Kota Anggrek Salju dalam tahap pembangunan umumnya dalam bentuk rehab, rehab ringan, rehab sedang dan rehab berat,
Beberapa bangunan di bangun baru seperti Menara Pil, namun untuk membangun membutuhkan setidaknya enam bulan, untuk memcapai seperti yang diharapkan.
Akan tetapi sekarang dengan kemampuan Suku Kerdil dan tambahan tenaga kerja dari luar mereka sekarang dapat membangun bangunan dalam hitungan minggu saja.
Juli penasaran dengan kinerja para kurcaci yang membangun berbagai gedung dengan sangat cepat lalu dia berinisiatif untuk turun kelapangan untuk melihat secara langsung.
Juli memang terkejut melihat Kota Anggrek Salju dalam 10 hari mereka dapat terbangun sejauh ini, namun lebih terkejut lagi melihat orang-orang yang membangunan dalam jumlah sangat banyak,
"Dari mana datangnya orang-orang itu, yang kelihatan mereka semua dari kalangan fakir, miskin dan renta" Gumam Juli.
Juli berdiri termenung di tempat pembangunan, ia melihat ibu-ibu anak digendong dengan keadaan menyedihkan bekerja membantu pembangunan, orang jompo mengangkut batu bata dengan lemahnya, dan banyak sekali hal yang serupa lainnya, jumlah mereka lebih dari 10 kali lipat dari jumlah dasar, dan mereka juga tidak memiliki tempat tinggal hanya tidur di tempat-tempat umum yang dibangun.
Juli hanya bisa menggelengkan kepalanya, “Dari perkampungan mana orang-orang ini” Batinnya
Seseorang menepuk pundaknya dari belakang memecahkan lamunyannya hingga terkejut, rupanya yang menepuk pundaknya adalah seorang anak laki-laki kurus berumur delapan tahun, dengan senyum ramah ia berkata.
“Teman kecil, kamu memiliki baju yang bagus dan bersih, apa kamu menyuruh ibumu mencuci atau kau mencuri baju itu” Tanya Bocah Kurus berumur 8 tahun itu dengan tawa kecil menggoda Juli.
“Oh, tidak ini memang bajuku, hanya saja bersih dan sedikit lebih bagus darimu” Jawab Juli agak canggung padahal anak itu jelas sebayanya. perihal baju Juli memanga tidak memakai baju mewah hanya baju biasa saja namun dicuci bensih oleh pelayan Istana.
Lalu anak kurus itu duduk disamping Juli sambil memberi isyarat Juli untuk duduk disampingnya, Juli merasa sedikit geli sebenarnya ia adalah kakek tua, sangat tua, untuk di ajak ngobrol oleh anak delapan tahun itu, namun Juli duduk menuruti dan itulah masa kecil yang sebenarnya.
“Oya, Namaku Rahmat, Panggil saja Rahmat atau apalah yang enak kau panggil, lalu namamu siapa?” Tanya Rahmat yang sedikit ceplas-ceplos.
“Juli” Jawab Juli senyum melihat wajah Rahmat yang lugu.
“Ah, Nama mu seperti nama tetua tertinggi disini" Kata rahmat senyum terkikik
“Kamu mengenalnya?” Tanya Juli senyum karena penasaran.
“Tidak, aku tidak mengenalnya, namun dia itu orang yang cukup baik” Kata Rahmat.
“Kenapa kamu tau?”
“Coba pikirkan, siapa yang mengambil kita dari jalanan? Siapa yang memperkerjakan kita dan memberikan upah yang layak? Siapa yang memberikan kita tempat berteduh? Berapa banyak keluarga kita di ambil paksa untuk di jadikan budak? Namun Kota Anggrek Salju atas perintah tetua tertinggi seluruh fakir miskin akan dilindungi disini
dengan segenap kemampuan mereka, dan aku berjanji akan mempertahankan kota ini dengan segenap jiwa ragaku, nah apa kamu mengerti kenapa dia orang baik” Penjelasan singkat rahmat memberi pengertian pada Juli.
Juli dapat menduga pasti gurunya yang telah membawa mereka kemari, karena gurunya memiliki hati yang lembut sehingga dia berbuat demikian.
“Memang anak-anak dengan bersemangat seperti kita dibutuhkan di sini sekarang!” Kata Juli.
“Hahah.. Aku bahkan melihat mu kurang bersemangat!” Kata Rahmat tertawa.
“Benarkah?”
“Aku dari tadi malam bekerja keras dengan para pekerja lainnya memperbaiki benteng kota bagian timur, dan tidur satu dua jam saja dan sekarang saya akan bekerja lagi membuat bagunan Perguruan Angrek Salju, aku ingin sekali bisa masuk di perguruan ini, namun untuk sekarang masih ada perbedaan antara hak pribumi dan pendatang, tapi itu bukanlah hal yang salah” Jelas anak delapan tahun yang kelihatan cukup dewasa.
