...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Akhirnya Aldo memutuskan untuk mengikuti taruhan yang diajukan oleh teman-temannya dan mulai mendekati Kaira dengan cara yang halus. Meskipun awalnya ragu, Aldo merasa tertantang untuk mengetahui apakah Kaira menyimpan perasaan untuknya, atau jika dia hanya dianggap sebagai kakak.
Suatu hari di kampus, saat Kaira menabrak seseorang di anak tangga, buku-bukunya jatuh berserakan. Dengan cepat, dia membungkuk untuk mengumpulkannya, tetapi tangannya bertemu dengan tangan lain yang sudah lebih dulu memungut salah satu buku. Ketika dia mendongak, matanya bertemu dengan tatapan yang familiar. Aldo, kakak kelas yang dulu sangat dekat dengannya, tersenyum ramah sambil menyerahkan buku di tangannya.
“ Kak Aldo?” suara Kaira terdengar sedikit gemetar, campuran antara terkejut dan takjub.
Kaira merasa gugup, hatinya berdebar kencang saat melihat Aldo. Ingatan tentang masa lalu, tentang janji yang pernah dia buat untuk dirinya sendiri di tahun 2021, kembali menghantui pikirannya. "Aku akan tetap menunggu, Kak. Aku akan setia sampai kamu menyadari bahwa aku di sini, selalu untukmu," begitu kata hatinya saat itu.
Aldo mengangguk, “Lama tak bertemu, Kaira. Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini.”
Kaira tersenyum kecil, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba melonjak. “Aku juga tak menyangka. Terima kasih, Kak, sudah membantu.”
“Tidak masalah. Kamu kuliah di sini sekarang?” tanya Aldo sambil berdiri, menyodorkan tangan untuk membantu Kaira bangkit.
Kaira menerima tangan Aldo dan berdiri. Sentuhan singkat itu membuatnya semakin gugup. “Iya, baru mulai semester ini,” jawabnya sambil merapikan buku-bukunya.
“Bagus. Semoga betah di sini. Kamu pasti akan suka. Banyak kegiatan seru yang bisa diikuti,” kata Aldo, suaranya terdengar hangat dan tulus.
Kaira mengangguk, masih merasa canggung. Dia bingung dengan perhatian yang tiba-tiba datang dari Aldo, yang selama ini tidak pernah dia lihat lagi sejak mereka berpisah dua tahun lalu. “Bagaimana kabar Kak Aldo?”
Aldo tersenyum, sedikit gugup di dalam hatinya, tetapi dia menyembunyikannya dengan baik. “Aku baik-baik saja. Masih sibuk dengan tugas-tugas, dan sekarang ada proyek baru yang aku kerjakan.”
Kaira merasa nyaman dengan pembicaraan ini, meskipun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dia selalu mengingat Aldo sebagai sosok yang hangat dan perhatian, tapi kini perhatian itu terasa berbeda—lebih mendalam, seolah-olah ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Aldo. “Aku senang mendengarnya, Kak.”
Aldo mengamati Kaira dengan seksama, memperhatikan bagaimana dia berbicara dengan nada yang sedikit ragu-ragu. "Apakah dia masih melihatku sebagai kakak atau ada sesuatu yang lebih?" pikir Aldo.
“Kalau ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk bertanya, ya. Aku akan dengan senang hati membantu.”
Kaira merasa campuran emosi yang aneh. Di satu sisi, dia senang bisa bertemu Aldo lagi, orang yang dulu selalu membuatnya merasa aman. Tapi di sisi lain, ada rasa cemas yang muncul, karena perhatian Aldo ini begitu tiba-tiba, membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.
“Terima kasih, Kak. Aku pasti akan ingat itu.”
Mereka berdua terdiam sejenak. Aldo berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang, meskipun di dalam hatinya, ada pertarungan antara rasa penasaran dan kesetiaannya pada Farin.
Kaira, di sisi lain, Kaira merasa bahwa pertemuan ini membangkitkan kembali perasaan lamanya. Perasaan yang dia kira sudah hilang ternyata masih ada, dan itu membuatnya merasa bingung dan sedikit takut.
Aldo melihat jam tangannya, “Aku harus pergi ke kelas sekarang. Tapi kita pasti akan sering bertemu di kampus. Jangan sungkan kalau ingin ngobrol lagi, ya.”
Kaira mengangguk, masih tersenyum. “Pasti, Kak. Hati-hati di jalan.”
