Chapter 17 : Persiapan

Di pinggiran kota, tepatnya di rumah milik Ash, terdengar teriakan seorang gadis dari dalam sebuah kamar.

"Hei... Ash, apa kau berniat meninggalkan kami? Memang benar kami-lah yang seenaknya ingin ikut denganmu... jika kamu memang mau berpisah—" ucap Luna dengan nada sedih, namun belum selesai, Ash langsung menyela.

"Tidak, aku tak bermaksud meninggalkan kalian. Benar-benar, aku hanya lupa karena terlalu terbawa suasana kemarin. Aku minta maaf!" ujar Ash sambil menundukkan kepalanya, meminta maaf dengan tulus atas kesalahannya.

"Benarkah?" Luna menatap mata Ash dengan tatapan penuh harap, matanya berkaca-kaca.

Ash tersenyum lembut, lalu mengusap kepala Luna dengan penuh kasih sayang, "Iya, maaf karena telah membuatmu khawatir."

"Ahem! Anoo, apa kalian bisa bermesraannya saat berdua saja?" tiba-tiba Risa berseru, menatap Ash dengan senyum kesal.

Ash mengangkat tangannya, menghentikan gerakan mengusap kepala Luna. "Aku mau memasukkan barang dulu," ia berbalik dan keluar dari kamar menuju ke lantai satu untuk memasukkan semua barang yang ada di gerobak ke dalam rumah.

Saat Ash sedang mengangkut barang, para gadis berjalan menuruni tangga dan melihat Ash yang mengangkut barang.

"Apa masih banyak?" tanya Luna dengan nada khawatir.

Ash menurunkan sebuah kotak berisi mineral tembaga. "Ya..." jawabnya tampak lelah.

"Biarkan kami membantu, oke?" ucap Luna dengan senyum penuh semangat.

"Kalau begitu, kalian angkat yang ringan-ringan saja," balas Ash, merasa lega.

Dengan bantuan para gadis, barang-barang berhasil diangkut ke dalam rumah dengan cepat. Saat itu waktu sudah menunjukkan tengah hari, dan matahari bersinar terik di langit.

"Terima kasih," ucap Ash tulus kepada para gadis yang telah membantunya.

"Hei, Ash," panggil Luna dengan wajah merah padam.

Melihat ekspresi Luna, Ash bertanya canggung, "A- ada apa, Luna?"

"A- apa aku boleh tinggal de- denganmu di sini?" jawab Luna dengan suara pelan, wajahnya memerah karena malu.

Ash tersenyum dan menjawab tanpa ragu, "Boleh, kok."

Mendengar jawaban Ash, Risa mengerutkan keningnya. "Tunggu! Jika Luna tinggal di sini, maka kami juga!" sela Risa, tak ingin ketinggalan.

"Tentu, aku juga tak keberatan. Di lantai dua ada tiga kamar. Aku pakai satu, dan masih ada dua kamar yang tersisa, kalian pakai saja," balas Ash dengan tenang.

Azusa yang mendengar jawaban Ash tampak curiga. "Apa jangan-jangan kau sudah merencanakan ini?" tanya Azusa untuk memastikan.

Ash bangkit berdiri dan menggeleng. "Tidak juga, aku baru memikirkannya sekarang. Ini akan menghemat biaya hidup, dan aku bisa mengawasi—" saat itu Ash langsung menghentikan ucapannya.

"Mengawasi?" Azusa bertanya, penasaran.

"Mengantuk! Aku tidak tidur tadi malam. Maaf, aku mau tidur dulu," jawab Ash cepat dan melangkah menuju tangga. "Biarkan barang-barangnya di sini, kalian juga istirahat-lah. Jika mau makan, aku sudah beli bahan makanan. Dapur ada di belakang," lanjutnya sambil menguap.

Para gadis hanya bisa menjawab "Ya" dengan ekspresi heran.

"Jadi bagaimana?" Risa mulai bertanya hal apa yang akan mereka lakukan ke depannya.

"Ya, karena sudah diizinkan kita akan tinggal di sini. Benar kata Ash, ini akan menghemat biaya hidup," jawab Azusa, sambil membawa bungkusan berisi sayur-mayur, daging, dan gandum.

"Ya, aku juga setuju dengan Luna dan Azusa," lanjut Koharu.

"A- aku juga..." sambung Tama, sedikit ragu.