Kedewasaan Rahmat dapat diacungkan jempol bila dibandingkan anak seusianya, hal ini juga diluar perkiraan Juli, rupanya banyak sekali anak jenius yang harus mati di kehidupan sebelumnya.
“Ah kamu benar, kawan kamu dari mana?”
“Oya! Saya lupa bilang tadi ya? Saya dari Kota Rawa Hitam, kota kami telah dikuasai oleh Aliran Hitam, keluarga ku juga banyak yang tewas, saya bersama adik saya kabur dari sana dan mengungsi kemari, kedua kakak dan ibu saya tidak tahu dimana mereka berada” Kata Rahmat sedih.
“Oh, dimana adik mu?” Tanya Juli.
“Itu” Rahmat menunjuk ke arah seorang anak perempuan berumur sekitar 5 tahun berbadan kurus sedang mengangkat batu membantu orang dewasa membuat bangunan.
“Apa? Apa anak sekecil itu di pekerjakan juga” Tanya Juli penasaran.
“Bukan! Bukan! Dia hanya membantu, kalau kita tidak membantu dan bermalas-malasan pasti akan runtuh dan hancur seperti Kota Rawa Hitam, makanya dari sekarang saya menanam kesetiaan itu agar dia bisa bersungguh-sungguh dari kecil untuk berusaha dengan giat menjadi gadis kuat, jangan seperti kedua kakak kami yang tidak bisa apa-apa! Untuk kedepan aku berjanji akan melindungi adik ku” kata Rahmat dengan semangat berapi-api.
“Rahmat apa rencana mu selanjutnya?”
“Aku ingin menjadi pendekar? Untuk melindungi adikku dan mencari kedua orang tua ku dan kedua kakak ku”
“Baiklah Rahmat ini saya ada dua buah tiket, dengan tiket ini kau bisa masuk ke perguruan ini dengan adikmu tanpa hambatan, tenang saja saya orang sini kok! Bila perlu sesuatu di kota ini carilah aku, kau datang saja Istana Kota Anggrek Salju perlihatkan ini pada mereka” Kata Juli memberikan 2 tiket emas dan satu lencana dari Batu Giok bertuliskan kata Langit Bumi.
Rahmat terkejut ‘Itu adalah tiket terbuat dari emas berlambangkan Bunga Angrek Salju ini pasti istimewa dan giok ini pasti benda berharga’ Pikirnya
“Aku tidak dapat menerimanya ini sangat kau butuhkan teman” Kata Rahmat enggan
“Ambil saja Saya punya banyak” kata Juli meletakkan kedua benda itu di tangannya,
“Ah ini sangatlah berarti, terimakasih teman! Oya saya kerja dulu terlalu lama ngobrol denganmu” Kata Rahmat terlihat sangat bahagia ia beranjak pergi langsung membantu pekerja yang lainnya.
Tidak lama kemudian Gibli datang, melihat Juli sedang berdiri mengamati para pekerja, sesampainya didepan Juli, Gibli memberi hormat.
“Tetua Juli? Bangaimana pendapatmu sekarang? Dengan hasil pekerjaan ini?" Tanya Gibli dengan senyum puas
“Aku ingin mereka semuanya tetap tinggal dan kita akan memperluas wilayah Kita ke Timur!” kata Juli tersenyum.
“Tetua tidakkah tetua tau kalau wilayah timur telah dikuasai aliran hitam tepatnya Partai Iblis Lembah Neraka” Kata Gibli sedikit bingung.
“Dalam lima tahun ini kita akan mengusir mereka, dan saya ada pekerjaan untuk Raja Pembangunan” kata Juli lirih sambil bergerak menuju Istana.
“Oya Senior Gibli, Itu ada dua orang bocah, Abang dan Adiknya tolong berikan rumah untuk mereka dengan layak” Kata Juli dengan senyum, lalu dia melanjutkan jalannya.
“Siap Tetua! Serahkan saja padaku” Kata Gibli tersenyum
“Walaupun jumlah mereka banyak asalkan mereka setia, kita masih bisa membuat kan mereka rumah” Gumam Gibli Pada dirinya sendiri
Para pekerja berkeja dengan giatnya tidak mengenal lelah dalam hitungan minggu saja perubahan yang luar biasa terjadi, walaupun dalam masa pengerjaan namun bisa dikatakan lebih baik dari kota-kota lainnya.
Seiring perkembangan, Kota Anggrek Salju telah menyebar luas sampai ketelinga aliran hitam dan aliran putih sehingga banyak diantara mereka menanggapi dengan berbeda, tergantung kepentingan masing-masing.
Di menara Istana Kerajaan Anggrek di Lantai 50,
Juli dapat melihat ke segala tempat dipenuhi dengan para bekerja, bagaikan semut banyaknya hampir tidak terlihat ada yang beristirahat, sedangkan orang kerdil mengerjakan hal-hal yang rumit lainnya.
