Suara ketukan dan pahatan kayu terdengar di pagi hari yang tenang, jalanan yang sunyi tak menampakkan satu orang pun yang berlalu. Di pinggiran kota, dekat wilayah kumuh, salah satu rumah memproduksi suara bising.
"Yang ini, susun di rak sebelah kanan," ujar Ash sambil memberikan arahan pada para gadis yang membantunya menata barang-barang.
Ada cukup banyak rak yang telah diletakkan sedemikian rupa, berisikan berbagai macam ramuan dan peralatan serba guna. Namun, belum ada satupun senjata yang dipajang kecuali busur yang terbuat dari kayu serta anak panah dari batu.
Mengapa itu bisa terjadi? Meskipun memiliki mineral berupa biji besi dan tembaga, Ash tak punya tungku pelebur. Karena hal itu, ia masih belum bisa memproduksi senjata untuk dijual di toko miliknya.
"Hei, kapan kita akan buka?" tanya Luna, penuh rasa ingin tahu.
"Hmm, kurasa kita bisa buka siang nanti. Meskipun barang yang dijual masih sedikit," jawab Ash sambil terus menata barang di rak.
"Oh iya, apakah kalian akan pergi ke guild petualang?" Ash bertanya.
"Hu'um, kami akan mengambil misi pembasmian goblin di hutan bagian utara," jawab Luna.
Ash menatap mata Luna, lalu ia mengangguk pelan. "Tetaplah waspada, jangan meremehkan mereka meski kalian sudah cukup kuat," ucapnya dengan nada serius.
"Terima kasih, kami pasti akan berhati-hati," balas Luna dengan senyum manisnya.
"Oh iya, saat di guild, bisakah kalian merekomendasikan produk dari toko ini? Bawa beberapa potion ini dan berikan kepada petualang yang ada di sana," ujar Ash sambil memberikan satu kotak berisikan empat potion dengan jenis berbeda.
Potion pertama adalah Heal Potion, memiliki warna merah terang yang berfungsi sebagai penyembuh luka luar seperti lecet, kulit robek, dan lainnya. Potion yang dibuat oleh Ash memiliki tingkat sebagai Heal Potion Mid-Rank (Tingkat Menengah), tetapi khasiatnya lebih baik dari potion buatan orang lain, bahkan hampir setara dengan Heal Potion High-Rank.
Potion kedua adalah Mana Potion, yang berwarna biru laut dan berfungsi untuk mengembalikan energi sihir yang hilang. Potion ini sangat terkenal di kalangan penyihir, tetapi sulit didapatkan karena kini sudah jarang ada orang yang belajar alkimia. Hampir semua alkemis kini hanya berfokus pada pembuatan Heal Potion dan penawar racun, jarang mencoba hal baru sehingga kualitas alkemis saat ini menjadi terpuruk. Meskipun masih ada beberapa alkemis ternama yang mampu membuat berbagai macam ramuan.
Potion ketiga adalah Antidote Potion, berwarna hijau daun, yang berfungsi sebagai penawar racun. Sama seperti Heal Potion, Antidote Potion buatan Ash hampir setara dengan High-Rank dan dapat menawar racun mematikan.
Potion keempat adalah Energy Potion, berwarna kuning terang, yang berfungsi untuk mengembalikan energi. Lebih simpelnya, ini seperti minuman energi di Bumi, hanya saja efeknya berbeda dengan yang ada di isekai; Energy Potion ini dapat menghilangkan rasa penat dan sedikit memberikan kekuatan pada orang yang meminumnya.
"Itulah nama-nama ramuannya. Kalian jelaskan seperti itu saat merekomendasikannya," ujar Ash.
"Aku mengerti!" jawab Luna sambil mengangguk pelan dan tersenyum.
Setelah itu, Luna, Risa, Koharu, dan Tama hendak pergi. "Azusa, kamu tidak ikut?" Koharu bertanya dengan heran saat melihat Azusa tetap di dalam toko.
"Ya, aku akan membantu Ash," jawab Azusa dengan wajah datar.
"Begitu, yah," Koharu berkata pelan. "Baiklah! Jaga rumah baik-baik ya!" Lalu, ia berseru dan berjalan pergi diikuti oleh yang lain.
Setelah kepergian mereka, Ash melirik Azusa yang berdiri tepat di sampingnya.
Merasakan lirikan itu, Azusa menoleh. "Ada apa?" tanyanya.
"Kau yakin tidak ikut dengan mereka?" ujar Ash.
Azusa mengangguk pelan. "Sebenernya, ada hal yang ingin kutanyakan padamu, Ash," balas Azusa sambil menatap mata Ash dengan tajam.
"Apa itu?" Ash membalas tatapan Azusa dengan senyum simpul.
