Sebelah Timur Kerajaan Awan terdapat pengunungan yang sangat luas di kenal dengan Gunung Salju Timur dahulu kala di lembah Gunung Timur di huni oleh manusia tercepat didunia Suku Manusia Angin, sekarang hanya Reruntuhan Kota Angin, beberapa ratus tahun reruntuhan itu dimanakan Kota Hantu.
Juli telah tiga hari memacu kuda dengan kencangnya, di ikuti oleh dua orang Bangsa Kerdil, melewati kota hantu jalan pintas yang paling dekat untuk dilalui menuju ke Gunung Salju.
Namun seketika melewati Kota Hantu terdengar suara ribut Juli mempercepat jalannya, untuk melihat apa yang terjadi didepannya.
Sesampai di tempat itu Juli melihat seorang kakek dan cucunya sedang diserang oleh tiga puluh orang memakai topeng tengkorak, Juli langsung mengenali mereka.
“Partai Hantu Tengkorak!” kata Juli dengan wajah senyum gentir.
Kakek tua berbadan sangat kurus berumur 60 tahun dengan sebatang tongkat kayu, bertarung imbang dengan 30 orang Partai Hantu Tengkorak, anggota rata-rata Tingkat Batu sementara ketuanya seorang Tingkat Timah.
Kakek tua itu menggendong cucu yang diikat kencang dipunggungnya juga terlihat sangat kurus dan lemah.
Kalau seandainya kakek itu tidak ada cucunya yang digendong mungkin saja dia dengan mudah meloloskan diri, namun sekarang kakek itu sangat terdesak dan lemas.
“Dewa Angin! Serahkan Bocah perempuan itu, kalau tidak hari ini akan jadi hari kematianmu?” Kata Sitopeng Tengkorak Hitam.
“Mau menculik Putri Yolanda, langkahi dulu mayatku” teriak kakek tua itu terlihat kelelahan.
Juli tersenyum pahit, kali ini Juli melihat hantu yang sebenarnya Hantu Tanpa Bayangan dan Sang Lagenda Dewa Angin.
Di kehidupan Juli sebelumnya, Dewa Angin tewas dibantai oleh Anggota Partai Hantu Tengkorak direruntuhan ini namun tidak ada yang tahu kapan pastinya, rupanya hari ini, dan yang digendongnya adalah keturunan terakhir dari Suku Manusia Angin, Yolanda kelak dikenal dengan Hantu Tanpa Bayangan.
Yolanda menjadi Ketua Partai Hantu Tengkorak, Si Manusia Angin Terakhir, tidak ada yang dapat mengalahkan kecepatannya, dia Hantu yang paling ditakuti, hampir tidak ada pendekar yang menemuinya dapat hidup, dia telah membunuh bayak Penjabat Kerajaan, hanya saja dahulu dia kecolongan dan mencoba membunuh Ratu Daria, Ratu Kerajaan Awan, dalam duel hidup mati, ia tewas terbunuh oleh Ratu Daria.
Sekarang Juli tahu bagaimana sebenarnya Yolanda berakhir di Partai Hantu Tengkorak, karena di culik oleh mereka dan akhirnya dengan bakat yang dimiliki dia menduduki posisi ketua, namun untuk sekarang ia masih sangat polos dan belum tahu apapun.
Juli melihat Dewa Angin telah kelelahan dalam menghadapi banyak anggota Partai Hantu Tengkorak bertopeng putih.
“Gabu, Gibli, Habisi mereka!” Juli memberi perintah
“Baik Tetua!” Seraya menerjang maju.
SERANG!!
Kedua orang kerdil itu maju menerobos serta menyerang dengan kapak besarnya, kedua kerdil bersaudara mengamuk bagai singa kehilangan anaknya, Juli baru menyadari rupanya dua kerdil bersaudara benar-benar sangat kuat,
Pantas saja di kehidupan Juli sebelumnya, mereka berdua harus dikeroyok banyak aliran hitam, campur tangan kerdil bersaudara dengan cepat Anggota Partai tengkorak dapat dipukul mundur dengan cepat beberapa telah kehilangan nyawanya.
Ciat Ciat
Trang Tring Trang Tring
Bruk AaakkkKK
Juli hanya duduk menonton dan telah mempersiapkan tiga puluh jarum roh yang membuat mereka sulit untuk melepaskan diri.
Melihat serangan Dua Kerdil Bersaudara, Anggota Partai Hantu Tengkorak tidak sempat menjerit.
Sementara kakek tua telah terhuyung-huyung lalu jatuh terduduk lemah, Juli dapat melihat kakek tua itu paling kurang berada di tingkat emas atau diatasnya, namun kondisi sakit-sakitan dan kurang makan, menjadikannya tidak sanggup melawan ke 30 Anggota Hantu Tengkorak, andai saja dalam keadaan prima hanya hitungan detik menghabisi mereka semua.
