Di guild pedagang, Ash duduk di ruang tunggu. Berbeda dengan guild petualang yang penuh dengan suara gaduh, di guild pedagang suasananya cukup tenang. Obrolan di sini lebih tertata, dengan beberapa pedagang yang terlihat berbicara pelan atau berbisik, tampaknya membahas urusan bisnis yang bersifat rahasia.
"Huft~" Ash menghela nafas panjang, ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap langit-langit ruangan. "Mengalahkan raja iblis agar bisa pulang ke bumi, ya? Para gadis mungkin ingin pulang, teman sekelas yang lain mungkin juga sama," gumamnya pelan.
Ia membiarkan pikirannya berkelana, memikirkan berbagai hal. "Tapi, bukan urusanku. Lagi pula, mereka semua beramai-ramai. Tak mungkin mereka kalah dari raja iblis yang dulunya bahkan bisa kukalahkan sendirian," lanjut Ash, meskipun ia merasa sedikit getir saat mengingat masa-masa itu.
Masa lalu itu tiba-tiba muncul lagi. Wajah seorang gadis elf yang pernah ia temui di desa mendadak memenuhi pikirannya. Sontak, ia menggelengkan kepala dengan cepat, berusaha mengusir bayangan itu.
"Nomor antrean empat puluh lima, silakan menuju ke meja resepsionis nomor tiga!" seru seorang staf.
Ash segera bangkit dari kursi dan melangkah menuju meja resepsionis. Seorang wanita muda dengan senyum ramah menyapanya.
“Wah, wajah baru. Apa yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu sambil menatap Ash dengan senyum profesional.
"Ya, aku ingin mendaftar sebagai pedagang," jawab Ash dengan sopan.
Resepsionis itu mengangguk dan mengambil beberapa lembar kertas. “Baik, silakan isi soal ini. Untuk diterima, Anda perlu mendapatkan setidaknya setengah nilai sempurna,” jelasnya sambil menyerahkan kertas soal.
Ash melihat soal-soal di depannya dan tertawa kecil dalam hati. Matematika, huh? gumamnya sambil mulai mengisi dengan cepat. Baginya, soal-soal ini terasa seperti soal anak-anak SD. Dia menyelesaikannya dalam waktu kurang dari lima menit, membuat resepsionis tersebut menatapnya dengan kaget.
"Nilai sempurna?" bisik resepsionis itu tak percaya, matanya membelalak. Tak ada yang pernah mencapai ini dalam waktu sesingkat itu.
"Tolong tunggu sebentar, saya akan mencetak kartu guild Anda," kata resepsionis itu dengan terburu-buru, segera pergi ke belakang.
Setelah beberapa menit, resepsionis kembali dengan kartu guild. "Ini kartu guild Anda, Tuan," katanya sambil menyerahkan kartu itu.
"Terima kasih," ucap Ash dengan anggukan ringan. "Ngomong-ngomong, apa saya bisa menanyakan sesuatu?"
"Silakan."
"Apa ada toko yang bisa saya sewa dengan harga murah?" tanya Ash.
Resepsionis itu membuka sebuah buku besar dan menunjukkannya pada Ash. “Ini daftar properti yang disewakan. Untuk harga murah, ada di daerah ini,” katanya sambil menunjuk lokasi di peta. “Sedikit jauh dari pusat kota dan dekat dengan daerah kumuh.”
"Berapa harganya?"
"Empat puluh koin perak per bulan."
Ash berpikir sejenak sebelum mengangguk. “Baiklah, aku akan sewa untuk satu bulan,” ujarnya, mengeluarkan kantong koin.
"Serius?" Resepsionis tampak terkejut, tapi segera kembali bersikap profesional. "Tentu, saya akan segera memprosesnya."
Setelah mengurus semua berkas, seorang staf guild memandu Ash menuju properti yang disewanya. Tempat itu berada di pinggiran kota, dekat sebuah sungai kecil dengan jembatan batu yang mengarah ke wilayah kumuh. Rumahnya sendiri berada tepat di tepi jembatan.
“Memang jauh dari keramaian, tapi ini lebih baik dari yang kuduga,” gumam Ash sambil memandang sekitar.
Setelah mengantar Ash, pegawai guild itu segera kembali ke guild pedagang, meninggalkan Ash berdiri di depan rumah barunya. Rumah itu tampak sepi dan kumuh. Tak ada orang di sekitar, hanya suara gemericik sungai yang menemani.
"Sepertinya aku takkan punya tetangga," gumam Ash sambil memasukkan kunci ke dalam pintu dan memutarnya.
"Klak!"
Pintu terbuka, memperlihatkan interior yang gelap dan dipenuhi sarang laba-laba serta debu. Ash tersenyum kecil. "Saatnya bersih-bersih," ujarnya bersemangat.
Namun, metode bersih-bersih Ash tak biasa. Dengan cepat, ia mengeluarkan sepuluh batu sihir goblin dari dalam tasnya. “Sintesis!” serunya, menggabungkan semua batu sihir itu menjadi satu.
