Setelah berjalannya waktu, hari yang mereka nantikan akhirnya tiba. Semua gadis telah menguatkan tekad mereka dan siap menghadapi pertarungan nyata pertama mereka. Ash yang mengetahui lokasi desa goblin membawa para gadis menuju tempat tersebut. Sesampainya di pinggiran desa, mereka bersembunyi dan melakukan pengintaian terlebih dahulu. Ash memutuskan untuk tidak ikut campur dan membiarkan para gadis menyelesaikan misi ini sendiri.
Para gadis berkumpul untuk mendiskusikan rencana. Mereka sepakat bahwa Risa akan berada di garis depan, didukung oleh monster-monster milik Tama. Azusa dan Koharu akan berada di bagian tengah untuk memberikan serangan jarak jauh, sementara Luna sebagai penyembuh akan bertugas menjaga kesehatan tim dan memberikan dukungan dengan buff.
Rencana itu dimulai dengan serangan pembuka dari Koharu.
"Ehem! Ini saatnya Nona Koharu unjuk gigi!" seru Koharu dengan wajah penuh percaya diri. Ia melangkah keluar dari persembunyian mereka di balik pepohonan, memastikan para goblin menyadari keberadaannya.
"Dengarlah, para goblin! Hari ini kalian akan menyaksikan kemunculan penyihir api agung, Nona Koharu!" Dengan nada lantang dan penuh keangkuhan, Koharu menantang para goblin.
Dengan mengenakan jubah penyihir dan menggenggam tongkat sihir khusus elemen apinya, Koharu memulai serangkaian gerakan dramatik. "Namaku Koharu! Orang yang akan menjadi penyihir api terhebat di masa depan! Takutlah dan kagumilah kekuatanku! Sekarang aku akan menunjukkan kalian serangan terkuatku—Explosion!" serunya dengan percaya diri.
Cahaya merah kekuningan melesat dari tongkatnya, menghantam pemukiman goblin dengan ledakan dahsyat. Rumah-rumah para goblin meledak, dan tubuh mereka terlempar, meninggalkan kerusakan besar pada desa tersebut.
"Serangan pertama berhasil. Aku maju!" Risa tidak membuang waktu setelah ledakan itu mereda. Para goblin masih terkejut dan bingung, memberikan celah bagi Risa untuk menyerang mereka. Serangan yang mendadak itu membuat para goblin tak siap, dan mereka terjatuh satu per satu di bawah tebasan pedang Risa.
Azusa dengan cepat mengikuti, mengirimkan puluhan tombak es dari jarak jauh untuk mendukung Risa. Di garis depan, monster-monster Tama juga bergerak maju untuk membantu Risa melawan para goblin. Luna masih bersiaga di belakang, bersiap jika ada yang membutuhkan penyembuhan atau dukungan.
Di sisi lain, Koharu yang telah melancarkan serangan dahsyatnya terduduk lemas. "Maaf, aku harus istirahat dulu," katanya sambil terengah-engah.
Melihat Koharu yang kelelahan setelah satu serangan, Ash hanya bisa menggeleng. “Gadis ini... apa dia benar-benar menghabiskan semua mana untuk satu serangan?” pikirnya dengan bingung, merasa situasinya mulai mengingatkan pada salah satu karakter di anime isekai yang pernah ia tonton.
Pertempuran awal berlangsung lancar. Para gadis tampak berjuang dengan baik, meski mereka harus melawan perasaan berat karena ini adalah pertama kalinya mereka membunuh makhluk hidup. Ash sebelumnya sudah memberikan mereka sugesti, "Goblin itu monster yang sering menyerang manusia. Anggap saja mereka seperti nyamuk atau serangga. Kalian tidak perlu merasa bersalah."
Dengan pemikiran itu, mereka dapat bertarung tanpa ragu.
"Lihat ke kiri, Risa! Ada goblin yang datang dari samping, menunggangi serigala!" teriak Luna dari belakang, memberikan peringatan.
"Oke!" Risa langsung merespons, mengalirkan mana ke pedangnya dan melepaskan tebasan api yang melesat cepat, membakar kelompok goblin rider yang mendekat.
Segalanya berjalan sesuai rencana, sampai tiba-tiba...
- Bam!
"Argh!" Risa terhempas jauh, menghantam tanah dengan keras.
Ash yang memperhatikan dari kejauhan segera turun dari atas pohon dan mendekati Luna. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada khawatir.