Bangunan telah banyak yang dibangun dan diperbaiki, tidak lama kemudian Para Pemimpin setiap Gedung muncul melalui pintu portal,
Mereka memenuhi panggilan Juli semuanya, namun Amin gurunya tidak dapat menghadiri karena mengajar di Perguruan Angrek Salju.
Yang hadir adalah Petinggi, seperti, Putri Yona Si Dewi Peri Utara, 13 Naga, Gabu dan Gibli Kerdil Dua Bersuadara, Ketua Kama Master Pil dari Gunung salju, Hidan petinggi istana, Kunai Si Dewa Angin.
“Semuanya silahkan duduk” Kata Juli melihat orang-orang hebat telah berkumpul semua.
“Kami memberi hormat pada Tetua Juli!” Mereka serentak memberi hormat lalu duduk ditempat masing-masing.
“Sudahlah tidak usah terlalu formal, silahkan duduk para senior” Kata Juli santai.
Juli dalam rapat penting tersebut dia memberikan tugas dan mengevaluasi mereka masing-masing, memberikan tugas untuk mengelola Gedung Menara Pil dikelola oleh Keluarga Gunung Salju.
Perguruan Angrek Salju di kepalai oleh Kunai dari Suku Manusia Angin, karena pada saat ini hanya Kunai yang berada pada tingkat emas puncak, tingkat tertinggi di Kota Anggrek dan bahkan bisa dikatakan hanya sekitar 5 orang saja yang telah mencapai tingkat emas di Kerajaan Awan.
Namun kondisi kakek kunai bisa dikatakan basih belum begitu prima, namun sudah berubah bayak, dari pada setengah bulan lalu.
Juli memberikan Kitab-Kitab cara membudidayakan tubuh yang dia ditulis kepada kakek Kunai, seperti: Kitab Pedang Langit, Kitab Tangan Kosong Lima Wali, Kitab Tombak Tiada Tanding, Kitab Tenaga Dalam Dewa-Dewi dan kitab lainnya.
Kakek kunai tentu saja sangat terkejut kitab yang ditulis Juli adalah kitab tertinggi dan itu sangat membantu budidaya perkembangan para pelajar di Perguruan Anggrek Salju.
Murid perguruan Angrek salju saat ini lebih dari 1500 orang, Mereka diajarkan oleh beberapa Guru kelas Kayu, berjumlah lebih dari seratus orang, dan selebihnya diajarkan oleh tingkat pejuang, Kualitas guru memang masih rendah untuk standar perguruan.
Setelah itu Juli mulai mengevaluasi pekerjaan secara sederhana, dan memberikan solusi pada setiap kendala mereka.
“Saudara Gibli berapa lama kamu bisa menyelesaikan Gedung Penelitian untukku?” Tanya Juli memberikan cetak biru untuk gedung risetnya.
Gibli melihat-lihat "ini butuh waktu sebulan” kata Gibli dengan berpikir-pikir.
“Baiklah aku akan menunggu, namun kapan selesai Bangunan Menara Pil Kota Angrek Salju?”.
“Menara Pil sudah dapat dihuni namun sempurna selesai sekitar sebulan lagi, Perguruan Sudah Siap, Lapangan Latihan Prajurit Sudah Sempurna!” Tambah Gibli
“Bagus Senior Kama bagaimana menurutmu?” Tanya Juli,
“Kami untuk sekarang sudah bisa memproduksi pil tahap satu dan pil tahap dua, dengan bahan seadanya untuk sementara, Tetua” kata Ketua Kama dengan semangat
“Bagus! Produksi lebih banyak, kita perlu untuk meningkatkan budidaya agar bisa mengalahkan Aliran Hitam dan siluman”.
“Yona Bagaimana dengan hubunganmu dengan kota lainnya” Tanya Juli
Juli tersenyum karena Yona terlalu kecil untuk diemban tugas selama ini, namun dia penuh tanggung jawab dan bersemangat, dan kerjanya tidak dapat dianggab remeh.
“Baik tuan, saya berencana memprogramnya dalam minggu ini” Kata Yona serius walaupun wajah nya terlihat sangat imut,
Juli tak sanggub menahan tawa “hahhahahahahha” Lalu Juli melanjutkan,
Juli mengevakuasi bagian lainnya, seperti pada Gibli, Juli Juga memberikan cetak biru permintaan untuk dibuatkan senjata baru, begitu juga dengan program-program lainnya.
“13 Naga! Untuk malam ini perketat penjagaan, kerahkan semua Prajurit tidak boleh ada yang tidur begitu juga dengan pendekar, saya juga akan kesana!” Kata Juli membuat 13 Naga terkejut.
“Apa? Apakah Kita akan diserang tetua?”
“Kita Akan Berburu Malam Ini”
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Shen shandian luo
kotanya di kasih dinding pelindung gak ya
2022-03-12
1
Deputy10
😂
2021-12-28
1
omTe
like n komen dukungan 20
2021-10-13
1