Memegang batu sihir tersebut, Ash mulai menggunakan sihirnya. Sihir air untuk membasahi ruangan, diikuti oleh sihir angin untuk mengangkat debu dan air yang sudah tersebar. Lalu, dengan sihir api, ia mengeringkan seluruh ruangan tanpa membakar apapun. Begitu ruangan kering, ia menggunakan angin lagi untuk mengangkat debu-debu sisa.
Setelah semuanya selesai, batu sihir di tangannya mulai retak. "Ah, sudah hancur," gumamnya, melemparkan pecahan batu itu ke samping.
Ash menaiki tangga ke lantai dua, menuju ruangan yang ia pilih sebagai kamar. Ia membuka jendela, membiarkan angin sore yang lembut menyapanya. Di kejauhan, matahari mulai terbenam, memancarkan cahaya keemasan di atas kota.
Tiba-tiba, Ash merasa ada seseorang yang mengawasinya. Dari kejauhan, seorang pria berjubah lusuh menatapnya dari jalan. Pria itu berhenti sejenak, lalu bergumam pelan, "Dia... sudah kembali. Pahlawan Ash..."
Ash menoleh, merasa ada yang melihatnya, namun sosok itu sudah menghilang ke dalam bayang-bayang gang sempit. "Apa tadi ada seseorang?" gumamnya sambil mengernyit.
Namun, ia mengabaikan firasat itu. "Ah, sudahlah. Aku harus tidur di sini malam ini."
Setelah itu, Ash meninggalkan rumah barunya untuk menuju pusat kota, membeli beberapa barang seperti kain dan kapuk. Awalnya, ia berencana belanja besok, tapi ia tak ingin tidur di lantai dingin malam ini.
Saat ia kembali, malam mulai jatuh. Alih-alih langsung tidur, Ash malah asyik membuat kasur sendiri. Namun, niat awal untuk membuat kasur justru berkembang menjadi proyek yang lebih besar. Kasur selesai dengan cepat, tapi entah kenapa, ia merasa perlu membuat perabotan lain. Meja, kursi, hingga rak sederhana ia buat sendiri, menggunakan keterampilan yang sudah lama tak ia gunakan.
Malam itu, Ash hampir tak tidur, terbuai oleh kreativitas dan kesibukannya.
...----------------...
Di penginapan yang seharusnya menjadi tempat berkumpul Ash dan para gadis, suasana malam itu mulai terasa aneh. Luna duduk di tepi ranjang, menatap jendela dengan cemas. Ia mengigit bibirnya perlahan, perasaan tidak enak mulai menyelimuti hatinya.
"Tama, kamu yakin Ash bilang dia akan kembali sebelum malam?" tanya Luna, suaranya terdengar khawatir.
Tama yang sedang merapikan tempat tidurnya hanya mengangguk pelan. "Iya... dia bilang seperti itu tadi pagi, tapi sudah lewat waktu makan malam dan dia masih belum kembali," jawabnya dengan nada lemah.
Azusa, yang biasanya bersikap tenang dan cuek, mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Ia duduk di kursi dengan tangan menyilang di dada. "Seharusnya dia tidak lama... tapi sekarang sudah terlalu malam. Apa dia tersesat?" gumamnya sambil memandang ke luar jendela.
Koharu, yang biasanya ceria, tampak tidak bisa duduk diam. Ia mondar-mandir di dalam ruangan dengan ekspresi khawatir yang jarang terlihat darinya. "Aku yakin Ash baik-baik saja! Tapi... tapi kenapa dia belum kembali? Jangan-jangan dia... bertemu dengan masalah?"
"Tenang, Koharu," Azusa mencoba menenangkan, meski nada suaranya juga tak sepenuhnya yakin. "Ash bukan orang sembarangan. Dia bisa menjaga dirinya."
Namun, kata-kata itu tak cukup untuk meredakan kekhawatiran yang melanda mereka.
"Kurasa kita harus mencarinya," ucap Luna akhirnya, tidak tahan lagi dengan ketidakpastian yang menggantung di udara.
Azusa menatap Luna sejenak, lalu mengangguk. "Aku setuju. Ini sudah terlalu lama. Kita akan menyusuri jalan yang mungkin dilaluinya."
Tama menggigit bibirnya, tampak ragu. "Tapi... kita tidak tahu dia pergi ke mana."
"Kalau begitu, kita akan mulai dari pasar atau guild," jawab Koharu dengan penuh semangat, meskipun wajahnya menunjukkan kebimbangan.
Luna berdiri dan mengambil jaketnya. "Lebih baik kita bergerak sekarang daripada menunggu tanpa kepastian."
"Sudahlah, tenangkan diri kalian. Dia pasti baik-baik saja, kalau mau mencarinya kita lakukan besok pagi. Hari ini sudah malam, dan kita ada di kota yang asing, lebih baik tidak bertindak gegabah," sela Risa yang tiba-tiba datang.
Karena perkataan Risa, rencana itu dibatalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Frando Wijaya
next Thor 😃
2024-09-05
1
Frando Wijaya
bkn sendiri melainkn ada rekan 🤦
2024-09-05
0