...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Hari yang Berat di Sekolah
Pagi itu, Farin berjalan menuju sekolah dengan perasaan campur aduk. Sejak ia dan Aldo resmi berpacaran, perhatian di sekitarnya terasa semakin meningkat. Banyak teman yang mendukung dan bahagia untuknya, tetapi ia juga mulai merasakan adanya kecemburuan dan permusuhan dari beberapa pihak, terutama dari Yasmin.
Yasmin adalah salah satu murid yang terkenal di sekolah. Cantik, pandai bergaul, dan berasal dari keluarga yang terpandang. Namun, ada satu hal yang tidak bisa ia terima—kenyataan bahwa Aldo, cowok yang dianggapnya sebagai "level"-nya, justru jatuh cinta pada Farin, yang menurutnya tidak sepadan.
Koprasi
Saat istirahat, Farin menuju koperasi sekolah dengan sebuah kotak besar di tangannya. Kotak itu berisi kue-kue buatan ibunya yang akan dijual di koperasi sekolah, seperti biasanya. Farin memang sering membantu ibunya yang berjualan kue untuk menambah penghasilan keluarga. Pekerjaan ini sudah biasa ia lakukan, dan Farin bangga bisa membantu ibunya.
Namun, ketika Farin sedang meletakkan kotak kue di meja koperasi, Yasmin tiba-tiba datang menghampirinya dengan wajah penuh kemarahan. Tanpa basa-basi, Yasmin merusak kue-kue yang ada di dalam kotak itu. Yasmin melempar beberapa kue ke lantai dan menginjaknya dengan sepatu hak tingginya.
"Apa yang kamu pikirkan, Farin? Kamu pikir kamu pantas berdampingan dengan Aldo? Dia terlalu baik dan kaya untuk rakyat jelata seperti kamu!" Ucap Yasmin kasar.
Farin terkejut dengan sikap Yasmin yang tiba-tiba dan kasar. Dia berusaha menenangkan diri, meskipun dalam hatinya marah dan sakit hati. "Yasmin, kenapa kamu melakukan ini? Ini hanya kue yang ibuku buat. Kenapa kamu harus merusaknya?"
"Karena aku muak melihat kamu berpura-pura seperti kamu pantas bersamanya. Kamu itu nggak lebih dari sekadar gadis kampung yang nggak punya apa-apa! Kamu pikir Aldo akan tetap bersamamu jika dia tahu siapa kamu sebenarnya?" ucap Yasmin
Kata-kata Yasmin menusuk hati Farin. Ia merasa diremehkan dan dipermalukan di depan teman-teman lainnya yang kini mulai berkumpul mengelilingi mereka. Tapi Farin tidak bisa lagi menahan amarahnya. Ketika Yasmin menginjak salah satu kue dengan keras, Farin langsung mendorongnya.
Farin melawan, "Jangan meremehkan aku, Yasmin! Aku mungkin tidak sekaya kamu, tapi aku punya harga diri! Dan aku tidak akan biarkan kamu atau siapa pun merusak itu!"
Dorongan Farin membuat Yasmin sedikit tersandung ke belakang. Yasmin merasa tersinggung, dan mereka pun terlibat dalam perkelahian. Farin yang marah akhirnya sadar dan terdiam, memandang Yasmin yang kini tampak begitu asing di matanya.
Siapa sebenarnya Yasmin? Kenapa ia begitu membenci dirinya? Farin melihat nama Yasmin di nametag-nya dengan tatapan kosong.
Tiba-tiba, Aldo muncul di tengah kerumunan. Melihat Yasmin dan Farin berkelahi, ia langsung berlari dan menarik Yasmin menjauh dari Farin. "Sudah, Yasmin! Jangan seperti ini!"
Yasmin mendengus, merasa kalah, tetapi masih menyimpan dendam dalam hatinya. "Aldo, kamu seharusnya bersama orang yang lebih baik. Orang yang setara denganmu, bukan dengan dia."
Aldo menatap Yasmin dengan tatapan dingin. "Itu bukan urusanmu, Yasmin. Aku yang memilih dengan siapa aku ingin bersama. Dan aku memilih Farin. Jadi, lebih baik kamu mundur dan tinggalkan kita."
Dengan marah, Yasmin berbalik dan pergi dari tempat itu. Kerumunan mulai bubar, meski masih ada beberapa yang berbisik-bisik. Farin berdiri kaku, merasakan campuran perasaan bersalah dan marah. Aldo menghampirinya dan menggenggam tangannya lembut, menuntunnya keluar dari kerumunan.