Setelah melihat sebentar, tahulah Juli akan membutuhkan waktu sampai satu jam untuk dihabisi oleh kerdil bersaudara, sementara Juli harus bergerak cepat ke gunung salju.
Aaakkkkk
Hiatt TRANG!!
AakkK
Melihat enam orang Anggota Partai Hantu Tengkorak terbantai dengan mudahnya oleh kapak besar, Gabu dan Gibli, membuat mereka semakin melemah, dan bila diteruskan mereka akan terbantai semua.
“Tunggu!”
“Kami tidak ada permasalahan dengan para orang kerdil, kenapa kalian, memcampuri urusan kami?” Kata Topeng Tengkorak Hitam.
Juli hanya senyum dan dengan cepat Juli melemparkan Jarum Roh kearah mereka yang berhenti karena kelelahan.
Wus Wus Wus,
AakkK AaakkkKK
Satu persatu anggota tumbang jatuh kejang-kejang bagaikan ayam disembelih, mereka berusaha memghindar namun tak bisa berbuat apa-apa.
"TIDAK!"
AaaakkkkkkK
Mereka berada di tingkat kayu semua dibunuh oleh Juli hanya menyisakan tingkat batu dan satu tingkat timah.
Dalam dua detik saja 14 orang telah mati mengenaskan,
Juli menunjuk kearah tengkorak hitam.
“Mati atau jadi budakku? Waktu berpikir 5 detik” Kata Juli dengan tatapan dingin, yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Tengkorak hitam dan 9 lainnya tidak dapat berpikir panjang dan mereka menyadari betul bahwa Juli tidak seperti yang mereka pikirkan, bocah tujuh tahun itu malahan tertawa setelah membunuh, sungguh bukan hal yang biasa, mereka menjatuhkan diri dan berlutut.
“Jadi Budak! Jadi Budak!"
Juli tersenyum sambil menutup mulutnya senang, namun bagi mereka yang melihat malah sangat menyeramkan.
“Bagus, Bagus, Kalian minumlah air ini waktu kalian 10 detik”
Juli melemparkan mereka 10 botol air berwarna merah bercahaya, yang sudah disediakan sebelumnya.
Mereka tidak sempat berfikir dan langsung meminumnya, seseorang dari mereka enggan meminumnya dengan cepat Juli menghabisinya disaat itu juga, terlihat senyuman di wajah Juli setelah melihat Anggota Partai Hantu Tengkorak mati mengenaskan.
Dua kerdil bersuadara melihat Juli dengan berbeda, anak kecil tujuh tahun, dengan niat membunuh yang tinggi, dia bahkan tersenyum waktu membunuh, sungguh orang seperti ini jangan sampai dijadikan musuh.
“Tetua sangat mengerikan kalau dia sedang marah, membunuh 14 orang hanya dalam waktu 2 detik, senjata apa yang digunakan tetua” Tanya Gibli.
“Tetua Juli, sangat misterius di usia tujuh tahun ia bahkan dapat membangun kembali kejayaan kota, dan sisi lain ia juga amat lihai dalam membunuh” Kata Gabu.
“Kalau begini tidak ada kitapun tetua mampu membunuh mereka semua bukan?” Tanya Gibli
“Tentu saja, dia mungkin hanya mau melihat kesetiaan kita”
“Hahahahaha”
Juli melihat dua kurcaci yang tertawa terbahak-bahak, Juli hanya senyum senang.
Sembilan Anggota telah meminumnya air kutukan hingga habis, seketika sebuah suara berbicara dalam kepala mereka.
“Sekarang kalian budakku, jangan buat kesalahan, jika kalian melakukannya, maka kematian lebih baik dari siksaan ku” Suara Juli di kepala mereka.
Kesakitan yang luar biasa mereka rasakan dikepalanya, namun mereka tidak dapat menggerakkan badan mereka seakan terkunci, begitu kunci badan mereka dilepaskan mereka berlutut dan memohon ampun.
“Kita punya 30 kuda tambahan itu bagus” kata Gibli tertawa,
Melihat tiga puluh kuda terikat pada pohon-pohon dekat reruntuhan, kuda milik Anggota Partai Hantu Tengkorak sebelumnya.
“Bagus, sepuluh kita gunakan untuk ke tempat tujuan kita, selebihnya akan kita bawa pulang untuk pasukan kita” kata Juli.
Juli lalu turun dan melihat Dewa Angin kelihatan lelah dan lemas, Juli mengeluarkan pil dan beberapa makanan untuk dimakan.
