Pagi-pagi Maudy sudah sibuk di dapur. Ia membuatkan sarapan sekaligus bekal untuk putranya.
Setelah selesai, Maudy berjalan ke kamar putranya. Karena sudah berumur 5 tahun, Jeri punya kamar sendiri. Sudah tidak tidur bersamanya lagi.
"Jeri, ayo bangun anak ganteng mama!" ucap Maudy sambil mengelus pipi polos yang begitu menggemaskan.
Jeri menguap dan dengan cepat Maudy menutup mulutnya.
"Ayo bangun, anak kesayangan mama!" Maudy menggendong putranya yang masih mengantuk. Ia akan memandikannya.
Tak lama Jeri sudah rapi berpakaian seragam tk-nya dan sedang sarapan. Mamanya membuatkan sarapan yang sangat lezat. Lengkap dengan susu dan buah.
Ya, Maudy sangat menjaga nutrisi makanan Jeri. Asupan yang bergizi dan sehat pastinya.
"Ayo, kita berangkat! Jeri salam opa dan oma dulu!" ucap Maudy mengajarkan anaknya. Ia lalu mengambil tasnya.
Jeri menyalami opa dan omanya. Dan keduanya membalas dengan menciumi cucu semata wayangnya.
"Nanti oma yang jemput Jeri ya." ucap oma Novia. Maudy hanya mengantar saja, yang menjemput ia dengan supir.
Jeri mengangguk dan melambaikan tangan pada opa dan omanya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Maudy menggandeng Jeri masuk ke area tk. Ia tersenyum, putranya sudah besar saja. Padahal perasaan baru kemarin Jeri lahir. Ternyata waktu cepat sekali berlalu.
"Jeri, masuk ya. Belajar yang rajin. Mama sayang sekali sama Jeri." Maudy berjongkok, ia menciumi putranya itu. Meski Jeri hadir karena kesalahannya, tapi ia tidak mau menganggap putranya itu aib. Jeri itu anugerah terindahnya.
"Mama ke kantor dulu ya. Mau cari uang yang banyak untuk Jeri." ucapnya lagi.
"Mama hati-hati di jalan ya." ucap Jeri sambil melambaikan tangan.
Maudy pun berjalan pergi, ia akan segera ke kantor. Saat sudah beberapa langkah, ia berbalik untuk melihat putranya.
Terlihat Jeri berdiri sambil melihat temannya yang diantar papanya. Wajah putranya jadi tampak murung lalu tidak lama Jeri pun masuk ke kelas.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di sebuah ruangan, Maudy tampak berpikir serius. Ia teringat wajah putranya. Dan jadi mengiyakan jika Jeri merindukan sosok seorang ayah.
'Apa aku harus menikah, agar Jeri punya papa?' pikir Maudy. Melihat putranya bersedih, membuat hatinya ikut sakit.
'Kalau pria itu sayang sama anakku, kalau pria yang ku nikahi tidak menyayangi Jeri bagaimana?' Maudy mulai dengan kebingungannya.
Menerima anak orang lain pasti cukup sulit. Ia saja jika menikah dengan pria yang sudah memiliki anak, pasti mikir panjang juga.
Tapi, Maudy juga tidak mau putranya terus bersedih. Jeri masih kecil, jika merasa sedih terus akan mempengaruhi pertumbuhannya.
Maudy pun meraih ponselnya dan menelepon.
"Halo, ma."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Maudy setuju dengan rencana papa dan mamanya. Ia harus menikah agar Jeri punya papa. Pria yang bisa menyayangi putranya seperti menyayangi anak kandung sendiri.
Dan di sinilah Maudy sekarang. Ia berada di sebuah kafe dengan Jeri. Mereka akan menunggu calon papa baru. Papa untuk Jeri.
Maudy meminta bantuan papa dan mamanya untuk mengenalkannya dengan beberapa pria. Jika ada pria yang bisa menyayangi anaknya, maka ia akan menikah dengan pria itu.
Maka saat pertemuan pertama, Maudy sengaja membawa Jeri. Ia ingin tahu bagaimana perlakuan pria itu dengan putranya. Karena itu yang terpenting.
"Kamu Maudy?" tanya seorang pria berpakaian rapi yang menghampirinya.
Wanita itu pun mengangguk. Ia melihat pria itu cukup tampan.
"Saya Roy."
"Saya Maudy."
Keduanya pun berjabatan tangan saling berkenalan.
Pria itu tersenyum, wanita yang dikenalkannya sangat cantik. Dan senyumnya luntur melihat bocah di sampingnya. Ia melupakan hal lain.
"Kamu bawa anak?" tanya Roy. Ia tahu jika Maudy mempunyai anak. Tapi tidak harus jugalah di pertemuan pertama mereka, membawa anak itu.
