Di halaman luas dan indah dari dulu selalu ditutupi oleh salju putih bersih apalagi dipagi hari dengan pemandangan begitu asri , Burung Pipit Merah banyak bersarang di pohon-pohon Cemara Gunung, sekawanan Rusa Salju sering muncul untuk sekedar berteduh begitulah selalu pemandangan di setiap pagi di Gunung Salju.
Penyerangan Organisasi Manusia Serigala tadi malam mengubah segalanya, banyak mayat bergelimpangan, sinar matahari berubah menjadi memerah, menerangi darah yang berceceran membasahi salju, membuat hati menjadi ngeri siapun yang melihatnya.
Seorang bocah masih duduk menatap matahari, menunggu Keluarga Gunung Salju berkemas-kemas meninggalkan tempat yang telah dihuni selama ratusan tahun menuju tempat yang lebih aman.
“Teman Siapa Namamu”
Sebuah suara lembut memecahkan lamunan Juli yang duduk memandangi cakrawala jingga yang mulai memudar, Juli menoleh kebelang dan melihat, dia mendapati seorang yang sangat dikenalnya di kehidupannya sebelumnya sahabat baiknya, sekarang seorang anak perempuan mungil enam tahun memeluk boneka berbahan kulit, datang padanya dengan wajah polos dan tak berdosa.
“Ah? Ziya ya? Namaku Juli, saya sangat senang melihatmu baik-baik saja” Kata Juli seketika matanya berair karena mengingat masa lalu betapa gadis kecil itu di kehidupan sebelumnya menolongnya sampai mengorbankan nyawanya.
Kalau dia ingat-ingat ia bisa berdiri melawan 5 kaisar karna banyak nyawa yang berkorban di kehidupannya, salah satunya Ziya ini.
“Ah, Juli Terimakasih ya! telah menyelamatkan kami” Kata Ziya sambil menunduk kepala karena sedih karna banyak juga kelurganya meninggal dalam penyerangan kali ini.
Namun bila dipirkan kembali kali ini bahkan Juli bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa, dan yang meninggal kebanyakan manula, di Keluarga Gunung Salju.
“Sama-sama, Ziya duduklah disini! kita lihat pemandangan terakhir di kampung halaman mu, andaikan nanti kamu pulangpun hari itu pasti telah berubah!” kata Juli,
Ziya tidak membantah dia duduk disamping Juli menatap kelangit terlihat mega yang indah, Juli banyak bertanya tentang Ziya kecil, merekapun larut dalam cerita.
Semua barang telah siap keluarga gunung salju, para penduduk telah selesai mengemasi barang, seseorang mendatangi Juli, sembari memberi hormat.
“Tuan Semua telah selesai mari kita berangkat”
“Bagaimana dengan yang terluka” Tanya Juli.
“Oo Tuan! Kami memiliki pil untuk mempercepat penyembuha luka dan secara umum semuanya sudah bisa dikatagori dalam keadaan memungkinkan untuk perjalanan jauh”.
“Kalau begitu, Terima kasih paman?” Lalu Juli menarik tangan Ziya “Ayo kita berangkat Ziya!” kata Juli tersenyum bahagia karena kehidupan kali ini Ziya masih memiliki kaki yang utuh.
Gabu dan Gibli telah siap di atas kuda mereka terlihat senang walaupun sedikit pucat karena kedinginan.
“Tetua aku sangat senang bisa berpetualangan seperti ini karena seumur hidupku belum pernah melakukan perjalanan begitu jauh” Kata Gibli.
“Tapi dengan Ada tetua kita akan sering sering keluar, yakan tetua Juli?” Tanya Gabu juga senang.
Juli hanya tertawa, lalu Juli dan semua rombongan, kembali menuju ke Kota Anggrek Salju, di perjalannan terlihat semua memacu kuda dengan cepat anak-anak dan perempuan diposisi di tengah sementara dua orang yang memimpin jalan adalah kerdil bersaudara sedangkan Juli berada di belakang bersama Ketua Kama.
Setelah dua hari perjalanan Juli mengambil jalan memutar, karena banyak orang yang lalu lalang membuat jalan ini jadi lebih aman jarak tempuhnya lebih jauh, semua Keluarga Gunung Salju terlihat kelaparan dan kelelahan setelah menempuh perjalanan setengah hari, jadi Juli mengajak mereka untuk beristirahat di Kota Rawa Emas.
Kota Rawa Emas adalah Kota Besar, termasuk salah satu Propinsi Kerajaan Awan disini ada tiga perguruan besar berdiri, perguruan Rajawali Emas, Perguruan Gadis Suci, Perguruan Singa Emas, sehingga kota ini lebih aman dari penyerangan Golongan Hitam.