Taman Sekolah
Mereka duduk di bangku di dekat taman sekolah. Farin masih terdiam, menundukkan kepala. Aldo menggenggam tangannya lebih erat, mencoba menenangkan.
"Farin, aku minta maaf karena tidak ada di sana ketika Yasmin menyerangmu. Aku tahu ini berat, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untukmu. Jangan biarkan kata-kata Yasmin menghancurkanmu."
Farin menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu, Aldo. Tapi aku tidak mengerti kenapa dia begitu benci padaku. Aku merasa tidak pantas mendapatkannya."
Aldo menatap Farin dengan tatapan penuh kasih. "Dengar, Rin. Kamu lebih dari pantas untuk bersamaku. Kamu orang yang baik, cerdas, dan kuat. Bukan seperti yang Yasmin katakan. Dan bagiku, itu lebih dari cukup."
Farin tersenyum tipis, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Aldo. "Terima kasih, Aldo. Aku hanya merasa, aku belum cukup baik untukmu. Aku takut orang lain juga akan berpikir seperti Yasmin."
Aldo menggeleng, menarik Farin lebih dekat. "Kamu sudah lebih dari cukup, Rin. Jangan biarkan pendapat orang lain menentukan nilaimu. Yang penting adalah apa yang kita rasakan satu sama lain. Aku memilih kamu, dan aku akan selalu ada untuk melindungimu."
Farin merasa hatinya menghangat mendengar pernyataan Aldo. Meski kejadian tadi masih membuatnya gelisah, dia tahu dia bisa menghadapinya selama Aldo ada di sisinya.
Panggilan dari Anggota Bantara
Tak lama kemudian, salah satu teman sekelas Farin yang juga anggota Bantara mendekat. "Farin, kamu dipanggil oleh kakak pembina. Ada rapat penting untuk lomba yang akan datang."
Farin menatap Aldo, dan Aldo mengangguk, memahami situasi itu. "Pergilah, Rin. Aku tahu ini penting untukmu. Semangat, ya?"
Farin tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Aldo. Aku akan kembali secepatnya."
Aldo mengangguk dan tersenyum lembut, memberinya semangat dengan mengangkat ibu jarinya. "Kamu pasti bisa, Rin."
Farin segera berlari menuju ruang rapat Bantara, sementara Aldo menunggu di bangku taman, merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia sadar bahwa hubungan mereka mungkin akan menghadapi lebih banyak tantangan di masa depan, tetapi ia juga yakin bahwa mereka bisa melalui semuanya bersama-sama.
Di ruang rapat, Farin berusaha untuk fokus pada diskusi tentang lomba yang akan datang. Tetapi pikirannya masih melayang ke insiden dengan Yasmin tadi. Dia berusaha mengendalikan emosinya dan kembali fokus pada tujuannya—memenangkan lomba untuk timnya.
Setelah rapat selesai, Farin kembali menemui Aldo di taman. Aldo masih di sana, menunggu dengan sabar. Melihat Farin datang, dia langsung berdiri dan tersenyum. "Bagaimana rapatnya?"
Farin mengangguk, tersenyum meski ada sedikit kelelahan di matanya. "Berjalan lancar. Kami sudah punya strategi untuk lomba. Aku yakin kami bisa menang."
Aldo tersenyum bangga. "Aku yakin kamu akan melakukannya dengan baik. Kamu selalu hebat dalam hal-hal seperti ini."
Farin tersenyum, merasakan kehangatan dari dukungan Aldo. "Terima kasih, Do. Aku merasa lebih baik sekarang setelah bicara denganmu. Aku tidak akan biarkan hal tadi mengganggu pikiranku lagi."
"Itu yang aku harapkan. Kita mungkin akan menghadapi banyak rintangan, tapi selama kita bersama, kita bisa mengatasinya." kata Aldo.
Farin mengangguk, merasakan kedewasaan dalam kata-kata Aldo. Mereka masih remaja, tetapi mereka tahu bahwa kehidupan tidak selalu mudah. Namun, dengan dukungan satu sama lain, mereka yakin bisa tumbuh dan belajar dari setiap tantangan yang datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
sihat dan kaya
jadi kau fikir tantangan dr org luar selain keluarga mu sendiri .. eeermmmm .. padahal keluarga merestui maka tiada Tantangan berat kecuali ujian perselingkuhan,ujian, ujian ekonomi, ujian jarak jauh (rindu² berat gitu)... haaahhhhhh... jd dia gagal dlm ujian kesetiaan?
2024-11-30
0
Teteh Lia
memilih Farin.... tapi...
2024-08-23
2
Teteh Lia
terus yang pantas siapa? kamu gitu ya...?
2024-08-23
1