Setelah kembali ke gubuk, Ash melihat para gadis itu terheran, tertegun dengan tumpukan mayat goblin yang gosong di sekitarnya dan gubuk sederhana yang dibuatnya. Aroma asap dan tanah yang hangus menyatu, menciptakan suasana yang menegangkan.
"Hei!" seru Ash, memanggil perhatian para gadis.
"Ash!" balas Luna, wajahnya tampak lega melihat sahabatnya kembali.
"Aku punya kabar baik buat kalian! Jemputan dari kerajaan sudah tiba, semua murid yang lain juga sudah berkumpul di sana. Aku akan mengantarkan kalian ke sana," ujar Ash dengan nada bersemangat, berusaha menghilangkan ketegangan yang masih menyelimuti suasana.
Luna dan yang lainnya saling menatap, keraguan dan ketakutan masih terlihat di wajah mereka. Kenangan akan pertemuan dengan goblin masih segar dalam ingatan.
"Tenang saja, Bu Natsumi ada di sana," lanjut Ash, mencoba menenangkan mereka dengan senyum yang tulus.
Mereka mengangguk pelan, meskipun raut wajah mereka masih menunjukkan kebingungan.
"Baguslah," kata Ash dengan senyum kecil. Ia memasuki gubuk untuk membereskan barang-barangnya: jamur yang bisa dimakan, tanaman herbal, dan batu sihir goblin. Ia mengenakan jas yang telah kering, merasakan ketenangan mengalir kembali dalam dirinya.
"Baiklah, ayo!" serunya, semangatnya menular ke para gadis.
Setelah berjalan beberapa menit, mereka bertemu dengan teman sekelas yang lain. Di sana, Bu Natsumi berdiri dengan komandan kesatria, menyusun rencana.
"Apa sudah semuanya?" tanya komandan kesatria dengan nada tegas, menatap Natsumi.
"Ya," jawab Natsumi, tetap menjaga ketenangannya di depan para murid.
"Baiklah, kalau begitu kita akan menuju kota Ranvel. Perjalanan ini akan memakan waktu satu hari. Setelah istirahat di sana, kita akan melanjutkan perjalanan menuju ibu kota kerajaan Erlasia," jelas komandan kesatria, suaranya menggema di antara pepohonan.
Ash melihat sekitar dan menangkap pandangan kelompok anak berandalan yang sedang diobati oleh penyihir dari kesatria. Mereka tampak lemah, namun raut wajah mereka menunjukkan penyesalan.
Tunggu? Kenapa aku malah ikut? Jadi buat apa aku membangun gubuk itu? gumam Ash tersadar dengan apa yang ia lakukan. Rasa tanggung jawabnya mulai muncul.
"Anu!" Ash mengangkat suaranya, berusaha mengalihkan perhatian.
"Ada apa, Tuan Pahlawan?" saut komandan kesatria dengan nada curiga.
"Maaf, tapi aku tak bisa ikut dengan kalian. Lagi pula, aku tak punya kemampuan untuk bertarung, jadi aku ingin hidup dengan normal," ujar Ash, tegas dengan keputusannya.
"Apa itu benar, Nona Natsumi?" Komandan bertanya pada Natsumi untuk memastikan.
"I-iya, Ash tak memiliki kemampuan bertarung," jawab Natsumi, suaranya sedikit bergetar.
"Begitu yah, tapi kami tak bisa meninggalkan kandidat pahlawan begitu saja. Setidaknya mintalah sesuatu, seperti uang atau apapun sebagai kompensasi karena telah dipanggil ke dunia ini," ujar Komandan kesatria dengan nada bijak.
Hee~ tak kusangka mereka cukup baik sampai ingin memberikan kompensasi, gumam Ash dengan senyum kecil.
"Kalau begitu, berikan saja aku peta dan sedikit uang untuk hidup satu minggu," ucap Ash, merasakan kesempatan ini tak boleh disia-siakan.
"Baiklah," angguk Komandan kesatria, lalu memberikan sebuah tas berisi kantung uang dan sebuah peta kerajaan Erlasia.
"Terima kasih," ucap Ash, menyimpan tas itu dengan hati-hati. Ia berputar balik, kembali menuju gubuknya.
Melihat Ash yang pergi menjauh, Luna mengangkat tangannya, "A-apa saya boleh ikut dengan Ash?" serunya, suaranya penuh harapan.
"Ka-kami juga!" tambah teman-teman Luna, yang merupakan kelompok gadis-gadis kaya, dengan semangat.
