Kembali ke Masa Sekolah 02

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Setelah sore mulai menjelang, langit yang sebelumnya biru cerah perlahan berubah menjadi jingga keemasan. Anak-anak yang bermain di halaman rumah Aldo satu per satu mulai berpamitan untuk pulang, membawa serta keceriaan yang mereka nikmati sepanjang hari. Farin, yang juga merasakan kebahagiaan dari pertemuan tersebut, mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.

Namun, saat ia hendak melangkah keluar dari rumah Aldo, sebuah suara yang familiar memanggilnya.

"Farin!"

Suara itu datang dari arah tangga, dan Farin segera mengenali siapa pemilik suara tersebut. Ia menoleh ke arah suara dan melihat kak Yura, kakak perempuan Aldo yang populer sebagai fotografer di mading sekolah, berdiri di anak tangga.

"Kak Yura?" Farin menyapa dengan sedikit terkejut, tidak menyangka akan bertemu dengan sosok yang selama ini ia kagumi di rumah Aldo.

"Iya, ini aku. Aku minta maaf tiba-tiba panggil kamu, tapi aku ada permintaan khusus nih," ujar kak Yura sambil berjalan turun dari tangga dan mendekati Farin.

 "Aku ingin memotret kamu dan menulis kisahmu untuk dijadikan inspirasi di mading sekolah. Menurutku, prestasi kamu sangat luar biasa dan bisa menginspirasi banyak siswa lainnya."

Mendengar permintaan itu, Farin terkejut sekaligus merasa sangat terhormat. Dia selalu mengagumi hasil karya kak Yura di mading, dan sekarang, dia yang akan menjadi subjek dari karya tersebut.

"Serius, Kak? Tentu saja, aku mau! Ini kehormatan besar buat aku!" jawab Farin dengan antusias.

Kak Yura tersenyum senang melihat reaksi Farin.

"Aku tahu kamu pasti mau. Yuk, kita duduk sebentar di ruang tamu, ngobrol-ngobrol dulu sambil aku cari angle yang pas buat foto kamu."

Mereka berdua pun berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa yang empuk. Kak Yura mulai bertanya tentang pengalaman Farin selama di sekolah, prestasi yang ia raih, serta motivasi di balik semangat belajarnya.

Farin dengan semangat menceritakan perjalanan hidupnya, bagaimana ia selalu berusaha keras demi keluarganya, dan betapa pentingnya pendidikan baginya.

“Menurutku, kamu benar-benar sosok yang tangguh, Farin. Tidak semua orang punya tekad sekuat kamu,” puji kak Yura sambil mengarahkan kameranya ke Farin.

Farin tersenyum malu. “Terima kasih, Kak. Aku cuma merasa kalau aku nggak kerja keras, aku nggak akan bisa membahagiakan orang tuaku. Itu yang selalu jadi motivasi aku setiap hari.”

Kak Yura mengangguk setuju. “Aku mengerti. Dan itu yang membuat kamu spesial. Banyak siswa di sekolah yang bisa belajar, tapi hanya sedikit yang punya alasan kuat sepertimu.”

Saat mereka tengah asyik berbicara, tiba-tiba seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan, membuat Farin sedikit terkejut. Wanita itu adalah ibu kepala sekolahnya, Bu Anisa. Farin segera berdiri dan menyapa dengan sopan.

“Selamat sore, Ibu,” sapa Farin sambil menundukkan kepala sedikit.

“Oh, Farin! Selamat sore juga. Senang sekali melihatmu di sini,” jawab Bu Anisa dengan senyum hangat.

“Bagaimana kabarnya? Kamu masih semangat belajar, kan?”

“Alhamdulillah, baik, Bu. Saya masih semangat, terutama setelah mendapat banyak dukungan dari sekolah dan keluarga,” jawab Farin dengan sopan.

Bu Anisa mengangguk, terlihat puas dengan jawaban Farin. “Bagus sekali. Ibu sangat bangga punya siswa seperti kamu. Tetap pertahankan beasiswa anak pintar itu, ya. Ibu berharap kamu bisa terus menjadi inspirasi bagi siswa-siswa lainnya.”

Mendengar dukungan tersebut, hati Farin berbunga-bunga. “Terima kasih banyak, Bu. Saya akan berusaha sebaik mungkin.”

