Ash yang mulai terpojok bersembunyi di balik salah satu gubuk, hanya bisa mendesah saat mendengar derap kaki goblin yang semakin mendekat. Namun tiba-tiba, suara ledakan sihir dan teriakan goblin yang kacau bergema di udara. Bala bantuan yang tak terduga datang.
Kenapa mereka kembali?! batin Ash bertanya-tanya, terkejut melihat para gadis muncul kembali dan menyerang para goblin dengan sihir serta monster mereka.
Melihat tekad yang terpancar dari mata para gadis, Ash tak bisa lagi menyuruh mereka pergi. Mata mereka memancarkan keberanian seorang pejuang yang siap mempertaruhkan nyawanya. Jujur saja, Ash tak pernah membayangkan para gadis bangsawan yang biasanya manja ini bisa bertarung seperti itu.
Menghembuskan napas panjang, Ash akhirnya berteriak memberi instruksi. "Kalian serang dari jarak jauh! Risa, pastikan tak ada goblin yang mendekat! Tama, kirim monster-monstermu untuk mengalihkan perhatian dua Goblin Champion!"
"Iya!" seru mereka serempak, penuh semangat.
Beruang besar milik Tama maju, mengaum dengan ganas saat menghadapi salah satu Goblin Champion. Sementara itu, Ash menyelinap dari belakang. Ketika beruang itu dan Goblin Champion berhadapan, Ash memanfaatkan momen tersebut untuk meloncat dan mengayunkan pedang batu yang sudah siap ditebaskan ke arah leher Goblin Champion.
-Slash!
Namun, serangannya hanya meninggalkan goresan kecil di kulit tebal goblin itu. Pedang batunya hancur seketika. Ash menggertakkan gigi, merasa frustasi.
Pedang batu tak cukup kuat... pikirnya sambil mundur, menghindari serangan balik goblin itu.
Pertempuran menjadi semakin intens. Para gadis menghalau goblin-goblin biasa dengan sihir dan monster mereka, memberi Ash ruang untuk fokus pada Goblin Champion dan Goblin Shaman. Namun, saat ia mencoba mendekati Goblin Shaman, si goblin mulai menembakkan sihir api dengan kekuatan yang brutal, menghancurkan gubuk-gubuk di sekitarnya, bahkan mengenai kawan-kawannya sendiri.
Dia tak peduli dengan rekannya sendiri?! gerutu Ash, menghindari ledakan api yang bertubi-tubi. Ash terus berlari, mencari celah untuk mendekati Goblin Shaman. Aku harus cepat...
Dengan langkah cepat dan zig-zag, Ash mendekati Goblin Shaman, mengalirkan mana ke pisau batunya yang masih tersisa. Saat jaraknya cukup dekat, ia mengayunkan pisaunya, melepaskan tebasan angin yang memotong serangan sihir goblin tersebut.
Ini saatnya!
Namun, tepat ketika Ash akan menebas kepala Goblin Shaman, pisaunya pecah lagi.
-Krak!
Ash terpaksa menghantamkan tinjunya ke kepala Goblin Shaman, menyebabkan makhluk itu terhuyung. "Ya, setidaknya ini berakhir." Dengan napas berat, Ash merapalkan sihir, "Wind Cutter!" Sebuah pisau angin melesat dan membelah tubuh Goblin Shaman.
Setelah mengalahkan Goblin Shaman, Ash mengambil tongkat sihir milik musuhnya itu. "Kuambil ini," gumamnya, lalu mengarahkan tongkat itu ke dua Goblin Champion yang sedang membully beruang Tama.
Dengan tambahan batu sihir di tongkat itu, Ash merasakan pasokan mana yang lebih besar mengalir dalam tubuhnya. "Fire Arrow!" Puluhan panah api melesat ke arah Goblin Champion, membakar salah satu lengannya. Tak berhenti di situ, Ash mengarahkan serangan lain, "Fire Spear!" Tiga tombak api meluncur cepat dan menancap di tubuh lawan.
Ash melayang ke udara dengan bantuan sihir angin. Dari atas, ia bisa melihat kedua Goblin Champion yang sekarang terluka parah. Mengangkat tongkat ke atas, lingkaran sihir besar muncul di udara, bersinar terang. "Berakhir sudah!" Seruan Ash bergema. "Shining Javelin!"
Sebuah tombak cahaya raksasa terbentuk, menembus tubuh kedua Goblin Champion, mengakhiri mereka sekaligus. Ash jatuh ke tanah dengan napas terengah-engah.
-Kretak!
Kristal sihir di tongkat itu retak, lalu pecah. "Sepertinya aku terlalu memaksanya," gumam Ash, memandang kristal yang sekarang mati dan tak berguna.
Sinar matahari senja yang hangat menyelimuti tubuhnya, membuat Ash sedikit tenang meskipun tubuhnya kelelahan. Ia berbaring, memandang langit yang berwarna oranye.
Huft~ benar-benar ceroboh... pikirnya. Ia menyesali kecerobohannya yang hampir membahayakan para gadis.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar. "Ash!" Luna memanggilnya dengan nada khawatir. Ia berlari menuju Ash, diikuti oleh gadis-gadis lainnya.
