Setelah bergabungnya lima orang gadis, Ash mulai memasuki hutan untuk mengumpulkan bahan makanan dan hal lain yang mungkin berguna.
"Aku sudah melihat sekitar, jadi aman saja meninggalkan mereka. Tak ada monster di sekitar sini. Yah, goblin kemarin pengecualian karena mereka memang sudah membuntutiku," gumam Ash, sedikit merasa tenang setelah memastikan kondisi sekelilingnya.
Kurasa aku akan menjelajah cukup lama. Masih ada jamur yang tersisa di gubuk, jadi seharusnya mereka tak perlu menungguku untuk makan, pikir Ash sambil melangkah lebih dalam ke hutan.
Ash terus berjalan masuk ke dalam hutan hingga sinar mentari tak bisa masuk karena terhalang oleh pepohonan yang rimbun. Di sana, ia menemukan cukup banyak jamur dan tanaman herbal, semua itu dimasukkan ke dalam jasnya yang telah dijadikan tas sederhana. Dengan sigap, ia mengikat bagian bawah jasnya sedemikian rupa agar tidak ada lubang. Semua kancing dikaitkan satu sama lain dan bagian lengan dijadikan sebagai webbing — tali tas.
Saat itu, Ash berhenti sejenak dan membuka peta yang diberikan oleh komandan kesatria. Jadi ini memang dunia yang sama, yah? gumam Ash saat melihat nama kota yang familiar.
Ia menutup peta itu dan melanjutkan penjelajahannya hingga ia sampai di tempat yang cukup lapang. Sebuah lapangan kecil dengan pohon yang mengelilingi setiap sisinya, membentuk sebuah lingkaran. Di atas tanah yang terasa cukup lembab, Ash melihat tapak kaki hewan. Ada dua jejak yang berbeda.
Jejak pertama memiliki bentuk yang sama seperti tapak kaki kucing atau anjing, sehingga Ash berasumsi kalau itu adalah jejak serigala.
Lalu jejak satunya memiliki bentuk seperti hati terbalik yang bagian tengahnya terpisah, bentuknya lonjong dan runcing. Hewan yang memiliki jejak seperti itu adalah rusa.
Hmm, menarik, pikir Ash, berjalan mengikuti jejak itu dengan waspada. Setiap langkahnya diambil dengan hati-hati, telinganya waspada terhadap suara yang mungkin datang. Saat ia sampai di ujung jejak, bukan rusa maupun serigala yang ia temukan, melainkan pemukiman goblin. Melihat hal itu, ia langsung bersembunyi di balik batang pohon agar para goblin tak menyadari keberadaannya.
Ash memanjat ke atas dahan pohon agar lebih leluasa mengintai pemukiman para goblin. Dari sudut pandangnya, ia melihat sekelompok goblin sedang berkumpul, tertawa dan bersorak. Di tengah mereka, seekor rusa yang baru saja ditangkap sedang disembelih, darahnya mengalir di tanah yang basah.
Jadi ada goblin rider di pemukiman itu, yah? gumamnya dalam hati, merasa sedikit terkejut dengan penemuan ini.
Dengan cepat, Ash membuka peta lalu menandai lokasi pemukiman goblin. Setelah itu, ia turun dari dahan pohon secara perlahan dan menjauhi pemukiman para goblin. Terlebih lagi, hari mulai gelap, dan Ash merasa sebaiknya ia segera kembali ke gubuk.
Selama perjalanan pulang, ia tetap mencari persediaan, terus waspada terhadap setiap suara dan gerakan di sekitarnya. Tak lama kemudian, ia menemukan sesuatu yang menarik perhatian.
"Ouh! Beruntung!" serunya dengan penuh semangat saat ia melihat sesuatu di atas cabang pohon. Dengan cekatan, Ash langsung memanjat pohon, "Telurnya cukup banyak!" Ia menemukan sarang burung yang memiliki telur sebanyak lima butir, berkilau dalam cahaya sore yang redup.