Eh? Eee...!? Kenapa kalian mau ikut denganku? Ash bertanya-tanya dalam batinnya, merasa terkejut dengan keputusan mereka.
"Apa kalian juga tak punya kemampuan bertarung?" tanya Komandan kesatria, memperhatikan mereka dengan serius.
"Pu-punya... hanya saja..." jawab Luna, tatapannya beralih ke Ash yang semakin menjauh.
Komandan kesatria yang cukup peka menyadari perasaan Luna, "Baiklah, kamu boleh pergi. Aku juga akan memberikan uang yang sama. Apakah itu tidak apa-apa?"
Semua gadis kaya langsung mengangguk, wajah mereka penuh tekad, dan berlari mengejar Ash dengan langkah yang cepat.
"Apa tak masalah, Komandan?" tanya wakil komandan, penasaran.
"Ya, lagi pula pahlawan yang dipanggil oleh Dewi cukup banyak. Jadi jika ada yang menolak, beberapa tak akan jadi masalah. Lagipula, bukan kehendak mereka untuk menjadi pahlawan di dunia ini," jawab Komandan kesatria dengan bijak, menunjukkan sikap pemimpin yang baik.
"Hei, apa kalian yakin?" Natsumi bertanya pada Luna dan teman-temannya, khawatir akan keselamatan mereka.
Luna mengangguk, wajahnya terlihat serius. "Kami ingin bersama Ash."
"Begitu, yah. Baiklah, jaga diri kalian. Jika ada sesuatu, datanglah ke ibu kota, oke?" ucap Natsumi, masih merasa cemas.
"Ya!" seru kelompok gadis-gadis kaya, menjawab serempak sebelum berlari mengejar Ash yang semakin jauh.
Sementara itu, kelompok lainnya mulai berjalan menaiki kereta yang telah disiapkan oleh para kesatria, mereka pun berpisah dengan perasaan campur aduk.
...****************...
"Hei, tunggu!" seru Risa, suaranya penuh ketidakpastian.
Ash mengabaikannya dan terus berjalan, berusaha untuk tidak memikirkan kerumitan yang telah timbul.
"Tunggu! Hei, kau! Kubilang tunggu!" serunya lagi, kali ini dengan lebih keras.
Astaga, kenapa mereka malah mengikuti-ku sih? gerutu Ash dalam hati, merasa sedikit frustrasi.
"A-apa yang kalian lakukan?" tanya Ash dengan canggung, menoleh untuk melihat wajah-wajah yang penuh harapan di belakangnya.
"Ash... apa kami bisa ikut bersamamu?" ucap Luna, matanya berkaca-kaca, penuh dengan keinginan untuk tetap bersamanya.
"Ugh~" Ash memalingkan wajahnya, bingung dengan situasi ini. "Kenapa kalian mau ikut denganku? Bukankah lebih bagus ikut dengan yang lain ke ibu kota?"
"Iya, mungkin kamu benar, tapi... mengingat kejadian sebelumnya, kamu masih merasa takut berdekatan dengan yang lain," balas Risa, dengan nada yang penuh empati.
"Jadi kalian pikir aku tak akan melakukan hal yang sama pada kalian?" ucap Ash dengan tatapan dingin, mencoba mempertahankan jarak.
Semua gadis langsung mundur selangkah karena takut, tetapi Luna malah maju dengan tekad. "Aku percaya Ash bukan orang yang seperti itu!" serunya dengan penuh rasa percaya, menyematkan keyakinan di hatinya.
Ash menghela napas panjang, menyadari betapa gigihnya Luna. Ia tahu sifat Luna; jika ia sudah memutuskan, maka tak ada hal yang bisa mengubah keputusannya. "Baiklah, kalian boleh ikut denganku. Tapi, aku tak akan pergi ke kota untuk sementara waktu; aku masih mau menetap di hutan ini."
Luna langsung tersenyum lebar, "Iya!" serunya, kegembiraan terpancar dari wajahnya.
Oke, sekarang bagaimana aku harus hidup sambil mengurus lima orang gadis? gumam Ash sambil menghela napas panjang, merasakan beban tanggung jawab yang baru.
Akhirnya, mereka sampai di gubuk yang dibangun oleh Ash. Karena tak jadi pergi, Ash menaruh kembali barang-barangnya. Waktu sudah menunjukkan tengah hari, dan perutnya mulai keroncongan.
"Apa kalian mau makan siang dulu? Sambil mendiskusikan tentang rencana ke depan," ujar Ash, berusaha menciptakan suasana yang lebih santai.
