Keesokan harinya....
Vior merasa penasaran dengan bola api yang kemarin terbang di atas rumah neneknya, dia pun pergi ke belakang untuk melihat apa ada benda yang jatuh di sana. Belakang rumah nenek Vior itu adalah pesawahan dan tempat untuk menjemur pakaian juga. Vior mulai melihat-lihat, dia takutnya ada benda yang jatuh di sana.
"Aku yakin, bola api itu jatuh di sini. Tapi, di sini tidak ada yang bekas terbakar semuanya baik-baik saja," gumam Vior.
Merasa tidak menemukan apa-apa, Vior pun kembali masuk. Rose sedang menemani ibunya, sedangkan Muna dan Caramel sedang membuat sarapan untuk semuanya. "Rose, kamu dan anak-anak mau pulang kapan?" tanya Nenek Warsih.
"Dua hari lagi, soalnya hari seninnya Vior masuk kuliah," sahut Mama Rose.
"Ya sudah, lagipula ibu sudah sembuh kok," sahut Nenek Warsih.
"Kata dokter puskesmas, ibu itu hanya pikiran saja. Memangnya apa yang sedang ibu pikirkan, sampai-sampai ibu drop dan sakit?" tanya Mama Rose.
"Ibu mikirin Muna, Teh. Padahal Muna sendiri baik-baik saja kok, tapi ibu hanya tidak menerima saja dengan omongan tetangga yang selalu menyebut Muna sebagai perawan tua," sahut Muna.
Rose tahu benar dengan perasaan ibunya, tapi Rose lebih khawatir dengan keadaan Muna. Selama ini dia pura-pura bahagia, padahal Rose tahu jika hatinya lebih hancur daripada ibunya. "Kalian sabar dulu ya, nanti kalau kondisi keuangan Rose sudah mulai stabil, Rose akan jemput kalian ke sini dan tinggal bersama Rose di kota," ucap Mama Rose.
Setelah selesai membuat sarapan, mereka pun melahap sarapan bersama-sama. Selesai sarapan, Rose memberi obat untuk Warsih dan ia pun memilih istirahat di kamar. Sedangkan yang lainnya, duduk-duduk santai di halaman belakang sembari melihat pesawahan yang sangat indah.
"Muna, kok Teteh lihat wajah kamu terlihat suram tidak bercahaya sama sekali," ucap Mama Rose.
"Justru itu Teh, aku juga sampai kaget kala melihat wajah sendiri di depan cermin. Aku berasa sudah tua sama Yuni pun aku jadi kalah cantik, padahal Yuni sudah punya suami dan anak sedangkan aku yang masih gadis dan selalu menjaga penampilan, bisa kalah sama dia," sahut Muna sedih.
"Tapi memang benar loh Bi, wajah bibi kaya umur 40 tahunan," sambung Vior.
Muna saat ini bekerja di sebuah toko grosiran, namun sudah 3 hari dia izin tidak masuk kerja karena ibunya sakit. "Masa sih, Vi? wajah bibi setua itu, ya?" ucap Muna dengan wajah sedihnya.
Rose mengusap punggung adiknya itu. "Jangan sedih, Teteh yakin kamu akan segera mendapatkan jodoh," ucap Mama Rose memberikan semangat.
Muna bersiap-siap, karena pagi ini dia akan kembali masuk kerja mumpung masih ada kakaknya dan keponakannya. "Kak, aku berangkat kerja dulu, tolong titip ibu," ucap Muna.
"Iya, jangan khawatir ibu aman kok bersama kakak," sahut Mama Rose.
Muna pun berpamitan dan segera pergi ke tempat kerja. Jarak antara rumah ke tempat kerja tidaklah jauh, hanya sepuluh menitan saja. Selama berjalan kaki, Muna merasakan tidak nyaman karena para tetangganya selalu menatap sinis kepada Muna.
"Semakin hari, wajah si Muna semakin jelek saja kaya wanita tua."
"Iya, pantas saja si Badrun lebih memilih Sinta karena siapa yang mau sama perawan tua kaya si Muna.",
Muna semakin mempercepat langkahnya, hatinya sakit tapi dia berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh. Dulu Muna adalah bunga desa, banyak pria yang datang melamar Muna namun Muna menolak karena dia sudah mempunyai kekasih bernama Badrun. Badrun merupakan anak dari juragan beras, dan kedua orang tua Badrun tidak merestui hubungan anaknya itu dengan Muna.
Muna dan Badrun saling mencintai, hingga mereka pun tetap menjalin hubungan secara diam-diam. Sinta adalah teman Muna dan sama-sama bekerja di toko grosiran, diam-diam Sinta menyukai Badrun dan berniat ingin merebut Badrun dari Muna. Satu tahun lalu, Badrun memutuskan hubungannya dengan Muna tanpa alasan yang jelas dan satu minggu kemudian Badrun menikah dengan Sinta, aneh memang.
