Kehadiran yang Dirindukan

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Selanjutnya

Farin menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya sebelum berbicara. "Aldo, aku ingin kita berbicara jujur malam ini. Akhir-akhir ini, aku merasa ada yang berbeda dengan kamu. Kamu seperti menjauh, sikapmu terasa dingin... Apakah semua ini karena kamu sibuk dengan tugas-tugasmu?"

Aldo menatap Farin, hatinya berkecamuk. Dia tahu ini adalah kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran, tetapi keberanian itu seolah lenyap. Aldo mengalihkan pandangannya sejenak ke tanah, berpikir keras mencari kata-kata yang tepat. Dia belum siap untuk mengakui hubungannya dengan Kaira, meskipun dia tahu Farin layak mendapatkan kejujuran.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Aldo akhirnya berkata, "Ya, Farin... aku memang sedang sibuk dengan tugas proyek. Kamu tahu, sekarang sudah mendekati akhir semester, dan tugas-tugas semakin menumpuk. Aku benar-benar tidak punya banyak waktu, dan aku minta maaf jika sikapku membuat kamu merasa tidak nyaman."

Farin menatap Aldo, berusaha mencari kejujuran di dalam mata pria yang selama ini dia cintai. Kata-kata Aldo terdengar meyakinkan, tetapi ada sesuatu dalam hatinya yang masih meragukan. Farin mengingat masa-masa lalu, ketika Aldo juga sibuk dengan tugasnya, namun tetap berusaha hadir untuknya, selalu memberikan kabar, bahkan di tengah kesibukannya.

"Aku mengerti, Aldo," jawab Farin akhirnya, meskipun hatinya masih penuh keraguan. "Aku tahu kamu sedang banyak tugas. Aku hanya ingin memastikan bahwa kita baik-baik saja."

Aldo merasa lega ketika mendengar kata-kata Farin, tetapi perasaan bersalah itu tidak sepenuhnya hilang. Dia tersenyum tipis dan meraih tangan Farin, mencoba meyakinkannya. "Kita baik-baik saja, Farin. Aku hanya butuh waktu untuk menyelesaikan semua ini. Setelah semuanya selesai, kita bisa kembali seperti dulu."

Farin mengangguk perlahan, tetapi kegelisahan masih terasa di dadanya. Meskipun Aldo berusaha menenangkannya, Farin merasa ada jarak yang mulai tumbuh di antara mereka, jarak yang tidak bisa dia jembatani hanya dengan kata-kata.

"Baiklah, Aldo," kata Farin akhirnya sambil menarik tangannya perlahan dari genggaman Aldo. "Aku harus pergi sekarang. Ada pertemuan dengan partai yang harus aku hadiri. Tapi... kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk memberitahuku, ya."

Aldo mengangguk, merasa lega bahwa Farin tidak memperpanjang pembicaraan ini. "Tentu, Farin. Semoga pertemuanmu berjalan lancar."

Farin tersenyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat. Dia bangkit dari duduknya dan menatap Aldo untuk terakhir kali sebelum pergi. "Aku juga berharap semua tugasmu berjalan lancar, Aldo. Jangan terlalu memaksakan diri, ya."

"Terima kasih, Farin," balas Aldo, senyum yang sedikit dipaksakan muncul di wajahnya.

Farin mengangguk sekali lagi sebelum berbalik dan berjalan pergi. Setiap langkah terasa berat, seolah-olah setiap meter menjauhkan dirinya lebih jauh dari Aldo. Dia berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, mencoba fokus pada pertemuan partai yang harus dihadirinya, tetapi pikiran tentang Aldo terus menghantui.

Di sisi lain, Aldo menatap punggung Farin yang semakin menjauh, merasa lega sekaligus tertekan. Dia tahu bahwa kebohongannya malam ini hanya menunda yang tak terhindarkan. Perasaan bersalahnya semakin dalam, tetapi dia masih belum berani untuk menghadapi kenyataan yang telah dia ciptakan sendiri.

...***...

Hari-hari setelah pertemuannya dengan Farin, Aldo merasa lega. Farin tidak lagi menaruh curiga pada perubahan sikapnya. Namun, di balik rasa lega itu, ada kekosongan yang semakin mengganggunya. Kaira, wanita yang belakangan ini mengisi hari-harinya dengan tawa dan canda, tiba-tiba menjadi dingin. Aldo tahu, kemungkinan besar Kaira sudah mengetahui bahwa dia masih bersama Farin. Pikiran ini terus menghantui Aldo saat ia mengendarai motornya pulang.

