhenti mengalir membuat Vior harus menenangkannya terlebih dahulu. Vior dan Caramel bisa merasakan bagaimana sakitnya hati seorang ibu mengetahui anaknya meninggal secara tragis. Bahkan jasadnya pun tidak pernah ditemukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🥰Siti Hindun
hati² kamu Vi. bukan tidak mungkin, bahaya sedang mengintai kamu
2024-12-05
1
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸ˢ⍣⃟ₛ
kok penasaran ya kalo paK Dodo ikut terlibat
2025-02-20
1
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸ˢ⍣⃟ₛ
semoga vior bisa menuntaskan kasus kematian ayu
2025-02-20
1