"Kenapa kau begitu tenang dan memiliki banyak pengetahuan tentang dunia ini? Bahkan aku yang cukup percaya diri dengan kemampuan adaptasiku tak bisa langsung terbiasa. Tapi kau... yang tidak memilih satupun kemampuan bertarung, bisa bertarung seperti itu? Aku tak habis pikir. Sebenernya, kau ini siapa? Apa kau benar-benar Kisaragi Ash yang suka tidur dan malas-malasan di kelas?" tanya Azusa dengan banyak pertanyaan.
Ash menghela nafas pendek. "Huft~ Kukira apa, ternyata masalah itu."
"Hah?" Azusa terkejut mendengar Ash yang tampak tak peduli.
"Dengar ya, Azusa, kau pernah melihat para kelompok wibu itu, kan? Mereka tampak tahu dan langsung bisa beradaptasi di dunia ini, kan?" ucap Ash.
"Ya... kurasa begitu," sahut Azusa dengan anggukan kecil.
"Mereka sudah sering membaca atau menonton kisah-kisah seperti ini, karena itulah mereka paham dan bisa beradaptasi dengan cepat. Sama halnya denganku. Aku juga sudah pernah dip..." Saat itu, Ash langsung menghentikan perkataannya.
"Pernah dip?" Azusa langsung bertanya.
"Pernah dipinjamkan buku cerita yang serupa," jawab Ash dengan canggung sembari memalingkan wajahnya.
Sial, aku hampir keceplosan mengatakan bahwa aku pernah dipanggil ke dunia ini, batinnya merasa cukup deg-degan.
Azusa menatap Ash dengan curiga, tetapi ia menghela nafas pendek. "Baiklah, aku akan mempercayai apa yang kau katakan."
...----------------...
Di kedalaman hutan bagian utara yang tak jauh dari kota, ada satu kelompok petualang yang beranggotakan empat orang. Mereka sedang berburu monster untuk menyelesaikan misi yang diambil. Namun...
"Hei, bukankah ini aneh?" salah satu dari mereka bertanya, mulai merasa resah.
"Kau benar, aku tak bisa merasakan adanya kehadiran monster satu pun," sahut rekannya.
"Aku punya firasat buruk. Hei.. ayo kita kembali ke kota," ucap petualang yang sudah resah akan suasana aneh itu.
Namun, pemimpin kelompok mereka tak ingin kembali. "Kita lanjut sebentar lagi. Mari masuk lebih dalam."
Yang lain saling memandang, lalu mengangguk dengan rasa khawatir. Mereka pun berjalan memasuki hutan ke bagian terdalam.
Seorang penyihir dalam kelompok itu terus memakai sihir Search untuk mencari keberadaan monster hingga ia merasakan satu.
"Aku merasakan satu... dia ada di sebelah sana," ucapnya sambil menunjuk arah keberadaan monster itu.
"Bagus, kita maju dan lihat apa yang menunggu kita di sana," ujar pemimpin kelompok.
Mereka terus berjalan, mendekati lokasi monster itu berada hingga pepohonan mulai semakin sedikit dan terlihat sebuah tanah yang cukup lapang. Mereka berhenti berjalan.
"A-apa itu...?" gumam pemimpin kelompok saat melihat makhluk yang sedang keluar dari sebuah goa.
Tubuh makhluk itu besar, memiliki kulit berwarna hitam pekat dengan mata merah menyala, serta sepasang sayap lebar yang dapat menutupi sinar matahari.
"Raaawwwwrrr!" makhluk itu meraung saat merasakan kehadiran kelompok petualang itu.
"Tch! Cepat lari!" seru pemimpin kelompok.
Semua rekannya langsung berlari sekuat tenaga, namun monster itu tak membiarkannya begitu saja. Dengan satu tarikan napas, ia membuat bola api dan menembakkannya ke arah depan.
Bola itu tepat menghantam bagian depan, arah para petualang berlari hingga mereka harus berhenti akibat dinding api yang menghadang jalan.
"Sial! Sepertinya dia tak membiarkan kita kabur begitu saja," gerutu pemimpin kelompok.
"Hei, kau cepat lari dan beri tahu ini pada guild master. Kami akan menahannya!" pemimpin kelompok membuat keputusan.
"Tidak! Kalian tak mungkin bisa menahan monster itu!" orang yang disuruh tak mau menerimanya.
"Sudahlah, cepat lari!" teriak rekannya yang lain.
"Itu benar! Jika monster ini dibiarkan, bukan hanya kami, bahkan semua orang yang ada di kota akan kehilangan nyawa. Cepatlah pergi, kami akan menyusulmu nanti!" lanjut penyihir dalam kelompok.
Menggigit bibirnya hingga berdarah, gadis itu berlari dengan perasaan sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Frando Wijaya
next Thor 😃.
2024-09-10
2