Dalam perjalanan, Aldo terjebak dalam kenangan tentang Kaira. Dia teringat bagaimana Kaira selalu punya waktu untuknya, meskipun hanya sebentar. Kehadiran Kaira selalu membuatnya merasa dibutuhkan, suatu hal yang selama ini dia cari. Namun, lamunan ini tiba-tiba buyar saat dia tidak menyadari trotoar di depannya. Aldo kehilangan kendali atas motornya dan menabrak trotoar, tubuhnya terlempar ke tanah dengan keras.

Bima, yang kebetulan berada di belakangnya dengan mobil, langsung berhenti dan bergegas membantu Aldo. Dengan panik, dia membawa Aldo ke klinik terdekat. Tanpa berpikir panjang, Bima menghubungi Farin dan juga Kaira, berharap keduanya bisa datang segera.

Di sisi lain, Kaira yang menerima pesan itu merasakan tubuhnya gemetar. Rasa takut dan khawatir menguasainya, dia tahu bahwa dia benar-benar mencintai Aldo. Tanpa ragu, Kaira meminta izin kepada dosen untuk pulang lebih awal, alasan darurat yang mendesaknya untuk meninggalkan kelas. Dia juga menghubungi beberapa organisasi yang diikutinya, memberi tahu bahwa ada urusan mendesak yang berkaitan dengan keluarganya, meskipun sebenarnya dia hanya ingin segera menemui Aldo.

Sesampainya di klinik, Kaira berlari masuk dengan napas tersengal. Ketika dia melihat Aldo yang terbaring di ranjang perawatan dengan wajah pucat, tanpa berpikir panjang, dia langsung memeluknya erat, air matanya jatuh tanpa bisa dihentikan. Aldo, yang terkejut dengan kedatangan Kaira, merasa terenyuh melihat wanita itu menangis untuknya. Dia melirik Bima, yang hanya tersenyum tipis sebelum keluar dari ruangan, memberi mereka privasi.

Bima, kini yang panik, berusaha menenangkan diri. Dia tahu bahwa jika Farin tiba sementara Kaira masih di sana, situasi akan berubah menjadi masalah besar. Pasti akan ada banyak pertanyaan dari Farin, dan itu bisa menguak semua kebohongan Aldo.

Untung saja ada pesan dari Farin yang mengatakan bahwa dia akan terlambat, itu sedikit membuat Bima merasa lega. Farin memintanya untuk tetap berada di sana dan memberikan kabar terkini tentang keadaan Aldo, dan Bima setuju dengan senang hati.

Sementara itu, di dalam klinik, Aldo dan Kaira semakin mendekat. Aldo mencoba meraih tangan Kaira yang gemetar, kemudian berkata dengan suara serak, "Aku baik-baik saja, Kaira. Jangan menangis, ya."

Kaira menggeleng, masih memeluk Aldo dengan erat. "Aku takut sekali, kak Aldo. Kalau terjadi apa-apa padamu... Aku nggak tahu harus gimana."

Aldo merasakan kehangatan yang mengalir dari pelukan Kaira, membuat hatinya semakin bimbang. "Maafkan aku sudah membuat kamu khawatir," ucapnya pelan, mengusap punggung Kaira dengan lembut.

"Aku nggak akan kemana-mana. Aku akan selalu ada di sini."

Kaira melepaskan pelukannya sedikit, menatap Aldo dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Aku tahu kamu masih sama Farin. Tapi... aku nggak bisa bohong, Aldo. Aku benar-benar sayang sama kamu."

Aldo terdiam, kata-kata Kaira menembus pertahanannya. Di sisi lain, dia juga menyadari bahwa dia belum sepenuhnya jujur kepada Farin. Tapi di saat yang sama, hatinya tahu bahwa Kaira telah menjadi seseorang yang sangat berarti baginya, lebih dari yang dia duga sebelumnya.

Waktu berjalan cepat, dan setelah dua jam di klinik, dokter memperbolehkan Aldo untuk pulang. Bima yang sudah menunggu di luar, membantu Aldo menuju mobilnya. Ketika mereka sampai di rumah nenek Aldo, Kaira masih setia menemani, senantiasa membantu Aldo dengan segala yang dibutuhkan.

