...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Lupa di hari istimewa
sore itu, di sela-sela latihan gerak jalan, Farin melihat Aldo berdiri di ujung lapangan, tersenyum padanya. Meskipun keringat mengucur di dahinya, Aldo tetap menunggu hingga latihan selesai.
Setelahnya, Farin menghampirinya. "Aldo, kamu datang lagi? Aku sudah bilang, kamu nggak perlu repot-repot nungguin aku setiap hari."
Aldo tersenyum, menatap Farin dengan penuh perhatian. "Aku tahu kamu sibuk, Rin. Tapi aku cuma ingin memastikan kamu baik-baik saja. Aku senang melihatmu, meskipun hanya dari jauh."
Farin tersenyum kecil, merasa bersalah. "Aku selalu merasa nggak enak, Aldo. Kamu selalu ada di sini untukku, sementara aku jarang punya waktu untuk kita."
Aldo menggeleng, menenangkan hati Farin.
"Jangan merasa begitu. Aku mengerti kamu punya banyak tanggung jawab. Aku bangga melihat kamu berprestasi dan aktif di banyak kegiatan. Itu juga bagian dari kenapa aku sayang sama kamu."
Farin menghela napas, matanya berkaca-kaca.
"Kamu terlalu baik, Do. Kadang aku takut nggak bisa jadi pacar yang baik buat kamu. Apalagi ada Yasmin di sana yang selalu menggoda kamu. Aku takut kamu bosan dengan aku."
Aldo tersenyum, menggenggam tangan Farin dengan lembut. "Farin, kamu nggak perlu khawatir tentang Yasmin atau siapa pun. Aku nggak pernah tergoda. Yang aku inginkan cuma kamu. Kamu itu yang paling penting buat aku, nggak peduli sesibuk apa pun kamu."
Farin terdiam sejenak, merasakan kehangatan dari genggaman Aldo. Dia tahu Aldo tulus dalam setiap kata yang diucapkannya. "Terima kasih, Aldo. Aku beruntung punya kamu. Aku janji, aku akan coba lebih meluangkan waktu buat kita."
Aldo tersenyum, matanya penuh kasih sayang. "Kita jalanin ini bareng-bareng, Rin. Aku akan selalu ada di sini, untuk kamu."
Dengan hati yang lebih tenang, Farin menyandarkan kepalanya di bahu Aldo. Keduanya menikmati momen kebersamaan itu, tanpa banyak kata, namun penuh makna.
Setelah momen kehangatan di lapangan, Aldo menatap Farin dengan tatapan serius. Tangannya tetap menggenggam tangan Farin, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang penting.
Aldo. "Rin, malam ini... jangan lupa, ya. Ada acara penting yang kamu nggak boleh lewatin."
Farin menatap Aldo dengan kebingungan. Dia mencoba mengingat apa yang dimaksud Aldo, namun pikirannya seakan kosong. "Acara penting? Maksud kamu apa, Do?"
Aldo menghela napas panjang, wajahnya seketika berubah menjadi muram.
"Rin, kamu serius? Kamu lupa lagi? Ini sudah kedua kalinya, loh."
Saat itu juga, Farin tersadar. Wajahnya memucat ketika ingat bahwa hari ini adalah hari jadi mereka yang ke-2 tahun.
"Ya ampun, Do... Maaf banget. Aku... aku benar-benar lupa."
Aldo menarik tangannya, sedikit kecewa. Ekspresi wajahnya berubah cemberut, menandakan kekecewaannya. "Kamu selalu sibuk dengan segala kegiatan kamu, Rin. Dan setiap kali hari ini datang, kamu selalu lupa. Apa aku nggak cukup penting buat kamu?"
Farin merasa sangat bersalah. Hatinya diliputi penyesalan mendalam. "Do, aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku janji, ini yang terakhir kali. Aku nggak akan ulangi lagi."
Aldo menatap Farin, berusaha memahami situasinya, meski rasa kecewa tetap tersirat di wajahnya.
"Aku sudah siapin sesuatu yang luar biasa buat kita nanti malam, Rin. Tolong, jangan lupa kali ini."
