Hujan semakin deras, di tengah kekhawatiran Yuni tiba-tiba pintu rumahnya pun ada yang mengetuk. Yuni dengan cepat membukanya dan betapa terkejutnya Yuni saat melihat Wahyu suaminya menggigil kedinginan.
"Astagfirullah Kang Wahyu, kenapa hujan-hujanan sih?" ucap Yuni.
Yuni segera mengambilkan handuk dan memberikannya kepada Wahyu. "Kang, air hangatnya sudah Yuni siapkan dari tadi mungkin sekarang sudah agak dingin. Apa mau aku panaskan lagi?" seru Yuni.
Wahyu menggelengkan kepalanya lalu berjalan melewati Yuni tanpa bicara sedikit pun. Yuni memang sudah terbiasa menyiapkan air hangat untuk suaminya karena suaminya biasa pulang pada waktu maghrib. Dan udara di kampung itu sangat dingin jika menjelang malam.
"Nak, bangun Nak, katanya mau makan bareng sama Ayah, itu Ayah sudah pulang." Yuni membangunkan Kirana yang merupakan anak satu-satunya itu.
Anak berusia 4 tahun itu membuka matanya dan menguceknya untuk beberapa saat. "Ayah mana?" tanya Kirana.
"Sedang mandi, sebentar ya Mama siapkan dulu makanannya," ucap Yuni.
Kirana hanya menganggukkan kepalanya. Keluarga kecil itu memang hidup serba kesusahan, namun Yuni dan Wahyu tidak pernah banyak mengeluh. Bahkan Yuni dengan sabar dan ikhlas menerima Wahyu apa adanya.
Wahyu pun selesai mandi dan berganti baju. "Yun, bajunya biar nanti Akang saja yang cuci kasihan kamu," ucap Wahyu.
"Jangan Kang, biar Yuni saja yang cuci. Ajang 'kan sudah capek bekerja, mana mungkin Yuni tega membiarkan Akang mencuci baju sendiri. Sekarang Akang makan saja yang banyak, habis itu istirahat," ucap Yuni.
Wahyu menganggukkan kepalanya. "Ayah, malam ini Kirana ingin tidur sama Ayah ya," ucap Kirana.
Wahyu lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya sembari mengusap kepala Kirana. "Kamu tidur saja di kamar, nanti kalau Kirana sudah terlelap, Akang akan pindahkan dia ke kamar," ucap Wahyu datar.
"Memangnya Akang tidak mau tidur di kamar?" tanya Yuni.
Wahyu menggelengkan kepalanya. "Akang tidur di sini saja," sahut Wahyu.
Wahyu dan Kirana pun tidur di ruang tengah dengan beralaskan tikar. Kirana memeluk Ayahnya. "Ayah kok dingin banget?" seru Kirana.
"Ayah 'kan habis hujan-hujanan Nak, jadi tubuh Ayah dingin," sahut Wahyu.
Menjelang tengah malam, Wahyu terbangun lalu memindahkan Kirana ke dalam kamar. Terlihat Yuni sudah terlelap tidur, perlahan Wahyu pun merebahkan tubuh Kirana di samping Yuni. Diperhatikannya wajah anak dan istrinya itu, mata Wahyu mulai berkaca-kaca lalu Wahyu pun segera keluar dan kembali merebahkan tubuhnya di ruangan tengah.
***
Keesokan harinya....
Yuni mulai menggerakkan tubuhnya, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah lima subuh. Yuni pun bangun dan kaget saat melihat suaminya sudah tidak ada di ruang tengah. Yuni mencari ke dalam kamar mandi dan dapur ternyata tidak ada, hingga Yuni pun menemukan secarik kertas di atas bantal.
"AKU HARUS BERANGKAT SUBUH, MAAF TIDAK PAMIT DULU."
Yuni menghembuskan napasnya. "Kenapa Kang Wahyu tidak membangunkan aku, padahal aku bisa membuatkan bekal dulu untuknya," batin Yuni.
Yuni tidak mau berpikir yang aneh-aneh, dia pun memutuskan ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil air wudhu. Yuni dibuat terkejut, saat baju kotor yang basah kuyup bekas semalam sudah tidak ada di tempatnya cucian kotor.
"Loh, baju Kang Wahyu ke mana? apa dia sudah mencucinya?" gumam Yuni.
Yuni kembali keluar dari kamar mandi dan melihat ke teras rumahnya. Ternyata di luar juga tidak ada cucian Wahyu. "Kok gak ada? tidak mungkin jika Kang Wahyu kembali memakai baju itu," gumam Yuni.