"Kalau begitu sudah diputuskan, ya!" seru Luna dengan semangat. "Aku akan ke penginapan untuk check out!" lanjutnya berseru sambil berlari keluar dari rumah menuju ke penginapan.

Risa menghela napas melihat teman-temannya yang dengan cepat menerima untuk tinggal satu rumah dengan seorang laki-laki. "Yasudah, mari kita susun dulu barang-barang ini," ucapnya.

"Baiklah!/Hu'um," sahut Koharu dan Tama serempak.

Tiga jam berlalu...

Ash akhirnya terbangun dari tidurnya, merasa segar setelah istirahat. Ia melihat keluar jendela, menatap langit yang berwarna jingga, dengan hembusan angin hangat yang menerpa wajahnya. Ketika itu, Ash mencium aroma harum dari luar, bau sate daging yang sedang dibakar.

"Kurasa aku akan cari makan dulu," gumamnya, lalu meloncat keluar dari jendela. Berjalan dengan santai menuju ke area yang cukup ramai, di mana banyak orang beraktivitas.

Di salah satu kedai, ia berteriak, "Paman, aku beli dua tusuk!" dengan senyum lebar.

"Ini dia!" balas penjual, sambil memberikan dua tusuk sate daging besar kepada Ash.

Ash memberikan uangnya, lalu berjalan pergi dari kedai, duduk di pinggir sebuah pancuran air yang ada di dekat sana. Ia menatap orang-orang yang berlalu di depannya. Saat itu, ada sosok berjubah yang lewat, jubahnya lusuh di tengah kerumunan orang berpakaian bersih. Sosok itu berhenti sejenak, menoleh ke arah Ash.

"Hmm?" Ash merasa ditatap dan langsung waspada, namun sosok itu menghilang saat seseorang lewat, menutupi pandangannya.

Siapa orang tadi? batin Ash bertanya-tanya.

Dengan cepat, Ash menghabiskan sate-nya lalu berjalan kembali ke rumah untuk menyusun dan melanjutkan pembuatan perabotan. Namun, saat sampai di depan pintu, ia terkejut karena Tama yang tiba-tiba menabraknya saat hendak keluar.

"Aw!"

"Eh? Kau tak apa-apa, Tama?" sontak Ash langsung bertanya sambil mengulurkan tangannya.

"I- iya, terima kasih," saut Tama tanpa sadar menerima uluran tangan Ash.

Saat sudah berdiri, dan membuka matanya, Tama terkejut melihat wajah Ash yang sangat dekat dengan wajahnya. "Kyaa!" ia langsung berteriak.

Tak lama kemudian, banyak suara langkah kaki terdengar. "Ada apa Tama!?" teriak para gadis yang berlarian mendekat.

"Eh, ah, tidak..." Tama terlihat bingung, melihat ke arah Ash dan teman-temannya. "A- aku hanya terkejut melihat Ash..."

Saat itu, yang lainnya baru sadar bahwa Ash yang seharusnya tidur bisa berada di depan pintu. "Ah! Bukannya kau tadi tidur?" seru mereka.

"Ya, perutku lapar, jadi aku pergi keluar untuk cari makan, hahaha," jawab Ash sambil menggaruk rambutnya, merasa sedikit canggung.

"Kapan kau keluar? Kami tak melihatmu keluar dari kamarmu sama sekali," Luna meminta penjelasan.

"Ah, soal itu... Aku keluar dari jendela kamarku," jawab Ash, tersenyum kikuk.

"Ya?" Mereka tampak bingung, karena kamar seharusnya berada di lantai dua dan cukup tinggi.

"Emm... Ini bukan hal yang aneh, kan?" Ash bertanya, berusaha mengalihkan perhatian mereka. "Lagipula, Kalian sudah selesai mengatur barang-barang?"

"Belum!" seru Risa, "Ayo kita selesaikan sekarang juga!"

"Saya akan membantu," ucap Koharu, mengangguk.

Ash tersenyum melihat semangat mereka. "Kalau begitu, mari kita kerjakan bersama! Setelah ini, kita bisa makan bersama."

Para gadis mengangguk serentak, semangat kembali menyala dalam diri mereka. Kegiatan mengatur rumah pun dimulai, penuh canda dan tawa, menandakan awal petualangan baru bagi mereka semua.