Kak Yura yang sejak tadi diam, tiba-tiba berbicara, “Oh ya, Farin, mungkin kamu belum tahu, tapi Bu Anisa ini sebenarnya adalah kakak dari ibu kami. Jadi, dia tante kami.”

Farin yang mendengar itu segera paham mengapa Bu Anisa bisa berada di rumah Aldo. “Oh, begitu. Pantas saja, Bu Anisa bisa ada di sini. Saya tidak menyangka ternyata ibu adalah bagian dari keluarga ini.”

Bu Anisa tertawa kecil. “Iya, Farin. Mungkin kamu baru tahu sekarang, tapi keluarga kami memang cukup dekat satu sama lain.”

Farin mengangguk-angguk sambil tersenyum, merasa terhormat bisa berada di tengah-tengah keluarga yang sangat dihormatinya. Di sela percakapan tersebut, Farin sempat melirik ke arah tangga dan melihat Aldo yang sedang berdiri di lantai atas, memperhatikan mereka dari kejauhan dengan senyum tipis di wajahnya.

Aldo tampak tenang, namun matanya berbicara banyak, seakan menyampaikan sesuatu yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri. Farin tidak bisa mengalihkan pandangan dari Aldo, bertanya-tanya apa yang sebenarnya dipikirkan oleh pemuda itu.

Kak Yura yang menyadari keberadaan Aldo di atas tangga, langsung berseru dengan suara keras, “Aldo, kamu ngapain di situ aja? Ayo turun, gabung sama kita!”

Aldo hanya tersenyum dan menggeleng pelan, menolak ajakan kakaknya. “Nggak usah, Kak. Aku cuma mau lihat dari sini aja,” jawab Aldo santai.

Farin merasa ada yang aneh dengan sikap Aldo. Biasanya, Aldo tidak segan-segan untuk ikut bergabung, apalagi dalam situasi seperti ini. Namun kali ini, dia memilih untuk tetap di atas, seolah-olah ada yang menghalanginya untuk turun.

“Ya sudah, kalau kamu mau di situ aja, terserah,” kata kak Yura dengan nada menggoda, sambil melanjutkan obrolannya dengan Farin dan Bu Anisa.

Setelah beberapa saat berbincang, Farin merasa sudah waktunya untuk pulang. “Kak Yura, Ibu Anisa, terima kasih banyak atas waktunya. Saya rasa sudah saatnya saya pamit pulang.”

“Oh, sudah mau pulang? Padahal kita baru saja mulai ngobrol seru,” kata kak Yura dengan nada sedikit kecewa.

“Tapi nggak apa-apa. Lain kali kita bisa ngobrol lagi. Jangan lupa, aku masih butuh beberapa foto tambahan nanti.”

Farin tersenyum. “Tentu, Kak. Kapanpun Kak Yura butuh, saya siap. Terima kasih banyak sudah mau menulis kisah saya.”

Bu Anisa juga mengangguk. “Hati-hati di jalan, Farin. Ingat, tetap semangat belajar, ya. Kamu punya potensi besar, jangan disia-siakan.”

“Terima kasih, Bu. Saya akan ingat pesan Ibu,” jawab Farin sambil membungkuk sedikit, menunjukkan rasa hormatnya.

Saat Farin melangkah keluar dari rumah Aldo, ia kembali melihat ke arah tangga. Aldo masih berdiri di sana, menatapnya dengan senyuman yang tidak bisa diartikan. Farin membalas senyum itu dengan canggung, merasa ada sesuatu yang tak terucapkan di antara mereka.

Setelah Farin pergi, Aldo turun dari tangga dan berjalan menuju ruang tamu di mana kak Yura dan Bu Anisa masih duduk. Kak Yura menatap adiknya dengan penuh rasa ingin tahu.

“Kenapa kamu nggak mau gabung tadi, Do? Ada apa?” tanya kak Yura sambil memerhatikan ekspresi Aldo yang tampak berbeda.

Aldo duduk di sofa, menghela napas panjang sebelum menjawab. “Aku cuma... bingung aja, Kak. Semakin hari, semakin banyak hal yang nggak aku mengerti tentang diriku sendiri, tentang perasaanku.”

Bu Anisa yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara, “Aldo, kamu sedang dalam masa transisi menuju dewasa. Wajar kalau kamu merasa bingung atau tidak yakin. Tapi ingat, kamu selalu punya keluarga yang mendukungmu.”