Yuni benar-benar merasa aneh dengan sikap suaminya itu, tapi Yuni selalu berpikir positif siapa tahu memang untuk saat ini Wahyu benar-benar harus menyelesaikan pekerjaannya. Sementara itu di rumah nenek Vior, semuanya sedang menyeruput air hangat dan ditemani singkong goreng. Rose duduk di samping Mamanya sembari memijat kaki mamanya itu.
"Vior, bagaimana dengan kuliah kamu?" tanya Nenek Wisma.
"Alhamdulillah lancar Nek, dan sekarang Vior sedang libur maka dari itu Vior bisa datang ke sini untuk menjenguk Nenek," sahut Vior.
"Nenek sangat bahagia kalian bisa ke sini, tapi sebaiknya kalian jangan memaksakan diri jika kalian tidak punya uang. Nenek tahu kebutuhan di kota itu sangat mahal dan besar, lagipula nenek ada Muna kok yang jaga," ucap Nenek Wisma.
"Tetap saja Rose kepikiran kalau mendengar Mama sakit, makanya Rose dan Vior segera ke sini karena ingin melihat keadaan Mama secara langsung," ucap Mama Rose.
Menjelang pagi, suasana kampung mulai tersinari matahari. "Ma, Vior sama Caramel ingin jalan-jalan dulu, boleh 'kan?" seru Vior meminta persetujuan Mamanya.
"Boleh, tapi jangan jauh-jauh takutnya kalian tersesat," sahut Mama Rose.
"Tidaklah Ma, Vior masih hapal dengan kampung ini."
"Ya sudah, sana."
Vior dan Caramel pun mulai jalan-jalan di kampung, mereka berdua pergi ke sawah dan melihat pemandangan sawah yang sangat indah itu. Hingga tatapan Vior kembali tertuju ke jembatan yang sedang diperbaiki itu. Vior kembali mendengar suara orang sedang bekerja, namun Vior sama sekali tidak melihat satu pun orang yang bekerja di sana.
"Mel, kamu dengar orang yang lagi kerja bangunan tidak?" tanya Vior.
"Heem, dengar. Kenapa memangnya? bukannya di sana lagi buat jembatan ya?" ucap Caramel.
"Lihat baik-baik, apa kamu lihat ada pegawai di sana? justru aku lihat, sepertinya tanah yang dipinggir itu longsor deh akibat hujan semalam," sahut Vior.
"Eh iya, kok gak ada orangnya. Tapi dari sini kedengaran ada orang ngobrol dan bekerja," seru Caramel aneh.
"TOLONG KAMI."
Tiba-tiba angin berhembus dengan membawa suara itu, membuat Vior seketika celingukan mencari arah suara. Vior menajamkan penglihatannya ke arah jembatan itu, terlihat beberapa bapak-bapak yang berdiri di sana dengan tatapan kosong melihat ke arah Vior.
"Astagfirullah."
"Kenapa, Vi?" tanya Caramel kepo.
"Kita pulang, gak benar ini," sahut Vior sembari menarik tangan Caramel membawanya pergi dari sana.
"Kamu pasti lihat setan 'kan, Vi?" tebak Caramel.
"Heem, dan aku gak mau berurusan dengan mereka," sahut Vior.
Vior dan Caramel cepat-cepat pulang ke rumah, terlihat Muna sedang menyapu di halaman. "Loh, kok kalian sudah pulang lagi?" tanya Muna.
"Bi, itu yang jembatan roboh itu memang ada pekerjanya?" tanya Vior.
"Ya ada lah, pekerjanya hampir semua warga sini. Kenapa memangnya?" tanya Muna.
"Tapi semua pekerja itu pulang ke rumah mereka?" tanya Vior lagi penasaran.
"Astaga, iyalah Vior. Setiap hari mereka pulang, memangnya kenapa sih?" Muna merasa tidak mengerti dengan pertanyaan keponakannya itu.
"Ah, tidak apa-apa Bi, hanya ingin tahu saja," sahut Vior sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟℕ𝔸𝔹𝕀𝕃𝕃𝔸ˢ⍣⃟ₛ
waduh semua pekerja kerimbun longsor tp kok anehnya warga gak ada yang tahu ya karena arwahnya pada pulang kalo malam
2025-02-20
1
awesome moment
yg pulang arwah wahyu
2024-12-14
1
Bunda Elsha
ternyata semua tertimbun longsor
2024-09-10
1