Perjalanan menuju kota Ranvel semakin terasa mendebarkan setelah kejadian tak terduga yang dialami Ash dan kelompoknya. Bandit-bandit yang menyerang kereta kuda pedagang tampak menjadi gangguan yang klise, namun bagi Ash, ini adalah ujian nyata kemampuannya.
Ash yang menunggangi kuda liar yang lepas, memacu binatang itu secepat mungkin menuju tempat pertarungan. Dengan hanya berbekal pisau-pisau besi dari goblin, ia tetap tak gentar. Ketika bola api yang diciptakannya dari sihir mendarat di antara dua orang yang sedang beradu pedang, semua mata segera tertuju padanya. Suara dentingan pedang yang saling beradu dan teriakan kesakitan memenuhi udara.
"Brengsek! Siapa yang menembakkan sihir itu!?" teriak pemimpin bandit dengan penuh kemarahan.
Ash hanya tersenyum tipis. Satu lagi bola api melesat dari tangannya, kali ini sasarannya jelas. Bandit yang berada di belakang pemimpinnya, terhantam langsung oleh bola api tersebut, tubuhnya terpelanting dan mengeluarkan jeritan kesakitan. Keadaan mulai kacau, namun Ash tahu ini adalah momen yang tepat untuk menyerang.
Pemimpin bandit langsung menerjang ke arah Ash dengan pedang terangkat tinggi, jaraknya semakin dekat, tapi Ash bereaksi cepat. Ia melompat dari kuda dan melemparkan pisau dengan tepat ke arah paha sang bandit, membuatnya terhuyung jatuh ke tanah dengan geraman kesakitan. Dengan satu lompatan, Ash mendarat tepat di atas tubuh bandit, membuatnya pingsan seketika.
"Maaf, tapi aku sudah menebak ini akan terjadi," gumam Ash sembari menarik pisau dari paha sang bandit. Ia kemudian menatap sekeliling, memperhitungkan jumlah lawan. Sekitar dua belas bandit tersisa, dan tiga di antaranya tampak memegang busur.
"Harus cepat," pikir Ash. Tanpa membuang waktu, ia segera melempar pisau-pisaunya ke arah bandit yang memegang busur. Jeritan kesakitan mengiringi pisau-pisau yang menancap di tubuh mereka, memberi Ash waktu untuk menerjang lebih dekat. Dengan tendangan keras, ia menjatuhkan dua bandit busur yang tersisa, sebelum beralih ke yang lain.
Para bandit yang tersisa mulai panik melihat kawan-kawannya tumbang satu per satu. "Bunuh bocah itu!" salah satu dari mereka berteriak, memicu bandit-bandit lainnya untuk menyerbu Ash secara bersamaan.
Namun Ash tetap tenang. Ia melangkah mundur, mengangkat tangannya dan menyerukan, "Earth Waves!" Seketika, tanah di bawah kaki para bandit mulai bergetar dan melunak, mengubahnya menjadi lumpur yang menyedot kaki-kaki mereka, memaksa mereka terjebak dan tidak bisa bergerak.
Dengan senyuman di wajahnya, Ash mendekat dan melumpuhkan mereka satu per satu, memastikan setiap pukulan tepat mengenai perut dan membuat mereka pingsan.
Tak lama kemudian, Luna muncul dari kejauhan, berlari ke arah Ash sambil memanggil, "Ash!"
Ash hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum. "Hei, kau baik-baik saja?" tanya Luna dengan nada khawatir saat sampai di sampingnya, pandangannya terarah pada bandit-bandit yang sudah tumbang di tanah.
"Semua terkendali," jawab Ash ringan, sebelum menunjuk para petualang yang terluka di dekat kereta kuda. "Luna, bisa bantu menyembuhkan mereka?"
Luna ragu sejenak, melihat darah yang keluar dari tubuh para petualang membuatnya sedikit gemetar. "I-iya, aku akan mencobanya," jawabnya pelan sambil berjalan mendekati mereka.
Sementara itu, seorang pria bertubuh gemuk dan pipi tembam menghampiri Ash. Dengan senyum lebar, pria itu membungkuk sedikit. "Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan kami. Saya Daniel, seorang pedagang," ucapnya dengan nada tulus.
"Sama-sama," jawab Ash sambil tersenyum. Mereka berjabat tangan, dan Daniel melirik ke arah gadis-gadis yang baru saja tiba.
"Apakah mereka teman seperjalanan Anda, Tuan Ash?" tanya Daniel dengan penuh rasa ingin tahu.
"Iya, ada apa?" Ash balik bertanya.
Daniel mendekatkan wajahnya ke telinga Ash, berbisik, "Mereka memiliki energi sihir yang sangat kuat. Apa mungkin mereka bangsawan?"
Ash tertawa kecil. "Tidak, kami hanya pengelana."
Daniel tampak sedikit terkejut, namun segera tersenyum. "Ah, begitu... Maaf karena bertanya hal yang tidak penting."