Semua gadis mengangguk setuju. Ash mulai menyalakan api dan memanggang jamur yang tersisa. "Maaf, aku hanya punya jamur ini saja," lanjut Ash sambil menusukkan jamur ke ranting kayu.
Luna menggelengkan kepala pelan, "Gapapa kok, lagi pula kami-lah yang seenaknya mengikutimu."
"Benar, kami tak bisa meminta sesuatu yang egois lagi," lanjut Risa, menambahkan, menunjukkan sikap rendah hati.
Yang lain juga hanya mengangguk, menunjukkan persetujuan.
Tak kusangka gadis-gadis kaya nan manja ini mau menurut, gumam Ash penuh rasa terkejut, merasakan sedikit kehangatan dalam hati.
Mereka duduk melingkari api unggun sambil menyantap jamur, suasana mulai terasa lebih akrab.
"Seperti yang kubilang tadi, kita akan menetap di hutan ini terlebih dahulu. Alasannya karena aku ingin meningkatkan skill alkemis, pandai besi, dan pengrajin-ku terlebih dahulu. Setelah dirasa cukup, kita baru pergi ke kota," jelas Ash, berusaha memimpin diskusi.
"Saat sampai di kota, apa yang akan kau rencanakan?" Risa lanjut bertanya, rasa ingin tahunya semakin besar.
"Membuka toko atau menjadi petualang, hanya dua pilihan itu yang terpikir olehku," jawab Ash, menatap api yang berkobar seolah sedang membayangkan masa depan.
Setelah itu, suasana menjadi canggung. Semua gadis tampak merenung, terjebak dalam pemikiran masing-masing.
Tunggu... apa aku mengatakan hal yang salah? gumam Ash kebingungan, merasa tidak nyaman dengan keheningan yang mendominasi.
"Ke-kenapa kalian diam saja?" Ash mencoba bertanya, berusaha memecah kebisuan.
"Hei, Ash. Apa kita bisa kembali ke dunia asal?" Luna bertanya dengan wajah yang sedih, suara lembutnya seolah menyiratkan kerinduan yang dalam.
Saat melihat hal itu, Ash tersadar. Mereka berlima hanyalah gadis SMA biasa, terjebak dalam situasi tak terduga. Tiba-tiba dipindahkan ke dunia yang berbeda dan diberikan tanggung jawab untuk mengalahkan raja iblis. Rasa khawatir akan keluarga yang mereka tinggalkan di Bumi pasti menghantui pikiran mereka.
"Bisa kok, kalian bisa kembali ke Bumi," jawab Ash dengan senyum yang menenangkan, berusaha memberikan harapan.
Saat mendengar hal itu, semua gadis langsung berseru, "Benarkah!?"
"Iya, setelah mengalahkan raja iblis, kalian akan kembali ke ruangan putih saat pertama kali kita bertemu dengan Dewi. Di sana, kalian akan mendapat dua pilihan: kembali ke dunia asal atau terus hidup di dunia ini," jelas Ash, merasakan kelegaan saat melihat senyuman kembali di wajah mereka.
Namun, ada rasa cemas di hati Luna. "Ash, dari mana kamu tahu hal itu?"
Ash tersentak saat mendapatkan pertanyaan itu, menyadari bahwa ia perlu berhati-hati dengan jawabannya. "Soal itu... a-aku... ah, benar, aku bertanya pada Dewi sebelum kita dipindahkan ke dunia ini," ucap Ash dengan senyum canggung, berusaha tidak terlihat terbata-bata.
"Tapi, bukankah kamu hanya diam selama di ruangan putih?" Risa menatap Ash dengan curiga, mata merah itu meneliti ekspresi wajahnya.
"Aku bertanya lewat hati. Kamu tahu, Dewi bisa membaca hati manusia, kan? Dia juga menjelaskan lewat telepati," jawab Ash, berusaha tampil tenang meski di dalam hatinya mulai terasa panik.
"Ah, pembahasan sudah selesai. Aku mau mengumpulkan persediaan dulu. Kalian istirahat saja dulu," Ash langsung bangun berdiri dan berjalan memasuki hutan, berusaha mengalihkan perhatian mereka dari keraguan yang baru saja muncul.
Dalam hati, Ash berjanji untuk tidak membiarkan mereka merasa terjebak selamanya di dunia ini. Dia akan melakukan segala cara untuk memastikan mereka kembali dengan selamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
mantep ngeharem dah tuh🗿
2025-02-14
0
Isekai Fantasy Novel
Kami? atau kamu?
2024-10-18
1