Aldo mengangguk pelan, menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh ibu dan kakaknya memang benar. Tapi tetap saja, ada perasaan yang mengganjal di hatinya, terutama setelah melihat Farin tadi. Perasaan yang membuatnya bertanya-tanya apakah dia telah melakukan sesuatu yang salah, atau mungkin kehilangan sesuatu yang penting.

Kak Yura menyadari keraguan di wajah adiknya. “Aldo, kalau ada yang ingin kamu bicarakan, kami selalu ada di sini untuk mendengarkan. Apa ada hubungannya dengan Farin?”

Aldo terdiam sejenak, lalu akhirnya mengakui. “Mungkin, Kak. Aku nggak tahu pasti, tapi ada sesuatu tentang Farin yang membuat aku merasa... aneh. Mungkin karena aku merasa dia sudah berubah, atau mungkin karena aku sendiri yang berubah.”

Kak Yura tersenyum lembut. “Perubahan itu bagian dari kehidupan, Do. Dan kadang, perubahan itu bisa terasa menakutkan. Tapi jangan takut untuk menghadapi perasaanmu sendiri."

"Kadang, kita perlu waktu untuk benar-benar memahami apa yang kita rasakan. Apalagi ketika berhadapan dengan orang yang kita sayangi atau seseorang yang punya pengaruh besar dalam hidup kita." lanjut kak Yura.

Aldo menatap kakaknya dengan ekspresi penuh keraguan. "Aku nggak yakin, Kak."

Ibu Anisa, "Aldo, mendengarkan hati kecilmu memang tidak mudah, terutama ketika ada banyak hal yang berputar di kepala. Tapi penting untuk jujur pada diri sendiri. Kamu harus bisa membedakan antara rasa sayang yang tulus dan rasa bersalah yang membebani. Coba tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang kamu inginkan untuk Farin? Apa yang membuatmu merasa terikat padanya?"

Aldo menghela napas, matanya menatap ke arah jendela yang terbuka, di mana cahaya senja yang mulai redup memberikan nuansa tenang pada ruangan.

Terpopuler

Comments

Mamah Tati

Mamah Tati

Aldo punya keluarga yg mendukung

2024-08-20

2

Mamah Tati

Mamah Tati

Pasti senangnya dalam hati,, ketemu kak Yura,, si Farin motivasi nih,, inspirasi bagi semua anak sekolah,,

