Bab 18 - Sayang Papa

Jeri makan malam dengan lahap. Masakan mama maudy sangat enak.

"Ma, boleh tambah?"

Maudy mengangguk dan mengisi piring anak kesayangannya dengan masakannya. Hatinya senang melihat Jeri makan dengan begitu lahap.

"Oma, tadi Jeri bertemu papa." ucap bocah kecil itu memberitahu. Omanya tadi di rumah dan tidak melihat papanya.

"Di mana Jeri bertemu papa?" tanya oma sambil mengulum senyum. Tadi suaminya sudah cerita, jika putrinya sedang dekat dengan karyawan pria di kantor. Jeri sangat lengket dan manja dengan pria itu.

Oma Novia senang-senang saja mendengar kabar yang dikatakan suaminya. Selama pria itu baik dan bisa menerima Maudy beserta Jeri, ia akan merestui.

"Di kantor mama, oma. Kata papa nanti akan menemui Jeri lagi!" ceritanya dengan begitu bersemangat.

Jeri yang bersemangat seperti itu membuat Maudy jadi sedih. Segitunya jeri merindukan sosok ayah, hingga pria modus itu pun dianggap papanya.

Jika saja dulu Denis bisa mengakui dan menerima Jeri, pasti kini mereka sudah hidup bahagia bersama. Tidak perlulah putranya mengharapkan kasih sayang dari pria asing.

Setelah makan malam, Maudy menemani Jeri yang sedang bermain-main robot-robotan.

Jeri tiba-tiba berhenti. Main sendiri tidak seru. Ia pun memeluk mamanya.

"Jeri sudah mengantuk? Ayo, kita tidur." ajak Maudy mengelus punggung kecil itu.

Kepala Jeri menggeleng, ia pun melihat mamanya.

"Jeri kenapa? Mau pipis?" tanya Maudy lagi. Jadi mulai cemas.

"Ma, telepon papa." pintanya. Ingin tahu papanya di mana sekarang.

Maudy menghembuskan nafasnya perlahan, ia mengira tadi apa. Tapi ternyata berhubungan dengan pria modus itu.

"Halo, papa Roni kapan akan menemui Jeri lagi?" tanya Maudy menempelkan ponsel di telinga. Berpura-pura sedang menelepon pria itu.

"Oh, papa sedang sibuk ya belum bisa menemui Jeri." Maudy pun mengakhiri panggilan.

"Jeri mau ngomong sama papa, ma!" ucap Jeri. Ia mau mendengar suara papanya.

"Papa masih kerja. Papa sangat sibuk, Jeri." ucap Maudy. Ia beralasan untuk menolak menelepon pria itu. Lagian ini juga sudah malam.

Jeri dengan wajah sendu turun dari pangkuan mamanya. Ia pun merapikan main dan berjalan masuk ke kamar.

Melihat itu Maudy jadi bingung, ia pun mengikuti sang anak.

"Jeri minum susu dulu baru tidur, biar mama buatkan ya." ucap Maudy melihat putranya langsung naik ke tempat tidur.

"Tidak usah, ma. Jeri mau tidur." ucap anak laki-laki itu dan langsung menutup diri dengan selimut.

Maudy menghampiri dan membuka selimut itu, Jeri bisa sesak jika seperti itu.

"Sayang..." ucap Maudy dengan nada lembut. Ia melihat wajah Jeri yang sudah berlinang air mata.

"Jeri kenapa?" sambung Maudy kembali. Hatinya sedih melihat anaknya bersedih.

"Jeri rindu papa, ma. Tapi papa sibuk dan tidak mau menelepon Jeri sebentar saja." bocah kecil itu pun jadi menangis. Ia sedih karena papanya tidak mau bicara dengannya, padahal hanya sebentar saja.

Lagi, Maudy merasa bersalah telah membohongi anaknya. Jeri percaya saja jika pria modus itu tidak mau meneleponnya.

"Kita telepon papa lagi ya!" ucap Maudy. Tidak tega melihat putra semata wayangnya bersedih.

Jeri mengangguk dan langsung bangun. Mama akan menghubungi papanya lagi.

Dengan terpaksa Maudy menelepon seseorang.

"Selamat malam, nona." jawab pria dari seberang sana.

"Sat, kirim nomor pak Roni!" pinta Maudy. Ia tidak punya nomor pria modus itu, jadi terpaksa bertanya pada Satria.

"Nomor pak Roni? Anda tidak punya nomor ponsel calon suami?" tanya Satria dengan nada meledek.

Rasanya Maudy ingin saja mencincang Satria saat ini. Calon suami? tidak mau ia punya suami si pria modus itu.