Juli mengajak rombongan untuk istirahat di sebuah restoran besar, semua Keluarga Gunung Salju awalnya segan untuk masuk karena mereka takut tidak memiliki uang yang cukup, namun Juli meyakinkan Ketua Kama dengan memperlihatkan sekantong uang emas, yang membuat Ketua Kama terbelalak.
“Siapa sebenarnya anak ini? Kenapa dia selalu membuatku terkejut? Aku yakin sekali dia adalah ahli yang sangat tinggi dan merubah bentuk tubuhnya menjadi segala usia yang diinginkanya” Pikir Ketua Kama, Agar dia tidak terlalu terkejut dengan berbagai macam hal dikemudian hari.
Akhirnya semua masuk ke restoran lantai 3, lantai tertinggi di restoran, untuk makan ke lantai tiga pengunjung harus membayar tempat, Juli tidak pernah pelit dalam menggunakan uang untuk kenyamanan kawan-kawannya.
Semua lantai tiga dipenuhi dengan rombongan Juli, ada tiga orang duduk di sudut sebelumnya Juli tidak mengusik mereka, malah Juli membayar sewa untuk semua orang dilantai tiga.
Seorang pelayan mendatangi Ketua Kama, dan menanyakan pesanan makanan, mereka tidak memperdulikan Juli karena dia masih anak-anak.
Ketua Kama bingung untuk memesan apa, Juli hanya tersenyum saja lalu katanya
“Pelayan tolong bawakan semua makan terenak kalian kemari, dan bungkus lah sejumlah orang ini untuk dua porsi masing-masing untuk mereka!” kata Juli
“Ups.. hahhahahha, maaf nak, biar ayahmu yang memesan, ada-ada saja anak ini?” Kata pelayan melihat Juli dengan lucu.
“Ketua Kama! Tolong katakan seperti yang aku katakan” Kata Juli sedikit kesal.
Ketua Kama batuk beberapa kali, dan dia membenarkan seperti yang dipesan Juli, seketika Pelayan itu terperajat.
“Tuan itu lebih dari 5 keping emas” kata pelayan itu mengingatkan.
Juli mengeluarkan enam keping emas lalu melempar kearah pelayan, dengan cepat pelayan menyambutnya
“Katakan padaku apa itu cukup?” Tanya Juli
Memang kelakuan Juli terlalu kasar, tapi ketika pelayan itu memeriksa koin emas dengan cara menggigitnya, dia sadar bahwa itu memang emas asli dan jumlahnya lebih dari yang dia tawarkan, wajah pelayan itu langsung berubah dengan senyuman semanis mungkin namun begitu menjijikkan.
“Oww.. Oww.. Tuan muda maafkan kelangcanganku sebelumnya kita salah paham!” Kata pelayan berumur 40 tahun itu mangut-mangut.
“Sudah lupakan saja, sekarang bawakan makanannya, kami buru-buru untuk meneruskan perjalanan kami” ucap Juli,
Pelayan itu pun pergi dengan mengigit emas pemberian Juli dengan senangnya
“Terimakasih Ketua Kama telah membantuku" Kata Juli tersenyum pahit, ‘tubuh kecil ini memang selalu menipu orang’ batin Juli.
“Tidak masalah tuan, justru saya yang mengucapkan terimakasih" Kata Ketua Kama cepat.
Lalu pelayan mulai mambawakan makanan pembuka lalu letakkannya di setiap meja untuk tamu kehormatan seperti meraka.
Tiba-tiba terdengar ribut-ribut di lantai bawah, selang waktu beberapa saat, sekelompok orang berseragam penjabat Kerajaan Awan, naik kelantai tiga.
Seorang yang berpakaian Penjabat Kerajaan Awan berumur 25 tahun beserta sekitar dua puluh prajurit bersenjatakan pedang dan tombak”
“Tuan sekalian! Saya Mentri Kerajaan Awan, Bernama Mentri Bahar, saya ingin berbicara dengan ketua rombongan ini” Katanya dengan sorotan tajam kesegala arah, terakhir tertuju pada Kerdil Dua Bersaudara.
Juli dalam sekali lihat telah tahu, bahwa mentri itu menginginkan tempatnya, dan ingin mengusir rombongan Juli dari sana, Juli tersenyum, dia ingat benar Mentri Bahar adalah anak Gubernur Karim, Gunernur Rawa emas.
“Mentri Bahar ya?”
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Deputy10
aku
2021-12-28
1
omTe
like n komen dukungan 15
2021-10-13
1
arfan
1569
2021-09-25
1