Setelah mengambil telur itu dengan hati-hati agar tidak merusak sarangnya, Ash bergegas pulang.
...****************...
Ketika mulai dekat dengan camp, Ash bisa mencium bau harum.
Bau apa ini? Apa mereka sedang memasak? pikir Ash menerka, rasa penasaran menggoda hatinya.
Ia berjalan perlahan dan melihat para gadis sedang bekerja sama. Ada yang tengah menjaga api agar tak membesar atau padam, ada yang memotong jamur dan tanaman herbal, lalu ada juga yang sedang mengambil air dari sungai.
"Ash, selamat datang kembali!" seru Luna dengan senyum hangat.
"Eh?!" Ash terkejut dengan sapaan selamat datang itu. "Ah, aku kembali..." ucapnya canggung, merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian yang tiba-tiba.
Berjalan mendekat secara perlahan, ia melihat gadis berambut putih dengan mata biru, wajahnya datar tanpa ekspresi. Gadis itu sedang mengaduk panci berisikan sup jamur yang dicampur beberapa tanaman herbal.
"Ah, maaf. Aku meminta sedikit tanaman herbal dari dalam gubuk untuk membuat sup ini," ucap gadis itu tanpa menatap Ash.
"Iya..." saut Ash dengan nada bingung, terpesona oleh sikap tenang gadis tersebut.
"Hoi! Dari mana saja kau? Meninggalkan kami begitu saja dan pulang larut begini!?" tak lama setelah itu Risa berseru dengan nada kesal, menatap Ash dengan mata menyala.
"Tunggu Risa," seorang gadis berambut cream cokelat pendek berusaha menghentikan Risa, wajahnya tampak tegang. "Kita seharusnya bersikap lebih baik padanya."
"Maaf, aku pergi cukup jauh tadi. Oh iya, apa sup-nya sudah matang? Jika mau, kalian bisa tambahkan telur burung ini," Ash mengeluarkan lima butir telur yang ia dapatkan selama menjelajah.
"Tidak, simpan saja itu untuk makanan esok hari," jawab Azusa, gadis berambut putih itu, langsung dan tegas.
Mendengar jawaban itu, Ash langsung berjalan masuk ke dalam gubuk dan menata barang-barang. Menghela napas pendek, Ash mengambil satu batu sihir goblin lalu keluar dari gubuk, merasa sedikit kehilangan tujuan.
"Ash!" panggil Luna sambil menggerakkan tangannya, "Kemarilah, waktunya makan malam."
Melihat para gadis yang penuh semangat, Ash tersenyum kecil. Pada awalnya, ia berpikir para gadis ini akan terpuruk dan bersedih. Namun, siapa sangka mereka bisa tegar menerima apa yang terjadi.
Luna mengambil semangkuk sup lalu memberikannya pada Ash.
Dengan wajah penuh kebingungan, Ash menerimanya. Dari mana mereka mendapatkan alat-alat ini? batin Ash bertanya-tanya.
"Ada apa?" Luna memiringkan kepalanya, wajahnya menunjukkan rasa ingin tahu.
"Ah, tidak. Hanya saja aku heran dari mana kalian mendapatkan alat-alat ini," jawab Ash dengan nada penasaran.
"Ouh, itu karena Azusa memilih Cooking item saat pemilihan di ruangan putih itu. Jadi kami memiliki panci, pisau dapur, nampan, sendok sup, wajan, teflon, serta peralatan makan dari kayu," jelas Luna.
"Selain itu, aku juga mengambil Job Chief," tambah Azusa Izayoi dengan suara lembut, namun percaya diri.
"Much~ umm~ jadi alasanmu mengambil beberapa tanaman herbal itu untuk dijadikan penyedap rasa untuk sup, yah?" Ash mencoba mendapatkan informasi lebih.
Azusa mengangguk pelan. "Ya, berkat job chief aku bisa tahu bahan apa saja yang diperlukan serta dengan skill identification, aku bisa tahu bahan itu aman atau beracun."