"Kirim segera nomornya!" Maudy memilih tidak menjawab pertanyaan menyebalkan itu.

"Nona, anda mau pdkt ya?"

"Satria, mau saya pecat kamu!" ancam Maudy akhirnya.

"Baiklah, segera saya kirimkan."

Maudy menghembuskan nafas dengan kasar setelah mengakhiri panggilan. Bisanya ia bertanya pada asisten menyebalkan itu.

Ting... Suara pesan masuk.

Satria mengirimkan nomor ponsel Roni pada Maudy. Dan tertera di pesan nama kontaknya Calon suami nona Maudy.

Rasanya Maudy ingin mengubur Satria hidup-hidup. Nama kontak apa itu.

"Mama, kenapa?" tanya Jeri. Mamanya seperti tidak senang pada ponsel itu.

"Kita telepon papa ya!" Wanita itu menormalkan wajahnya kembali. Ia tersenyum pada Jeri seraya mengelus kepalanya.

Sebelum menelepon, Maudy mengatur nafas dan berpikir sejenak. Entah apa yang akan dikatakan pada pria itu.

"Halo." jawab suara serak dari seberang sana. Pemilik suara serak itu baru terbangun karena suara ponsel berdering.

Maudy terhanyut sesaat, suara serak itu begitu seksi terdengar di telinganya.

'Astaga!' wanita itu merutuki diri. Bisanya terpengaruh dengan suara jelek itu.

"Kamu jangan kepedean ya. Aku meneleponmu karena terpaksa tahu!" Maudy langsung memperingatkan. Ia tidak mau pria modus itu jadi kepedean.

Pria yang setengah sadar itu melihat ke ponsel. Nomor tidak dikenal yang meneleponnya.

"Kamu salah sambung!" Roni memilih mengakhiri panggilan itu.

Maudy menghembuskan nafas berkali-kali. Dan menelepon kembali.

"Halo." jawab Roni. Nomor itu menelepon lagi.

"Jeri ingin bicara denganmu!" Maudy mengatakan intinya saja.

"Nona, kamu sedang modus ya?" tanya Roni. Kini gantian ia yang menuduh wanita itu. Meneleponnya malam-malam.

"Jaga ucapanmu itu! Jeri ingin bicara denganmu, suruh siapa tadi kamu bilang akan menemui Jeri lagi!" Maudy tidak terima dibilang modus. Ini semua salah pria itu.

"Oh, kamu sengaja bilang seperti itu tadi, biar aku jadi meneleponmu, begitu?!" tuduh Maudy. Jelas sekali Roni menjanjikan pada putranya untuk bertemu lagi, ternyata itu hanya akal-akalan pria modus itu untuk mendekatinya.

"Astaga!" mata Roni terbuka sempurna, mendadak ia tidak mengantuk lagi mendengar tuduhan tersebut.

"Apa kamu begitu menyukaiku?" tanya Maudy dengan nada sombongnya. Ia wanita yang sangat cantik. Wajar saja banyak pria yang berusaha mendekatinya. Mendekati dengan berbagai cara.

Mendekatinya perlahan agar tidak ketara. Ya, seperti yang dilakukan Roni saat ini.

"Kamu lupa minum obat?" tanya Roni. Wanita itu bicara tidak jelas.

"Apa kamu bilang?" ucap Maudy sinis.

"Papa." ucap Jeri meraih ponsel yang dipegang mamanya. Ia mendengar mamanya memarahi papanya.

"Jeri kenapa belum tidur?" tanya Roni yang berubah lembut. Ia tidak bisa bicara dengan keras pada anak kecil.

"Jeri belum mengantuk, papa." jawab Jeri.

"Ya, sudah. Jeri tidur ya, ini sudah malam."

"Iya, papa." jawab Jeri menurut. "Papa kapan akan menemui Jeri lagi?"

Jeri akan bertanya hal itu. Biar tahu kapan papa Roni akan datang.

"Om masih sibuk kerja, Jeri. Nanti om akan menemui Jeri lagi ya." bujuk Roni, ia mengatakan seperti itu.

"Papa harus menemui Jeri ya. Nanti Jeri bilang sama mama untuk tidak memarahi papa lagi." ucap Jeri. Melihat tadi mamanya menelepon sambil marah, bocah itu menyimpulkan papanya tidak mau bertemu dengannya karena dimarahi mamanya. Karena takut pada mamanya.

Maudy mendelik mendengar hal itu. Dan Roni di seberang sana menggeleng sambil tersenyum. Ada-ada saja pemikiran bocah itu.

"Nanti Jeri bilang pada mama untuk menyayangi papa juga!" ucap Jeri. Mama harus menyayangi papa Roni seperti menyayangi dirinya.