Sebelum Farin sempat menjawab, seorang teman dari laboratorium datang menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.
Teman Lab (Zahra) "Farin, ibu guru di lab nyariin kamu. Ada sesuatu yang penting, kamu harus datang sekarang."
Farin merasa berat meninggalkan Aldo, terutama setelah apa yang baru saja terjadi. Namun, dia tahu tugas di laboratorium tidak bisa diabaikan. Dengan hati-hati, dia melepaskan genggaman tangannya dari Aldo.
"Do, aku harus pergi sekarang. Tapi aku janji, malam ini aku akan ada di sana, untuk kita."
Aldo hanya mengangguk pasrah, masih menahan rasa kecewanya. Saat Farin mulai beranjak pergi, Aldo berteriak pelan dari kejauhan.
"Jangan lupa nanti malam, Rin! Aku tunggu."
Farin berlari menuju laboratorium dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia tahu tugas di laboratorium penting, tapi di sisi lain, dia merasa bersalah karena melupakan momen spesial dengan Aldo. Dalam hati, Farin bertekad untuk membuat malam ini istimewa, sebagai bentuk permintaan maafnya kepada Aldo.
...***...
Aldo duduk di sebuah meja di sudut restoran yang dikelilingi oleh cahaya lilin temaram. Tempat yang dipilihnya adalah salah satu restoran paling romantis di kota, dengan pemandangan yang memukau ke arah sungai yang memantulkan cahaya lampu-lampu kota. Semua sudah siap—makan malam, bunga, dan bahkan musik lembut yang mengalun dari pianis di sudut ruangan. Dia memandangi jam tangannya yang sudah menunjuk pukul 20.36, namun Farin belum juga tiba.
Rasa khawatir mulai menyelimuti pikiran Aldo. Dengan perasaan gelisah, dia mencoba menghubungi Farin, tetapi panggilannya tidak dijawab.
"Apa yang terjadi? Kenapa Farin belum juga datang?" pikirnya. Tidak ingin berprasangka buruk, Aldo memutuskan untuk menghubungi ibu Mega, ibunya Farin, berharap mendapatkan sedikit kejelasan.
"Ibu, Farin sudah berangkat, kan? Kami ada janji malam ini, tapi dia belum sampai juga," tanya Aldo dengan nada khawatir.
"Oh, Aldo, tadi Farin sudah pergi sekitar jam delapanan. Mungkin dia sedang dalam perjalanan. Jangan khawatir ya," jawab ibu Mega dengan suara lembut.
Namun, waktu terus berjalan, dan kekhawatiran Aldo semakin meningkat. Dia menatap ponselnya, berharap ada pesan atau panggilan dari Farin. Tapi tidak ada apa-apa. Ketika Aldo menutup telepon dengan ibu Mega, perasaannya campur aduk antara cemas dan takut.
Tiba-tiba, suara pintu restoran terbuka, dan Aldo menoleh. Pandangannya seketika tertuju pada sosok yang berdiri di pintu masuk. Farin, dengan gaun anggun berwarna biru tua yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna, melangkah masuk.
Rambutnya yang panjang digelung rapi dengan beberapa helai jatuh menghias lehernya yang jenjang. Cahaya lilin di sekitar mereka memantulkan kilauan lembut dari perhiasan kecil yang menghiasi leher dan telinganya.
Aldo merasa seolah waktu berhenti sejenak. Kekhawatirannya seketika sirna, tergantikan oleh perasaan kagum yang mendalam. "Farin..." bisiknya, setengah tak percaya.
Farin tersenyum malu-malu saat melihat kekaguman di mata Aldo. Dia mendekat, membawa sebuah kotak kecil yang dia sembunyikan di balik punggungnya.
"Maaf, aku terlambat, Aldo. Aku sempat khawatir nggak bisa sampai tepat waktu. Tapi lihat, aku berhasil bawa ini," katanya, seraya memperlihatkan kue manis yang dia buat sendiri.
Aldo tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Kamu membuatnya sendiri? Untuk kita?" tanyanya dengan nada kagum.