“Terimakasih tuan muda, kalau tidak ada kalian kami berdua tidak akan selamat!” ucapnya dengan nafas sedikit terengah-engah, kemudian dengan lembut kakek tua itu menolak pemberian Juli.
“Maaf tuan muda kami tidak dapat menerima makanan ini” Kata kakek itu menolak.
Memang sekarang makanan sangat sulit ditemukan sekarang ini, kematian karena lapar itu hal yang lumrah di Kerajaan Awan, bukan karena mereka malas bekarja namun karena keadaan,
Mereka yang bekerja keras hasilnya akan dijarah dan dirampok yang membuat mereka semakin miskin karena tidak ada perlindungan dari Kerajaan Awan.
“Kakek, siapa nama mu?”
“Kunai, Panggil saja Kakek Kunai”
“Baiklah Kakek Kunai, kakek Kunai ambil makanan ini dan pil ini, sebagai gantinya kakek kunai bekerja padaku, Bagaimana?” Tawaran Juli membuat Kakek Kunai sedikit tersenyum.
"Baiklah, kakek itu menerima roti lalu membangunkan Yolanda perempuan berumur lima tahun itu untuk diberi makan, Yolanda terlihat lemas, Namun begitu ada makanan ia makan dengan terburu-buru karena kelaparan yang dirasakan sudah berhari-hari.
Juli langsung teringat gurunya di kehidupannya dulu, dia persis bernasib seperti Yolanda saat ini, makanan dua hari sekali, pada saat itu manusia tidak tahu cara bercocok tanam dengan mudah, dan mendapatkan bibit-bibit tanaman yang bagus, sehingga mereka harus menunggu bertahun-tahun.
Namun Juli di kehidupan sebelumnya telah melakukan terobosan dengan tanaman berumur lama dan berbuah banyak, seperti pohon mangga salju dulu berbuah 5 tahun sekali setelah diubah susunan Gennya mangga akan berbuah tanpa mengenal musim, Padi rimba dulu panen tiga tahun sekali, namun sekarang dapat dipanen setiap 2 bulan sekali.
Terobosan riset akan Juli kembangkan di kehidupan ini, namun itu akan butuh waktu setidaknya tiga bulan kedepan, namun sekarang yang paling penting adalah menyelamatkan saudara-saudaranya di kehidupan sebelumnya serta membuat tempat yang aman bagi mereka, kalau tidak itu akan sama saja, mereka akan mati kapan saja.
“Kakek Kunai, tahu dimana kota terlarang?”
Kakek kunai terkejut itu adalah tempat wabah penyakit ‘Semua orang pasti akan tahu, kakek kunai terkejut baru menyadari dua kurcaci itu pastilah dari kota terlarang’ Batinnya.
“Anak muda jangan bilang padaku untuk meyuruhku kesana” Kata kek Kunai dengan cepat.
Juli tersenyum melihat keterkejutan kakek kunai itu hal yang wajar karena Kota Terlarang memang sangat ditakuti.
“Kakek Kunai, Kamu datang saja kesana, disana sudah tidak adalagi yang namanya wabah speria, saya berharab kakek kunai sesampai disana, bilang saja pada Walikota, bahwa saya menyuruhmu untuk datang dan perlihatkan kepada mereka lencana ini” kata Juli
Juli memberikan sebuah lencana dari emas, dengan ragu-ragu Kunai menerimanya, Juli mengetahui Kakek Kunai masih bingung namun, setelah melihat lencana emas, kakek kunai mulai berseri-seri, ia tahu betul bawa orang yang memiliki lencana emas yang harganya lebih dari 10 keping emas tidak akan berbohong.
Juli memberikan kakek kunai kuda agar cepat sampai ke Kota Anggrek Salju, dengan sedikit ragu akhirnya kakek tua itu pun meminta pamit kepada Juli dan meneruskan perjalanannya.
“Selamat tinggal kakek, kita akan bertemu lagi di kota terlarang” kata Juli melambai
“Terima kasih anak muda” Kata kakek itu berlalu.
“Tetua bagaimana sekarang? apa kita akan berangkat?”
Juli melihat kesembilan Anggota Partai Hantu Tengkorak dengan kepala menunduk semuanya, yang sekarang telah jadi budaknya.
“Kalian semua ikuti aku!”
Serempak mereka menjawab
“Baik Tuan”
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Rudi Utomo
imajinasi author. kelewatan...😄😄😄..
tapi asyik juga ikut berfantasi...hi hi hi
2024-01-13
1
Deputy10
Mengumpulkan orang2 terbaik di kehidupan terdahulu...
2021-12-28
1
omTe
like n komen dukungan chapter 12
2021-10-13
1