Di rumah nenek Aldo, Kaira menunjukkan perhatian yang lebih dari biasanya. Dia memastikan Aldo beristirahat dengan nyaman, menyiapkan makanan ringan, dan merawat lukanya dengan lembut. Setiap gerakan Kaira menunjukkan ketulusan yang membuat Aldo semakin merasa bersalah, namun juga semakin yakin bahwa Kaira adalah apa yang dia butuhkan selama ini.

"Aldo, kalau kamu butuh apa-apa, bilang saja ya," ujar Kaira dengan suara lembut sambil duduk di samping tempat tidur Aldo. "Aku akan selalu ada untuk kamu."

Aldo tersenyum tipis, merasakan kehangatan dari kata-kata Kaira. "Terima kasih, Kaira. Kamu sudah banyak membantu hari ini."

Kaira hanya mengangguk, menatap Aldo dengan perasaan yang sulit diungkapkan. "Aku cuma ingin kamu tahu, Kak Aldo... aku ada di sini bukan karena terpaksa. Aku ingin ada di sini karena aku sayang sama kamu."

Mendengar itu, Aldo merasa hatinya semakin berat. Dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan, tetapi untuk saat ini, dia hanya bisa menikmati kehadiran Kaira yang memberikan rasa nyaman yang dia rindukan selama ini. Hari itu, Aldo mulai menyadari bahwa apa yang selama ini dia butuhkan mungkin bukan sekadar hubungan yang didasarkan pada kewajiban, tetapi kehadiran seseorang yang benar-benar peduli dan mencintainya.

Malam itu, saat Kaira akhirnya pamit pulang, Aldo berbaring di tempat tidur, memandangi langit-langit dengan pikiran yang berkecamuk. Dia merasa nyaman dengan Kaira, namun dia juga tahu bahwa dia tidak bisa terus berbohong kepada Farin. Hati kecilnya mengatakan bahwa keputusan yang harus diambil akan menentukan arah hidupnya, dan untuk pertama kalinya, Aldo benar-benar merasa takut akan apa yang akan datang.