Terpopuler

Comments

Frando Wijaya

Frando Wijaya

next Thor 😃

2024-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Dunia Baru
2 Chapter 2 : Pertarungan Pertama
3 Chapter 3 : Perseteruan
4 Chapter 4 : Pilihan
5 Chapter 5 : Menjelajah
6 Chapter 6 : Eksperimen
7 Chapter 7 : Menjadi Guru
8 Chapter 8 : Tamer
9 Chapter 9 : Menyerang Desa Goblin
10 Chapter 10 : Pertarungan Di Desa Goblin
11 Chapter 11 : Memulai Perjalanan
12 Chapter 12 : Pedagang Daniel
13 Chapter 13 : Kota Ranvel
14 Chapter 14 : Mendaftar Sebagai Petualang
15 Chapter 15 : Menjadi Pedagang
16 Chapter 16 : Belanja
17 Chapter 17 : Persiapan
18 Chapter 18 : Kehidupan Yang Damai?
19 Chapter 19 : Naga Hitam
20 Chapter 20 : Stampede
21 Chapter 21 : Extinction Ray!
22 Chapter 22 : Sang Pahlawan
23 Chapter 23 : Masa Pemulihan
24 Chapter 24 : Pahlawan
25 Chapter 25 : Misi Yang Telah Terukir Kembali
26 Chapter 26 : Serangan Fang Wolf
27 Chapter 27 : Menuju Kota Sirius
28 Chapter 28 : Keluarga Bangsawan
29 Chapter 29 : Pertunangan
30 Chapter 30 : Bertambahnya Satu Orang Di Dalam Kelompok
31 Chapter 31 : Menuju Ibu Kota
32 Chapter 32 : Ibu Kota
33 Chapter 33 : Pertemuan Kembali
34 Chapterr 34 : Membuka Kios
35 Chapter 35 : Risa Melawan Ahli Tombak Gareth
36 Chapter 36 : Hati Yang Terluka
37 Chapter 37 : Pertandingan Pembalasan
38 Chapter 38 : Kecepatan Melawan Kekuatan
39 Chapter 39 : Risa Vs Ren
40 Chapterr 40 : Serangan Di Ibu Kota
41 Chapter 41 : Kematian
42 Chapter 42 : Mika Sang Flugel
43 Chapter 43 : Keputus-asaan
44 Chapter 44 : Kebangkitan Sang Pahlawan
45 Chapter 45 : Memulai Perjalanan Baru
46 Chapter 46 : Kota Chovo
47 Chapter 47 : Warna Asli
48 Chapter 48 : Sebuah Sekte?
49 Chapter 49 : Sebuah Kebenaran
50 Chapter 50 : Menyusup
51 Chapter 51 : Mendapatkan Teman Baru
52 Chapter 52 : Mengungkapkan Kebenaran
53 Chapter 53 : Perjalanan Menuju Ibu Kota Lindwon
54 Chapter 54 : Satu Hari Dengan Dua Kejadian
55 Chapter 55 : Konflik Dengan Seorang Bangsawan
56 Chapter 56 : Mengungkapkan Rahasia
57 Chapter 57 : Perasaan Yang Rumit
58 Chapter 58 : Cinta Dan Kewajiban
59 Chapter 59 : Hasutan
60 Chapter 60 : Akademi Sihir
61 Chapter 61 : Ujian Masuk
62 Chapter 62 : Elysium Blade
63 Chapter 63 : Kegaduhan
64 Chapter 64 : Melanjutkan Perjalanan Seorang Diri
65 Chapter 65 : Kejadian 200 Tahun Yang Lalu
66 Chapter 66 : Penghianatan
67 Chapter 67 : Pelelangan
68 Chapter 68 : Budak—Gadis Rubah
69 Chapter 69 : Menuju Kota Treal
70 Chapter 70 : Serangan
71 Chapter 71 : Kota Treal
72 Chapter 72 : Mimpi Buruk
73 Chapter 73 : Perjalanan Menuju Ibu Kota
74 Chapter 74 : Elven Garden
75 Chapter 75 : Roh Pahlawan
76 Chapter 76 : Dendam Dari Masa Lalu
77 Chapter 77 : Kebencian Yang Besar
78 Chapter 78 : Aku Adalah Dirimu
79 Chapter 79 : Kota Aqualis
80 Chapter 80 : Menuju Kota Bawah Air
81 Chapter 81 : Kawasan Terlantar
82 Chapter 82 : Permata Roh Pelangi
83 Chapter 83 : Perjalanan Terakhir