Wanita itu pun tersedak.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

Roni Maudu dekat krn Jeri yg g mau pisah dg Roni sdh di anggap Papanya

2024-09-02

1

umatin khuin

umatin khuin

hahaha...bagus jeri....bilang mamamu jgn marahi papa roni ya mama maudy....

2024-08-18

1

Anna Kusbandiana

Anna Kusbandiana

lanjut, thor....
bikin mama papa jeri kelimpungan bila tak jumpa hahshahaha.....

2024-08-18

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Kesalahan Masa Lalu
2 Bab 2 -Calon Papa Baru
3 Bab 3 - Tidak Punya Papa
4 Bab 4 - Akan Menakuti
5 Bab 5 - Merekomendasikan
6 Bab 6 - Manajer
7 Bab 7 - Sempat Dilema
8 Bab 8 - Jeri Pengertian
9 Bab 9 - Sombong Dan Angkuh
10 Bab 10 - Jeri Sayang Mama
11 Bab 11 - Modus
12 Bab 12 - Papa Jeri
13 Bab 13 - Oh, Tidak Bisa
14 Bab 14 - Salah Paham
15 Bab 15 - Sulit Bilang Maaf
16 Bab 16 - Papa Jadi-jadian
17 Bab 17 - Bukan Anak Saya
18 Bab 18 - Sayang Papa
19 Bab 19 - Tidak Tertarik
20 Bab 20 - Makan Siang Bersama
21 Bab 21 - Kamu Berat
22 Bab 22 - Mengantar Pulang
23 Bab 23 - Secepat itu
24 Bab 24 - Bisa Ke Rumah?
25 Bab 25 - Demi Jeri
26 Bab 26 - Menginap
27 Bab 27 - Bersama Papa
28 Bab 28 - Kesal Sekali
29 Bab 29 - Penjahat Wanita
30 Bab 30 - Calon Istri
31 Bab 31 - Tidak Suka Mamanya
32 Bab 32 - Selalu Ditolak
33 Bab 33 - Calon Suami
34 Bab 34 - Janda Anak Satu
35 Bab 35 - Bekal Untukmu
36 Bab 36 - Kecupan Singkat
37 Bab 37 - Mirip Bocah
38 Bab 38 - Pindah
39 Bab 39 - Telepon Papa
40 Bab 40 - Khawatir
41 Bab 41 - Ciumnya Mana
42 Bab 42 - Jangan Lebay
43 Bab 43 - Sedikit Kecewa
44 Bab 44 - Sudah?
45 Bab 45 - Tingkah Maudy
46 Bab 46 - Aku Ikut
47 Bab 47 - Meleleh
48 Bab 48 - Kebun Binatang
49 Bab 49 - Cemburu
50 Bab 50 - Jatuh Cinta
51 Bab 51 - Berpikir Terlalu Jauh
52 Bab 52 - Anakmu?
53 Bab 53 - Ternyata Benar
54 Bab 54 - Bertekad Percaya
55 Bab 55 - Maafkan aku
56 Bab 56 - Mencintainya
57 Bab 57 - Pemilik Hati
58 Bab 58 - Jalan-jalan
59 Bab 59 - Papa Bilang
60 Bab 60 - Anakku
61 Bab 61 - Jangan Sakit Lagi
62 Bab 62 - 6 bulan?
63 Bab 63 - Berharap
64 Bab 64 - Punya Adik
65 Bab 65 - Begitu Akrab
66 Bab 66 - Kotak Kecil
67 Bab 67 - Manja
68 Bab 68 - Ancaman
69 Bab 69 - Kenapa?
70 Bab 70 - Cukup Mengerti Saja
71 Bab 71 - Papa Mama
72 Bab 72 - Kaki Mama Sakit
73 Bab 73 -Negosiasi
74 Bab 74 - Tidak Enak Hati
75 Bab 75 - Niat Baik
76 Bab 76 - Penasaran
77 Bab 77 - Menjodohkan
78 Bab 78 - 3 Bulan
79 Bab 79 - Sebulan Lagi
80 Bab 80 - Sehati
81 Bab 81 - Yang Ditinggalkan
82 Bab 82 - Pingit
83 Bab 83 - Hari Pernikahan
84 Bab 84 - Melayang terbang
85 Bab 85 - Pindah Rumah
86 Bab 86 - Doakan
87 Bab 87 - Gosip
88 Bab 88 - Istrinya Sombong
89 Bab 89 - Listrik Padam
90 Bab 90 - Minum Kopi
91 Bab 91 - Tetangga Rempong