Tak lama setelah itu, Ash, para gadis, dan Daniel menyepakati perjalanan bersama menuju kota Ranvel. Para bandit yang berhasil mereka tangkap diikat dengan kencang dan akan diserahkan ke penjaga kota untuk menerima hukuman yang pantas. Daniel, yang juga menuju Ranvel, menawarkan Ash untuk menjadi pengawal mereka selama sisa perjalanan. Ash menerima tawaran itu dengan senang hati, terutama karena Daniel juga mengizinkan para gadis menumpang di keretanya.
Dalam perjalanan, meski tak ada lagi ancaman dari bandit, mereka tetap dihadang oleh beberapa monster kecil seperti serigala dan goblin. Namun, ancaman itu bisa ditangani dengan mudah oleh Ash dan para petualang yang ada. Hingga akhirnya, tembok tinggi kota Ranvel terlihat dari kejauhan, memberikan rasa lega dan semangat baru.
"Apa itu kotanya!?" seru Koharu dengan mata bersinar-sinar, penuh semangat.
"Jadi ini kota Ranvel?" gumam Luna pelan, terlihat kagum dengan pemandangan megah kota di depan mereka.
Ash, yang duduk di kereta terdepan bersama Daniel, melirik ke arah tembok kota. "Hei, di Ranvel ada guild petualang dan pedagang, kan?" tanya Ash memastikan.
"Tentu saja," jawab Daniel dengan antusias. "Apakah Anda berniat mendaftar sebagai petualang atau pedagang?"
Ash tersenyum kecil, memandang ke depan. "Aku ingin membuka sebuah toko."
Daniel terdiam sejenak, kemudian tersenyum lebar.
"Senjata, ramuan, dan alat serbaguna, mungkin?" lanjut Ash.
"Hoho, aku bisa membantumu jika butuh sesuatu," sambung Daniel.
Ash mengangguk dengan penuh terima kasih, sambil menatap gerbang kota Ranvel yang semakin dekat.
Ketika kereta-kereta itu semakin mendekati gerbang kota Ranvel, Ash dapat melihat para penjaga yang berdiri berjaga di sana. Mereka tampak mengenakan baju besi ringan dengan pedang terikat di pinggang, dan sebuah meja kecil telah dipasang di dekat gerbang untuk pemeriksaan masuk. Beberapa warga dan pedagang lainnya sudah mengantre untuk diperiksa oleh penjaga.
Ash menghentikan kereta di depan gerbang, dan Daniel segera turun untuk menyerahkan dokumen perjalanannya kepada penjaga.
"Selamat datang di kota Ranvel. Silakan tunjukkan identitas Anda," ucap salah satu penjaga dengan suara tegas, memandang ke arah Ash dan para gadis yang masih duduk di atas kereta.
Ash merasa sedikit tegang. Ia tahu bahwa mereka tidak memiliki tanda pengenal apa pun yang mungkin diperlukan untuk masuk ke kota ini.
"Uh, maaf, kami tidak memiliki tanda pengenal," jawab Ash dengan tenang, turun dari kereta dan berjalan mendekati meja penjaga. Para gadis mengikutinya dari belakang, masing-masing menunjukkan ekspresi cemas.
Penjaga yang bertugas memandang mereka curiga. "Tidak ada tanda pengenal, ya? Itu artinya kalian harus membayar biaya masuk sebagai orang luar."
"Berapa biayanya?" tanya Ash tanpa ragu.
Penjaga itu menatap Ash dan para gadis, lalu mulai menghitung. "Dua perak per orang."
Luna, Koharu, Azusa, dan Tama saling bertukar pandang dengan khawatir, sementara Ash hanya merogoh kantongnya, mengeluarkan koin-koin yang didapatnya dari pertempuran sebelumnya. Ia menghitung cepat dan menyerahkan sejumlah uang kepada penjaga.
"Ini cukup, kan?" tanya Ash.
Penjaga itu menerima koin dengan tatapan dingin, menghitungnya sekali lagi sebelum memberikan anggukan kecil. "Baiklah, kalian boleh masuk. Tapi hati-hati di kota. Jika ada masalah, para penjaga tidak akan segan-segan bertindak."
Ash mengangguk singkat. Setelah mendapatkan persetujuan, mereka diizinkan untuk melanjutkan perjalanan masuk ke kota Ranvel.
Daniel yang sudah menunggu di dalam gerbang tersenyum lebar saat melihat Ash dan kelompoknya berhasil masuk. "Slamat datang di Kota Ranvel," ujarnya dengan nada ceria.
"Terima kasih," balas Ash, merasa lega telah melewati pemeriksaan itu. Petualangan mereka di kota ini baru saja dimulai, dan Ash tahu bahwa akan ada lebih banyak tantangan yang menunggu di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Isekai Fantasy Novel
Perasaan pedagangnya ga berguna, ga ngebantuin apa"
2024-10-20
1
Frando Wijaya
next Thor 😃.
2024-08-29
0