2024-08-20

3

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Awal yang Terasa Berbeda
2 Retak dalam Kepercayaan
3 Kembali ke Masa Sekolah 01
4 Kembali ke Masa Sekolah 02
5 Kembali ke Masa Sekolah 03
6 Kembali ke Masa Sekolah 04
7 Kembali Ke Masa Sekolah 05
8 Kembali Ke Masa Sekolah 06
9 Kembali Ke Masa Sekolah 07
10 Kembali ke Masa Sekolah 08
11 Kembali ke Masa Sekolah 09
12 Kembali ke Masa Sekolah 10
13 Awal Pertemuan yang Tak Terduga
14 Dilema yang Terpendam
15 Persimpangan Rasa
16 Hari Menuju Pengakuan Aldo
17 Meninggalkan Pertanyaan
18 Kebohongan di Antara Kita
19 Kehadiran yang Dirindukan
20 Di Antara Dua Hati
21 Kembali Curiga
22 Dibalik Kedekatan
23 Situasi yang Rumit
24 Keinginan Aldo
25 Persimpangan Hati
26 Cerita Dimulai
27 Puncak Kepedihan
28 Di Balik Senyum Farin
29 Gilang
30 Pertemuan Bermakna
31 Keputusan
32 Hati Bimbang
33 Cinta Terselubung
34 Dilema Cinta
35 Membenahi
36 Kekhawatiran
37 Dua Pilihan
38 Dua Hati
39 Tidak Terduga
40 Aldo, Gilang dan Hans
41 Tak Tergapai
42 Bab Baru
43 Ketenangan dan Dukungan
44 Kue Manis
45 Bergejolak
46 Bukti
47 Keberanian
48 Hari Jadi Ke-5
49 Malam Puncak
50 Berakhir
51 Salah Paham
52 Masalah
53 Dendam
54 Sulit
55 Kenyataan Hati
56 Melepas
57 Bagian-bagian
58 Ribut
59 Antara Kita
60 Menolak
61 Mestinya, Tidak Apa-apa
62 Persimpangan
63 Kita dan Perubahan
64 Cinta di Balik Kopi
65 Implusif
66 Menembus Batas Takdir
67 Pertolongan
68 Cinta di Tengah Penyesalan
69 Kue Manis Kisah Inspirasi
70 Perjalanan
71 Bahaya di Balik Pesta
72 Tenggelam
73 Cerita di Balik Senyum
74 Cerita Kita
75 Terbongkar
76 Realita
77 Terpuruk
78 Tak Terlihat
79 Telah Kembali
80 Pilihan Tak Terduga
81 Penembusan
82 Antara Keluarga
83 Arah Bersama
84 Love You
85 Diperjuangkan
86 Restu
87 Masih Panjang
88 Menyulam
89 Penolakan
90 Menimbang
91 Bintang Harapan Pagi
92 Mendapat Restu
93 Ujian Kedua dari Oma
94 Menuju Cinta dan Kesuksesan
95 Restu di Pagi Hari
96 Kebahagiaan Berganti Duka
97 Kembali ke Kota
98 Dibalik Layar dan Rasa
99 Bintang Sesungguhnya
100 Kebahagiaan yang Nyata
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Sebuah Awal yang Terasa Berbeda
2
Retak dalam Kepercayaan
3
Kembali ke Masa Sekolah 01
4
Kembali ke Masa Sekolah 02
5
Kembali ke Masa Sekolah 03
6
Kembali ke Masa Sekolah 04
7
Kembali Ke Masa Sekolah 05
8
Kembali Ke Masa Sekolah 06
9
Kembali Ke Masa Sekolah 07
10
Kembali ke Masa Sekolah 08
11
Kembali ke Masa Sekolah 09
12
Kembali ke Masa Sekolah 10
13
Awal Pertemuan yang Tak Terduga
14
Dilema yang Terpendam
15
Persimpangan Rasa
16
Hari Menuju Pengakuan Aldo
17
Meninggalkan Pertanyaan
18
Kebohongan di Antara Kita
19
Kehadiran yang Dirindukan
20
Di Antara Dua Hati
21
Kembali Curiga
22
Dibalik Kedekatan
23
Situasi yang Rumit
24
Keinginan Aldo
25
Persimpangan Hati
26
Cerita Dimulai
27
Puncak Kepedihan
28
Di Balik Senyum Farin
29
Gilang
30
Pertemuan Bermakna
31
Keputusan
32
Hati Bimbang
33
Cinta Terselubung
34
Dilema Cinta
35
Membenahi
36
Kekhawatiran
37
Dua Pilihan
38
Dua Hati
39
Tidak Terduga
40
Aldo, Gilang dan Hans
41
Tak Tergapai
42
Bab Baru
43
Ketenangan dan Dukungan
44
Kue Manis
45
Bergejolak
46
Bukti
47
Keberanian
48
Hari Jadi Ke-5
49
Malam Puncak
50
Berakhir
51
Salah Paham
52
Masalah
53
Dendam
54
Sulit
55
Kenyataan Hati
56
Melepas
57
Bagian-bagian
58
Ribut
59
Antara Kita
60
Menolak
61
Mestinya, Tidak Apa-apa
62
Persimpangan
63
Kita dan Perubahan
64
Cinta di Balik Kopi
65
Implusif
66
Menembus Batas Takdir
67
Pertolongan
68
Cinta di Tengah Penyesalan
69
Kue Manis Kisah Inspirasi
70
Perjalanan
71
Bahaya di Balik Pesta
72
Tenggelam
73
Cerita di Balik Senyum
74
Cerita Kita
75
Terbongkar
76
Realita
77
Terpuruk
78
Tak Terlihat
79
Telah Kembali
80
Pilihan Tak Terduga
81
Penembusan
82
Antara Keluarga
83
Arah Bersama
84
Love You
85
Diperjuangkan
86
Restu
87
Masih Panjang
88
Menyulam
89
Penolakan
90
Menimbang
91
Bintang Harapan Pagi
92
Mendapat Restu
93
Ujian Kedua dari Oma
94
Menuju Cinta dan Kesuksesan
95
Restu di Pagi Hari
96
Kebahagiaan Berganti Duka
97
Kembali ke Kota
98
Dibalik Layar dan Rasa
99
Bintang Sesungguhnya
100
Kebahagiaan yang Nyata

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!