Ash merenung sejenak, lalu ia tersadar. "Hei, apa kita bisa bertukar informasi mengenai kemampuan satu sama lain agar bisa membentuk kerja sama yang lebih efisien?"
"Kurasa itu ide yang bagus!" seru Luna dengan semangat, senyum di wajahnya semakin lebar.
"Kalau begitu, dimulai dariku. Sepertinya kalian semua sudah tahu Job dan skill apa saja yang kuambil, kan?" ujar Ash, merasa percaya diri.
Semua gadis mengangguk. Tentu saja, Ash menjadi sorotan saat pemilihan karena mengambil semua jenis job dan skill yang tak berguna dalam pertempuran.
"Selanjutnya aku, Luna Kurokawa. Healer dan Alchemy adalah job yang kuambil, skill identification, serta dua item berupa tongkat suci dan item alchemy," ucap Luna, berbicara dengan antusias.
"Azusa Izayoi, job Frost Magician dan Chief," lanjut Azusa dengan singkat, wajahnya tetap serius.
"Tama Yutori... job Tamer," lanjut gadis berambut pendek dengan malu-malu, menghindari tatapan.
"Koharu Shimoe, job Flame Magician!" seru gadis berambut merah dengan gaya kuncir kembar penuh semangat, matanya berbinar dengan kegembiraan.
"Risa Sunohara, job Magic Knight," lanjut Risa, matanya melirik sinis ke arah Ash, seolah menyampaikan pesan tersembunyi.
Ash mencoba mengabaikan tatapan Risa, ia bangun berdiri. "Kalian beristirahat saja, aku akan berjaga malam ini. Gubuk itu memang kecil, tapi masih bisa menampung setidaknya lima orang," ujar Ash, mencoba terdengar berwibawa.
"Ah, tak perlu khawatir. Kami punya tenda dari item survival," sela Risa, menatap Ash dengan nada meremehkan.
"Be-begitu, yah..." Ash hanya tersenyum canggung lalu ia berbalik dan berjalan menuju ke gubuknya, merasa sedikit tidak berdaya.
...---...
Setelah kepergian Ash, Luna menatap Risa dengan penuh perhatian.
"Ada apa, Luna?" Risa yang merasakan tatapan Luna langsung bertanya, merasa tidak nyaman.
"Eh? Ah, apa kamu bisa bersikap baik pada Ash? Dia adalah penyelamat kita," balas Luna, harapannya terpancar dari setiap kata.
"Maaf, tapi aku masih belum bisa mempercayainya. Apa kau tak ingat kejadian kemarin? Kelas menjadi kacau dan anak laki-laki mulai bertindak semena-mena," Risa mulai kesal karena mengingat kejadian kala itu, suara suaranya sedikit meninggi.
"Tapi... Ash itu berbeda... setidaknya aku percaya itu," ungkap Luna, melirik ke arah Ash yang berjalan ke gubuknya, hatinya penuh keyakinan.
Risa menatap mata Luna, merenung sejenak. Lalu ia menghela nafas, "Baiklah, aku akan mencoba bersikap baik padanya."
Mendengar hal itu, Luna tersenyum senang, hatinya terasa lebih ringan. "Terima kasih, Risa! Itu sangat berarti bagiku."
Risa mengangguk, meskipun sedikit enggan. "Tapi jika dia macam-macam, aku tidak akan segan-segan untuk memberinya pelajaran."
Luna tertawa kecil, "Baiklah, kita lihat bagaimana dia berperilaku."
Di bawah sinar bulan yang mulai bersinar, suasana di camp menjadi lebih hangat dan penuh harapan. Mungkin, dengan kerja sama dan saling pengertian, mereka bisa menghadapi apapun yang ada di depan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Redvelvet1
Chief? Chef kali, Chief mah ketua.
2024-11-24
0
Isekai Fantasy Novel
Job doang keren, tp ga guna
2024-10-18
1
Frando Wijaya
magic knight huh...disgaea 3 jg ada tuh
2024-08-20
0