Luna menggelengkan kepala, wajahnya pucat. "Aku tidak tahu. Tiba-tiba muncul lingkaran sihir di dekat Risa, lalu ledakan."
Ash memicingkan mata.
Lingkaran sihir yang menyebabkan ledakan? Jangan-jangan...
Ia langsung berlari ke arah garis depan, melemparkan pisau batu dengan presisi ke arah kepala beberapa goblin yang berusaha mendekati Risa.
"Risa, cepat mundur!" teriaknya saat melewati Risa yang sedang berusaha berdiri.
Para gadis tampak kebingungan melihat sikap Ash yang tiba-tiba berubah. "Ada apa?" gumam Azusa, tak mengerti apa yang terjadi.
Ash terus bergerak, menghabisi beberapa goblin dengan cepat. Sesampainya di atap salah satu gubuk, dia melihat sumber masalahnya—seorang Goblin Shaman yang sedang merapal mantra di bagian belakang desa.
"Sudah kuduga... Desa ini bukan desa goblin biasa," bisik Ash dengan nada serius.
Ia mencoba melemparkan beberapa pisau ke arah Shaman, namun semuanya ditepis oleh goblin besar yang membawa pedang besar. “Goblin Champion?” gumam Ash, matanya menyipit, memperhatikan musuh baru itu.
Tiba-tiba, Ash merasakan bayangan besar menutupi cahaya matahari di belakangnya. Sebelum ia sempat bereaksi...
- Bam!
Tubuh Ash terhempas, menghancurkan salah satu gubuk saat ia terjatuh. Darah mengalir dari sudut bibirnya saat ia bangkit perlahan. "Dua... Goblin Champion?" gumamnya dengan ngeri.
Saat berdiri, Ash melihat ke arah para gadis. “Kenapa mereka belum pergi!?” pikirnya panik. Dia harus membuat mereka mundur sebelum situasinya bertambah buruk.
"Kalian! Cepat lari dari sini!" teriak Ash, berusaha melindungi mereka.
Melihat Ash yang terluka dan panik, para gadis langsung mengangguk dan mulai mundur. Namun saat Ash hendak mengikuti mereka...
- Stab!
Sebuah anak panah menancap di pohon, nyaris mengenai Ash. Goblin Archer sudah menyiapkan diri di sekitar pertempuran, mencegah Ash dan para gadis melarikan diri.
“Sepertinya mereka tak akan membiarkan kita pergi begitu saja,” pikir Ash sambil mencengkeram pedang batunya. Dia tahu bahwa pertarungan ini akan sangat sulit, terutama dengan pedang batu yang meskipun diperkuat, tidak sebanding dengan senjata besi yang digunakan oleh Goblin Champion.
Dengan tekad yang kuat, Ash melesat ke arah para goblin. Ia menari di antara mereka, menghindar dan menyerang dengan kecepatan yang luar biasa. Satu demi satu, goblin-goblin itu jatuh, namun jumlah mereka terus bertambah.
Goblin Archer menembakkan hujan panah, dan Ash mengangkat mayat goblin terdekat untuk dijadikan perisai.
"Wind Cutter!" Ash melontarkan pisau angin, memotong semua benang busur Goblin Archer sekaligus.
Namun, situasinya semakin buruk. Dengan kekuatannya yang masih tersegel, Ash hanya bisa menggunakan sihir tingkat rendah, dan jumlah mana dalam tubuhnya semakin menipis.
Saat dia berlindung di balik salah satu gubuk, dua Goblin Champion terus mendekat. Ash tahu dia tidak bisa menghadapi mereka sendirian dalam kondisinya sekarang.
"Hujan tombak es, hancurkan mereka! Icicle Spear!" seru Azusa dari kejauhan, melepaskan hujan tombak es yang menghujam salah satu Goblin Champion.
"Flare Buster!" Koharu menambahkan serangan dengan sebuah semburan laser api, tepat mengenai Goblin Champion yang lain.
Ash terkejut. "Kenapa mereka kembali!?" pikirnya panik.
Ternyata para gadis itu tidak lari. Mereka memutuskan untuk kembali dan membantu Ash dalam pertarungan. Apakah mereka bisa memenangkan pertarungan ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
story
Entah kenapa kok aku kasihan sama goblin ya? Hidup damai² eh tau-tau gk ada angin gk ada hujan langsung diserang. /Sweat/
2025-01-02
1
Frando Wijaya
next Thor 😃
2024-08-20
1