Farin mengangguk. "Ya, aku ingin malam ini jadi spesial, walaupun aku tahu mungkin tidak sesempurna yang kamu rencanakan."
Aldo menggeleng pelan. "Farin, kamu tidak pernah mengecewakanku. Kamu terlihat sangat cantik malam ini, dan aku senang kamu datang."
Mereka duduk bersama di meja, menghabiskan waktu yang tersisa dengan menikmati kue buatan Farin dan secangkir teh hangat. Meskipun waktu di restoran itu terbatas, mereka berdua sepakat bahwa momen singkat ini lebih berarti daripada apa pun.
"Maaf ya, Do. Aku tahu kita tidak punya banyak waktu di sini," kata Farin sambil menatap Aldo dengan penuh penyesalan.
Aldo tersenyum, lalu meraih tangan Farin. "Tidak apa-apa, Rin. Yang penting kita bersama. Dan aku senang bisa merayakan ini dengan kamu. Tapi... aku ada satu ide lain untuk kita."
Farin menatap Aldo dengan penasaran. "Ide apa?"
"Kita ke pasar malam. Bagaimana? Ini akan jadi malam yang berbeda untuk kita."
Mata Farin berbinar mendengar ide itu. "Pasar malam? Aku suka ide itu! Ayo kita pergi!"
Mereka segera meninggalkan restoran dan menaiki motor Aldo. Jalanan yang sepi membuat perjalanan menuju pasar malam terasa singkat, namun menyenangkan. Setibanya di sana, suasana ramai dan meriah menyambut mereka. Lampu-lampu warna-warni, aroma makanan yang menggugah selera, serta suara riuh dari permainan membuat suasana pasar malam menjadi hidup.
Aldo dan Farin mencoba berbagai permainan, mulai dari komedi putar hingga rumah hantu yang membuat Farin berteriak geli. Mereka berdua tertawa lepas, melupakan semua kekhawatiran dan tekanan yang mereka rasakan sebelumnya. Malam itu terasa sempurna, penuh dengan tawa dan kebahagiaan.
Waktu berjalan cepat, dan tak terasa sudah hampir pukul 22.01 Aldo mengantar Farin pulang tepat waktu. Saat mereka sampai di depan rumah Farin, Aldo menatap kekasihnya dengan penuh kasih sayang.
"Terima kasih untuk malam ini, Rin. Aku senang kita bisa merayakan hari jadi ini dengan cara yang berbeda."
Farin tersenyum dan memeluk Aldo erat. "Aku juga, Do. Maafkan aku jika sering sibuk, tapi aku janji, aku akan selalu meluangkan waktu untuk kita."
Aldo membalas pelukan Farin, kemudian melepaskannya dengan senyum hangat. "Aku percaya kamu, Rin. Selamat malam, dan semoga kita selalu bahagia seperti ini."
Farin mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam rumah dengan hati yang tenang dan penuh kebahagiaan. Aldo menatapnya hingga pintu tertutup, kemudian berlalu pergi dengan senyum puas di wajahnya, merasa lega bahwa malam spesial mereka berakhir dengan kebahagiaan yang tidak ternilai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
sihat dan kaya
iyaaaa... laki² juga ada begini ... jika ikut kemahuan perempuan,laki² gini juga perempuan akan kecil hati juga .. positif negatif tu memang ada dlm pola hidup... bagaimana kesudahannya hidup kita (didunia)? KEMATIAN. ... ok sudah aku faham watak² mereka.... aku mau menikmati hasil karya mu ini Thor... terima kasih kerana berkarya ,saya numpang baca... semangat dan selamat berkarya .. 🫰🏻
2024-11-30
1
sihat dan kaya
biasa ayat ini wataknya selalu cewek.... hahahahahhahahahaha ... ya begitulah baik laki² atau perempuan memang tiada bedanya bila dh memang begitu jati dirinya... sama aja.. bedanya alat kelamin.
2024-11-30
0
sihat dan kaya
salah org tu Rin.... tuhhhh si Kaira nya Rin ... (aku sudah tumbuh tanduk ni) 🤣
2024-11-30
0