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Chapter 1 : Dunia Baru
2
Chapter 2 : Pertarungan Pertama
3
Chapter 3 : Perseteruan
4
Chapter 4 : Pilihan
5
Chapter 5 : Menjelajah
6
Chapter 6 : Eksperimen
7
Chapter 7 : Menjadi Guru
8
Chapter 8 : Tamer
9
Chapter 9 : Menyerang Desa Goblin
10
Chapter 10 : Pertarungan Di Desa Goblin
11
Chapter 11 : Memulai Perjalanan
12
Chapter 12 : Pedagang Daniel
13
Chapter 13 : Kota Ranvel
14
Chapter 14 : Mendaftar Sebagai Petualang
15
Chapter 15 : Menjadi Pedagang
16
Chapter 16 : Belanja
17
Chapter 17 : Persiapan
18
Chapter 18 : Kehidupan Yang Damai?
19
Chapter 19 : Naga Hitam
20
Chapter 20 : Stampede
21
Chapter 21 : Extinction Ray!
22
Chapter 22 : Sang Pahlawan
23
Chapter 23 : Masa Pemulihan
24
Chapter 24 : Pahlawan
25
Chapter 25 : Misi Yang Telah Terukir Kembali
26
Chapter 26 : Serangan Fang Wolf
27
Chapter 27 : Menuju Kota Sirius
28
Chapter 28 : Keluarga Bangsawan
29
Chapter 29 : Pertunangan
30
Chapter 30 : Bertambahnya Satu Orang Di Dalam Kelompok
31
Chapter 31 : Menuju Ibu Kota
32
Chapter 32 : Ibu Kota
33
Chapter 33 : Pertemuan Kembali
34
Chapterr 34 : Membuka Kios
35
Chapter 35 : Risa Melawan Ahli Tombak Gareth
36
Chapter 36 : Hati Yang Terluka
37
Chapter 37 : Pertandingan Pembalasan
38
Chapter 38 : Kecepatan Melawan Kekuatan
39
Chapter 39 : Risa Vs Ren
40
Chapterr 40 : Serangan Di Ibu Kota
41
Chapter 41 : Kematian
42
Chapter 42 : Mika Sang Flugel
43
Chapter 43 : Keputus-asaan
44
Chapter 44 : Kebangkitan Sang Pahlawan
45
Chapter 45 : Memulai Perjalanan Baru
46
Chapter 46 : Kota Chovo
47
Chapter 47 : Warna Asli
48
Chapter 48 : Sebuah Sekte?
49
Chapter 49 : Sebuah Kebenaran
50
Chapter 50 : Menyusup
51
Chapter 51 : Mendapatkan Teman Baru
52
Chapter 52 : Mengungkapkan Kebenaran
53
Chapter 53 : Perjalanan Menuju Ibu Kota Lindwon
54
Chapter 54 : Satu Hari Dengan Dua Kejadian
55
Chapter 55 : Konflik Dengan Seorang Bangsawan
56
Chapter 56 : Mengungkapkan Rahasia
57
Chapter 57 : Perasaan Yang Rumit
58
Chapter 58 : Cinta Dan Kewajiban
59
Chapter 59 : Hasutan
60
Chapter 60 : Akademi Sihir
61
Chapter 61 : Ujian Masuk
62
Chapter 62 : Elysium Blade
63
Chapter 63 : Kegaduhan
64
Chapter 64 : Melanjutkan Perjalanan Seorang Diri
65
Chapter 65 : Kejadian 200 Tahun Yang Lalu
66
Chapter 66 : Penghianatan
67
Chapter 67 : Pelelangan
68
Chapter 68 : Budak—Gadis Rubah
69
Chapter 69 : Menuju Kota Treal
70
Chapter 70 : Serangan
71
Chapter 71 : Kota Treal
72
Chapter 72 : Mimpi Buruk
73
Chapter 73 : Perjalanan Menuju Ibu Kota
74
Chapter 74 : Elven Garden
75
Chapter 75 : Roh Pahlawan
76
Chapter 76 : Dendam Dari Masa Lalu
77
Chapter 77 : Kebencian Yang Besar
78
Chapter 78 : Aku Adalah Dirimu
79
Chapter 79 : Kota Aqualis
80
Chapter 80 : Menuju Kota Bawah Air
81
Chapter 81 : Kawasan Terlantar
82
Chapter 82 : Permata Roh Pelangi
83
Chapter 83 : Perjalanan Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!