"Ash, kau baik-baik saja?" Risa bertanya dengan nada keras, tetapi jelas tersirat kekhawatiran.
Ash tersenyum lemah. "Kalau kau tanya begitu, mungkin kau perlu periksa matamu," candanya, meskipun suaranya terdengar lemah. Tubuhnya masih pucat akibat kelelahan menggunakan sihir secara berlebihan, dan kapasitas mana dalam tubuhnya sudah jauh berkurang sejak skill andalannya tersegel.
"Aku akan menyembuhkanmu," ucap Luna, merapalkan sihir penyembuhan dengan lembut. Cahaya hijau menenangkan muncul di sekitar Ash, mempercepat pemulihannya.
Setelah beberapa saat, Ash bisa berdiri meski tubuhnya masih goyah. Luna menopangnya dengan hati-hati. "Maaf, bisa tolong kumpulkan batu sihir dari tubuh goblin itu?" pinta Ash pelan.
"Batu sihir? Maksudmu kristal ungu itu?" tanya Azusa untuk memastikan.
"Ya, letaknya di sekitar jantung mereka," jawab Ash, menahan rasa lelahnya.
Koharu terkejut. "Jadi... kita harus membedah mereka?"
Ash mengangguk. "Kalau tidak bisa, biar aku yang melakukannya."
Meski tampak ragu, Koharu mengangguk. "Baiklah... Ayo, semuanya. Kita harus mengambil batu sihir itu!"
"Ya!" sahut yang lain dengan semangat.
Ash terkejut sekali lagi melihat tekad para gadis. Mungkin selama ini aku terlalu meremehkan mereka. Mereka bukan hanya gadis manja. Mereka adalah pejuang yang kuat dan mampu beradaptasi dengan cepat.
Setelah pertempuran selesai, para gadis mulai bekerja tanpa banyak kata. Meskipun awalnya Koharu tampak enggan, tekad mereka jelas terlihat. Luna, Azusa, Tama, dan Risa mengeluarkan pisau mereka, lalu mulai memeriksa tubuh goblin yang telah mereka kalahkan, mencari batu sihir yang tersembunyi di sekitar jantung makhluk-makhluk itu. Di sekitarnya, api yang masih membara dari sihir Ash perlahan meredup, meninggalkan aroma hangus di udara.
"Aku menemukannya!" seru Risa, mengangkat kristal ungu yang berkilauan dari dalam dada salah satu Goblin Champion. Tangannya berlumuran darah, namun ia tampak tak peduli, matanya tetap fokus pada tugas.
Koharu yang awalnya terlihat agak mual, akhirnya memberanikan diri ikut serta. Ia menggertakkan gigi, mengambil napas dalam, dan dengan hati-hati mencongkel kristal ungu dari goblin yang sudah tak bernyawa. "Ini sedikit... menjijikkan," gumamnya, meskipun tangannya tetap bergerak cekatan.
Azusa, yang biasanya lebih pendiam, berhasil mengumpulkan beberapa batu sihir dengan ekspresi dingin namun tetap terfokus. Ia menoleh ke arah Ash yang masih duduk, memperhatikan dari kejauhan. "Kita hampir selesai," ucapnya singkat.
Ash mengangguk, merasa bersyukur. Meski tubuhnya masih lemah, ia mulai merasa lebih baik berkat sihir penyembuhan Luna.
Setelah beberapa waktu, para gadis berhasil mengumpulkan semua batu sihir yang diperlukan. Mereka membersihkan tangan dan senjata mereka seadanya, lalu berkumpul di sekitar Ash. Matahari senja semakin turun, membuat suasana semakin tenang setelah hiruk-pikuk pertempuran tadi.
"Ayo, kita kembali ke camp," ucap Luna dengan lembut, membantu Ash berdiri.
Para gadis lain mengangguk setuju, dan mereka pun berjalan bersama, kembali ke tempat mereka mendirikan tenda semalam. Suasana senja yang hening menemani mereka sepanjang perjalanan. Ash yang lelah, didukung oleh Luna, berjalan pelan dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Namun, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Ia menyadari bahwa meskipun situasi ini berbahaya, mereka telah bekerja sama sebagai satu tim—sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya.
"Terima kasih," bisik Ash pelan, hampir tak terdengar di antara desiran angin senja.
"Apa?" tanya Luna, menoleh.
"Tidak, aku hanya... bersyukur kalian ada di sini," jawabnya sambil tersenyum tipis.
Para gadis lainnya saling bertukar pandang, beberapa tersenyum, sementara Risa hanya mendengus pelan, meski jelas-jelas lega. Mereka berjalan kembali menuju camp dengan perasaan lega, siap untuk menghadapi malam yang tenang setelah pertempuran yang melelahkan.
Di kejauhan, sisa-sisa asap dari perkampungan goblin masih terlihat, namun kini mereka tak perlu lagi khawatir. Mereka telah menang—dan mereka menang bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Frando Wijaya
next Thor 😃
2024-08-22
1
Frando Wijaya
shining javelin huh...gw dh jarang lht sihir ini
2024-08-22
0