"Iya, ini Jeri anakku. Jeri, salam om-nya dulu!" Maudy meminta putranya menyalami calon papa baru.
"Tidak ada yang menjaga Jeri di rumah, jadi aku bawa saja!" sambung Maudy kembali memberi alasan.
Roy terpaksa mengangguk dan melihat Jeri mengulurkan tangan. Ia pun mengulurkan tangannya juga.
'Astaga! anak jorok!' maki Roy dalam hati. Tangannya jadi jorok kena es krim yang menempel di mulut bocah tersebut.
Tadi sambil menunggu pria itu datang, Maudy sempat memesankan es krim untuk Jeri.
"Aduh, maaf. Tangan kamu jadi jorok. Jeri makan es krimnya berlepotan." Maudy meminta maaf, ia mengambil tisu dan mengelap tangan Roy.
"Tidak apa. Biasa namanya anak kecil." Roy berpura-pura akan mewajarkan hal itu, padahal dalam hatinya sudah sangat kesal.
Roy tahu, Maudy itu putri dari pemilik perusahaan besar. Dengan menikahi wanita itu, maka ia akan bisa memiliki perusahaan besar itu. Apalagi Maudy anak semata wayang, otomatis semua harta orang tuanya akan diwariskan ke wanita itu. Dan ia berencana akan mengambil itu semua.
Dan Maudy, saat Roy berkata tidak masalah saat Jeri mengotori tangannya. Sedikit tersentuh. Sepertinya pria itu penyayang anak-anak dan pasti bisa menyayangi putranya.
Maudy kini membersihkan mulut anaknya yang berlepotan es krim. Ia tersenyum karena Jeri begitu menggemaskan.
"Mama ke toilet dulu mau cuci tangan." ucapnya dan Jeri mengangguk.
"Aku ke toilet sebentar. Titip Jeri ya, Roy." Maudy mengatakan pada Roy.
Roy mengangguk dan Maudy berlalu pergi.
Makanan yang dipesan pun datang. Jeri mengambil makanan dengan sendok bekas es krimnya.
"Anak jorok!" ucap Roy seraya menghempas sendok tersebut, ia tidak suka kelakuan anak itu. Lalu berdiri dan akan menampar Jeri.
"Apa yang kamu lakukan pada anakku?!" Maudy mengeluarkan taringnya menahan tangan pria itu. Ia sudah kembali dari toilet dan melihat Roy malah akan main tangan pada putranya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Gagal dengan Roy, kini Maudy bertemu pria yang lain. Kali ini ia tidak membawa Jeri saat bertemu.
Maudy mengobrol dengan Sami. Sami, pria baik dan enak diajak ngobrol. Obrolan mereka mengalir hangat.
"Setelah kita menikah, anakmu kembalikan saja ke ayahnya. Ayahnya harus bertanggung jawab pada putranya."
Obrolan itu mulai membahas masa depan dan anak bawaan Maudy.
Maudy mulai tidak senang, ia mau menikah demi Jeri.
"Aku sudah katakan, ayahnya Jeri sudah meninggal." jelas Maudy masih menahan emosinya.
"Kembalikan saja ke keluarga ayahnya, biar mereka yang urus. Itu kan sudah menjadi tanggung jawab mereka. Aku tidak bisa merawat anak orang-"
Byur...
Maudy menyiramkan air ke wajah pria itu lalu berlalu pergi. Ia tidak peduli pria itu marah sambil memakinya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Maudy kembali akan berkenalan dengan pria ketiga. Mereka bertemu di kafe dan ia tidak membawa Jeri.
Keduanya sejenak mengobrol sambil makan. Obrolan ringan.
"Aku mau menikah denganmu dan menerima anakmu."
Maudy bernafas lega. Ternyata ada yang bisa menerima dirinya dan anaknya.
"Tapi, dengan satu syarat." ucap pria itu kembali.
Mata Maudy menyipit. Baru kenal kenapa memberi syarat segala.
"Setelah kita menikah, kamu harus mengizinkanku menikah lagi."
"Apa?" tanya Maudy. Apa ia salah dengar?
"Aku berencana akan menikah 10 kali."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Sudah 3 kali gagal, Maudy tidak mau dipertemukan dengan pria lagi.
Tidak ada yang sesuai keinginannya.
"Sudahlah, pa, ma. Jeri cukup butuh aku saja!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
yg cocok jd Papa ajeri Roni Maudy kan kalian pernah bertemu 1 x saat Jeri masih 2 thn ya km menyesalkan dl ni ggalin Yuan hanya demi Denis teman Yuan eh malah Denis buang km sm anakmu
2024-08-31
2