92 Bab 92 - Ronda
93 Bab 93 - Shoping
94 Bab 94 -Ikut Campur
95 Bab 95 - Apaaa???
96 Bab 96 - Nona
97 Bab 97 - Adik
98 Bab 98 - Tinggal Bersama
99 Bab 99 - Sayang
100 Bab 100 - Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 - Kesalahan Masa Lalu
2
Bab 2 -Calon Papa Baru
3
Bab 3 - Tidak Punya Papa
4
Bab 4 - Akan Menakuti
5
Bab 5 - Merekomendasikan
6
Bab 6 - Manajer
7
Bab 7 - Sempat Dilema
8
Bab 8 - Jeri Pengertian
9
Bab 9 - Sombong Dan Angkuh
10
Bab 10 - Jeri Sayang Mama
11
Bab 11 - Modus
12
Bab 12 - Papa Jeri
13
Bab 13 - Oh, Tidak Bisa
14
Bab 14 - Salah Paham
15
Bab 15 - Sulit Bilang Maaf
16
Bab 16 - Papa Jadi-jadian
17
Bab 17 - Bukan Anak Saya
18
Bab 18 - Sayang Papa
19
Bab 19 - Tidak Tertarik
20
Bab 20 - Makan Siang Bersama
21
Bab 21 - Kamu Berat
22
Bab 22 - Mengantar Pulang
23
Bab 23 - Secepat itu
24
Bab 24 - Bisa Ke Rumah?
25
Bab 25 - Demi Jeri
26
Bab 26 - Menginap
27
Bab 27 - Bersama Papa
28
Bab 28 - Kesal Sekali
29
Bab 29 - Penjahat Wanita
30
Bab 30 - Calon Istri
31
Bab 31 - Tidak Suka Mamanya
32
Bab 32 - Selalu Ditolak
33
Bab 33 - Calon Suami
34
Bab 34 - Janda Anak Satu
35
Bab 35 - Bekal Untukmu
36
Bab 36 - Kecupan Singkat
37
Bab 37 - Mirip Bocah
38
Bab 38 - Pindah
39
Bab 39 - Telepon Papa
40
Bab 40 - Khawatir
41
Bab 41 - Ciumnya Mana
42
Bab 42 - Jangan Lebay
43
Bab 43 - Sedikit Kecewa
44
Bab 44 - Sudah?
45
Bab 45 - Tingkah Maudy
46
Bab 46 - Aku Ikut
47
Bab 47 - Meleleh
48
Bab 48 - Kebun Binatang
49
Bab 49 - Cemburu
50
Bab 50 - Jatuh Cinta
51
Bab 51 - Berpikir Terlalu Jauh
52
Bab 52 - Anakmu?
53
Bab 53 - Ternyata Benar
54
Bab 54 - Bertekad Percaya
55
Bab 55 - Maafkan aku
56
Bab 56 - Mencintainya
57
Bab 57 - Pemilik Hati
58
Bab 58 - Jalan-jalan
59
Bab 59 - Papa Bilang
60
Bab 60 - Anakku
61
Bab 61 - Jangan Sakit Lagi
62
Bab 62 - 6 bulan?
63
Bab 63 - Berharap
64
Bab 64 - Punya Adik
65
Bab 65 - Begitu Akrab
66
Bab 66 - Kotak Kecil
67
Bab 67 - Manja
68
Bab 68 - Ancaman
69
Bab 69 - Kenapa?
70
Bab 70 - Cukup Mengerti Saja
71
Bab 71 - Papa Mama
72
Bab 72 - Kaki Mama Sakit
73
Bab 73 -Negosiasi
74
Bab 74 - Tidak Enak Hati
75
Bab 75 - Niat Baik
76
Bab 76 - Penasaran
77
Bab 77 - Menjodohkan
78
Bab 78 - 3 Bulan
79
Bab 79 - Sebulan Lagi
80
Bab 80 - Sehati
81
Bab 81 - Yang Ditinggalkan
82
Bab 82 - Pingit
83
Bab 83 - Hari Pernikahan
84
Bab 84 - Melayang terbang
85
Bab 85 - Pindah Rumah
86
Bab 86 - Doakan
87
Bab 87 - Gosip
88
Bab 88 - Istrinya Sombong
89
Bab 89 - Listrik Padam
90
Bab 90 - Minum Kopi
91
Bab 91 - Tetangga Rempong
92
Bab 92 - Ronda
93
Bab 93 - Shoping
94
Bab 94 -Ikut Campur
95
Bab 95 - Apaaa???
96
Bab 96 - Nona
97
Bab 97 - Adik
98
Bab 98 - Tinggal Bersama
99
Bab 99 - Sayang
100
Bab 100 - Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!