Episodes
1 Sebuah Awal yang Terasa Berbeda
2 Retak dalam Kepercayaan
3 Kembali ke Masa Sekolah 01
4 Kembali ke Masa Sekolah 02
5 Kembali ke Masa Sekolah 03
6 Kembali ke Masa Sekolah 04
7 Kembali Ke Masa Sekolah 05
8 Kembali Ke Masa Sekolah 06
9 Kembali Ke Masa Sekolah 07
10 Kembali ke Masa Sekolah 08
11 Kembali ke Masa Sekolah 09
12 Kembali ke Masa Sekolah 10
13 Awal Pertemuan yang Tak Terduga
14 Dilema yang Terpendam
15 Persimpangan Rasa
16 Hari Menuju Pengakuan Aldo
17 Meninggalkan Pertanyaan
18 Kebohongan di Antara Kita
19 Kehadiran yang Dirindukan
20 Di Antara Dua Hati
21 Kembali Curiga
22 Dibalik Kedekatan
23 Situasi yang Rumit
24 Keinginan Aldo
25 Persimpangan Hati
26 Cerita Dimulai
27 Puncak Kepedihan
28 Di Balik Senyum Farin
29 Gilang
30 Pertemuan Bermakna
31 Keputusan
32 Hati Bimbang
33 Cinta Terselubung
34 Dilema Cinta
35 Membenahi
36 Kekhawatiran
37 Dua Pilihan
38 Dua Hati
39 Tidak Terduga
40 Aldo, Gilang dan Hans
41 Tak Tergapai
42 Bab Baru
43 Ketenangan dan Dukungan
44 Kue Manis
45 Bergejolak
46 Bukti
47 Keberanian
48 Hari Jadi Ke-5
49 Malam Puncak
50 Berakhir
51 Salah Paham
52 Masalah
53 Dendam
54 Sulit
55 Kenyataan Hati
56 Melepas
57 Bagian-bagian
58 Ribut
59 Antara Kita
60 Menolak
61 Mestinya, Tidak Apa-apa
62 Persimpangan
63 Kita dan Perubahan
64 Cinta di Balik Kopi
65 Implusif
66 Menembus Batas Takdir
67 Pertolongan
68 Cinta di Tengah Penyesalan
69 Kue Manis Kisah Inspirasi
70 Perjalanan
71 Bahaya di Balik Pesta
72 Tenggelam
73 Cerita di Balik Senyum
74 Cerita Kita
75 Terbongkar
76 Realita
77 Terpuruk
78 Tak Terlihat
79 Telah Kembali
80 Pilihan Tak Terduga
81 Penembusan
82 Antara Keluarga
83 Arah Bersama
84 Love You
85 Diperjuangkan
86 Restu
87 Masih Panjang
88 Menyulam
89 Penolakan
90 Menimbang
91 Bintang Harapan Pagi
92 Mendapat Restu
93 Ujian Kedua dari Oma
94 Menuju Cinta dan Kesuksesan
95 Restu di Pagi Hari
96 Kebahagiaan Berganti Duka
97 Kembali ke Kota
98 Dibalik Layar dan Rasa
99 Bintang Sesungguhnya
100 Kebahagiaan yang Nyata
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Sebuah Awal yang Terasa Berbeda
2
Retak dalam Kepercayaan
3
Kembali ke Masa Sekolah 01
4
Kembali ke Masa Sekolah 02
5
Kembali ke Masa Sekolah 03
6
Kembali ke Masa Sekolah 04
7
Kembali Ke Masa Sekolah 05
8
Kembali Ke Masa Sekolah 06
9
Kembali Ke Masa Sekolah 07
10
Kembali ke Masa Sekolah 08
11
Kembali ke Masa Sekolah 09
12
Kembali ke Masa Sekolah 10
13
Awal Pertemuan yang Tak Terduga
14
Dilema yang Terpendam
15
Persimpangan Rasa
16
Hari Menuju Pengakuan Aldo
17
Meninggalkan Pertanyaan
18
Kebohongan di Antara Kita
19
Kehadiran yang Dirindukan
20
Di Antara Dua Hati
21
Kembali Curiga
22
Dibalik Kedekatan
23
Situasi yang Rumit
24
Keinginan Aldo
25
Persimpangan Hati
26
Cerita Dimulai
27
Puncak Kepedihan
28
Di Balik Senyum Farin
29
Gilang
30
Pertemuan Bermakna
31
Keputusan
32
Hati Bimbang
33
Cinta Terselubung
34
Dilema Cinta
35
Membenahi
36
Kekhawatiran
37
Dua Pilihan
38
Dua Hati
39
Tidak Terduga
40
Aldo, Gilang dan Hans
41
Tak Tergapai
42
Bab Baru
43
Ketenangan dan Dukungan
44
Kue Manis
45
Bergejolak
46
Bukti
47
Keberanian
48
Hari Jadi Ke-5
49
Malam Puncak
50
Berakhir
51
Salah Paham
52
Masalah
53
Dendam
54
Sulit
55
Kenyataan Hati
56
Melepas
57
Bagian-bagian
58
Ribut
59
Antara Kita
60
Menolak
61
Mestinya, Tidak Apa-apa
62
Persimpangan
63
Kita dan Perubahan
64
Cinta di Balik Kopi
65
Implusif
66
Menembus Batas Takdir
67
Pertolongan
68
Cinta di Tengah Penyesalan
69
Kue Manis Kisah Inspirasi
70
Perjalanan
71
Bahaya di Balik Pesta
72
Tenggelam
73
Cerita di Balik Senyum
74
Cerita Kita
75
Terbongkar
76
Realita
77
Terpuruk
78
Tak Terlihat
79
Telah Kembali
80
Pilihan Tak Terduga
81
Penembusan
82
Antara Keluarga
83
Arah Bersama
84
Love You
85
Diperjuangkan
86
Restu
87
Masih Panjang
88
Menyulam
89
Penolakan
90
Menimbang
91
Bintang Harapan Pagi
92
Mendapat Restu
93
Ujian Kedua dari Oma
94
Menuju Cinta dan Kesuksesan
95
Restu di Pagi Hari
96
Kebahagiaan Berganti Duka
97
Kembali ke Kota
98
Dibalik Layar dan Rasa
99
Bintang Sesungguhnya
100
Kebahagiaan yang Nyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!