Aldo melangkah pergi, tapi perasaannya tetap berat. "Apa yang sedang aku lakukan?" pikirnya. Dia tahu bahwa ini bisa menjadi awal dari sesuatu yang rumit, tetapi ada rasa penasaran yang tak bisa dia abaikan.
Kaira melihat Aldo berjalan menjauh, dan untuk beberapa saat, dia merasakan kehangatan yang akrab mengalir di hatinya. Tapi bersama kehangatan itu, ada pula rasa ragu yang menghantui. "Apakah aku benar-benar siap untuk ini?" pikirnya.
Pertemuan singkat itu menjadi awal dari kebingungan dan tantangan bagi mereka berdua. Kaira merasa hatinya kembali bergetar untuk Aldo, sementara Aldo, meski berusaha bersikap tenang, merasakan konflik batin antara perasaan yang mungkin bisa saja ada dan kesetiaannya pada Farin.
Mereka berdua tidak tahu ke mana arah hubungan ini akan berkembang, tetapi yang jelas, perasaan yang terpendam Kaira kembali hidup dengan perasaan baru Aldo yang tumbuh, dan itu hanya akan membawa mereka ke jalan yang lebih rumit.
Setelah pertemuan singkat dengan Kaira, Aldo melangkah pergi dengan perasaan campur aduk. Dia berusaha menata pikirannya yang kacau. Namun, sebelum dia bisa benar-benar menenangkan diri, dia mendapati sosok yang sangat dikenalinya berjalan menuju ke arahnya. Wajahnya seketika memucat.
Itu Farin, kekasihnya, bersama beberapa anggota dari organisasi yang diikutinya. Mereka tampak sibuk berbicara, tapi Farin, dengan instingnya yang tajam, langsung menyadari kehadiran Aldo dan menyapanya dengan senyum lembut.
"Aldo, sedang apa di sini?" tanya Farin sambil mendekat, matanya yang penuh perhatian mengamati Aldo.
Aldo, yang biasanya tenang dan percaya diri, tiba-tiba merasa gugup. Tubuhnya menegang, dan dia mencoba menutupi kegelisahannya dengan senyum yang dipaksakan. "Oh, aku baru selesai kelas. Kamu sendiri? Bukankah ini bukan kampusmu?"
Farin memperhatikan ekspresi gugup di wajah Aldo dan merasa ada yang tidak biasa. "Kamu baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat," tanyanya dengan nada khawatir.
Aldo menggeleng pelan, berusaha mengendalikan rasa bersalah yang mulai merayap di hatinya. "Aku baik-baik saja. Mungkin hanya sedikit lelah."
Farin masih menatapnya dengan ragu, tapi kemudian dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia tersenyum kecil, meskipun ada sedikit kerutan di dahinya. "Aku ada kegiatan di sini. Kami akan mengadakan seminar di aula kampusmu."
Aldo merasa lega mendengar penjelasan Farin, tetapi kegugupan itu masih menggantung di udara. "Oh, begitu. Semoga acaranya lancar ya," katanya, berusaha terdengar wajar.
Farin mengangguk, meskipun masih ada perasaan aneh yang dia rasakan. Tapi, dia memilih untuk tidak memperpanjang masalah. "Terima kasih. Aku harus pergi dulu. Nanti kita bicara lagi, ya?"
Aldo mengangguk, menatap Farin yang kemudian melanjutkan langkahnya bersama anggota organisasi lainnya. Dia menunggu sampai Farin benar-benar menghilang dari pandangannya, dan barulah dia menarik napas panjang. Jantungnya berdegup kencang, dan dia tidak bisa menyingkirkan perasaan bersalah yang mulai tumbuh.
"Apa yang sebenarnya aku lakukan?" pikir Aldo, semakin bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi, dia tahu bahwa Farin adalah kekasih yang setia, tetapi pertemuan dengan Kaira barusan membangkitkan sesuatu yang baru di dalam dirinya.
Aldo menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran-pikiran itu. Namun, dia sadar bahwa situasi ini akan menjadi semakin rumit jika dia tidak segera mengambil keputusan. Tetapi, untuk sekarang, yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba menenangkan diri dan fokus pada apa yang ada di depan matanya. Perasaan yang bercampur aduk ini mungkin akan menuntunnya pada jalan yang lebih sulit di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
elze1
Defa l jgn kebanyakan nulis lg.satu² selesaikan dulu
2024-08-29
2