"Vi, aku merasa aneh. Bi Muna itu cantik, tapi kok sekarang beda banget sih?" tanya Caramel.
"Aku juga merasa aneh, padahal Bi Muna itu bunga desa loh tapi sekarang justru semua orang membenci dia bahkan pacarnya sendiri malah memutuskan Bi Muna tanpa alasan yang jelas dan satu minggu kemudian, dia menikah dengan teman Bi Muna," sahut Vior.
"Gila, brengsek banget tuh cowok," kesal Caramel.
"Yang lebih anehnya lagi, orang tua Badrun itu tidak merestui hubungan anaknya dengan Bi Muna karena Bi Muna berasal dari keluarga miskin. Begitu pun dengan teman Bi Muna, dia juga bukan orang kaya tapi anehnya keluarga Badrun langsung merestui hubungan mereka," jelas Vior.
"Aneh, apa jangan-jangan teman Bi Muna itu menggunakan pelet?" ucap Caramel.
"Gak tahu juga sih, yang jelas aku lihat ada kejanggalan dalam hubungan Bi Muna. Oh iya, kamu tahu gak tadi malam aku melihat ada bola api yang melayang di atas rumah ini," ucap Vior.
"Hah, serius kamu?" Caramel merasa sangat kaget.
"Iya, dan aku berpikir apa itu ada hubungannya dengan Bi Muna?"
"Kayanya itu kiriman deh, Vi."
"Entahlah, aku juga gak mau suudzon dulu. Tapi memang pikiran aku mengarah ke sana," ucap Vior.
Sementara itu, Muna baru saja sampai di toko grosir. Muna langsung memulai pekerjaannya, menyapu dan merapikan makanan yang dijual. Tiba-tiba sebuah motor datang, dan ternyata itu motor Badrun yang mengantarkan Sinta.
Sinta tersenyum sinis ke arah Muna dan Muna langsung memalingkan wajahnya. Dia masih sakit hati kepada Badrun yang sudah memutuskan hubungannya secara tiba-tiba. Namun satu hal yang menjadi pertanyaan dalam hati Muna, Badrun seperti tertekan hidup bersama Sinta.
Sedangkan di rumah Warsih, Rose seperti biasa sedang santai sembari menunggu ibunya. Vior dan Caramel pergi ke rumah Yuni untuk bermain bersama Kirana. Tiba-tiba Vior dan Caramel terkejut kalau mendengar teriakan Rose.
"Mama kenapa?" tanya Vior yang langsung berlari menghampiri Mamanya.
"Ada kelabang, Vior!" teriak Mama Rose.
"Mana, tante?" tanya Caramel.
"Itu, tadi kelabang itu muncul dari bawah kasur nenek Vior," sahut Mama Rose.
Vior segera mengambil kayu dan membunuh kelabang itu, setelah mati Vior pun membuang kelabang itu ke luar. "Kok bisa ada kelabang masuk?" batin Vior.
"Ibu, ibu kenapa?" teriak Mama Rose.
Vior kembali kaget dan segera masuk ke dalam rumah. Terlihat Warsih muntah darah dan membuat semua orang panik.
"Bagaimana ini, Vior?" ucap Caramel panik.
"Kita bawa nenek ke puskesmas, Ma," ucap Vior.
Warsih tampak kejang-kejang sembari memegang dadanya, hingga tidak membutuhkan waktu lama, Warsih melotot dan lemas terjatuh di atas kasur.
"Astagfirullah, ibu!" teriak Mama Rose.
"Mel, tolong panggilkan Pak RW," suruh Vior.
"Baik."
Beberapa saat kemudian, Caramel datang bersama Pak RW. Ia segera memeriksa Warsih, namun Pak RW terkejut karena Warsih ternyata sudah meninggal.
"Nenek Warsih sudah meninggal, Rose," ucap Pak RW.
"Innalilahi wainnailaihi rojiun," sahut semuanya bersamaan.
Ketiganya lemas, bahkan Rose langsung memeluk ibunya dengan tangisan yang tidak terbendung. Warsih benar-benar meninggal secara tiba-tiba dan mendadak sekali membuat Vior merasa aneh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸ˢ⍣⃟ₛ
kayaknya disantet itu neneknya vior tiba-tiba lngsung meninggal aja
2025-02-20
1
Neni marheningsih
ngga di kampung ga di kota.... namanya orang sirik dan dengki udah ada dr zaman dahulu...orang jualan juga PD pakai penglaris kalau yg jualan jujur ya sepi ga rame orang di tutup SM yg sirik
2024-12-23
2
☠☀💦Adnda🌽💫
serem amat y dikampung PD mau dukun bgtu y
2024-09-20
1