Bab 20 - Makan Siang Bersama

"Opa!" ucap Jeri begitu masuk ke ruangan. Ia merentangkan tangan dan langsung melayang.

Opa menangkap dan menggendong cucu kesayangannya.

"Jeri haus?" tanya opa seraya mengelus kepalanya.

Jeri menggeleng. "Tidak, opa. Tadi Jeri sudah minum sama oma."

"Jeri mau ketemu sama papanya." bisik oma memberitahu opa.

"Opa jangan kasih tahu mama." Jeri ikut berbicara dengan berbisik. Rencana mereka tidak boleh ketahuan mama Maudy.

"Jeri mau ketemu papa?" tanya opa menatap wajah cucunya yang berbinar.

Kepala bocah polos itu mengangguk.

"Kita ajak papanya Jeri makan siang bersama ya."

"Yee!" Jeri bersorak gembira dan lalu menutup mulutnya. Ia lupa nanti mama Maudy bisa mendengar.

Opa dan oma tersenyum melihat wajah lucu dan menggemaskan itu.

Tak lama di depan ruangan direktur, Roni mengatur nafas terlebih dahulu barulah ia mengetuk pintu. Tadi ia diminta ke ruangan itu.

Tidak tahu mau apa ia dipanggil. Apa dia bermasalah dengan pekerjaan.

Suara dari dalam menyuruhnya masuk. Dan begitu masuk,

"Papa!"

Roni tersentak karena seorang bocah kecil datang dan memeluk kakinya.

"Papa, Jeri kangen!" ucap Jeri lalu merentangkan tangan, ingin digendong pria itu.

Roni melihat kedua orang tua yang melihat dirinya sambil tersenyum.

"Maaf, saya memanggil kamu kemari karena Jeri ingin bertemu kamu." jelas opa kemudian. Tujuannya memang begitu.

"Karena sebentar lagi jam makan siang, mari kita makan siang bersama." ajak oma ikut nimbrung.

"Sa-saya-" Roni bingung dan gugup, mendadak akan makan bersama atasannya.

"Kamu tidak perlu segan begitu!" opa Agus menepuk pelan bahu calon menantunya itu.

"Jeri, ayo gendong sama opa saja!"

"Jeri mau digendong papa, opa!" anak kecil itu menolak digendong opanya, karena ingin bersama papanya.

"Baiklah. Roni, ayo!"

Roni menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia jadi bingung, malah diajak makan bersama. Pria itu pun melihat ke arah Jeri.

Bocah kecil itu melihat dirinya dengan wajah polos dan mengangkat tangan. Meminta untuk segera digendong.

Roni pun menggendongnya dan bocah itu langsung tersenyum lebar.

Pria itu jadi ikut tersenyum, ia tidak tega dengan Jeri. Bocah itu begitu polos dan tampak merindukan sosok seorang ayah. Padahal ia bukan ayahnya.

Tapi menggendong Jeri seperti itu membuatnya jadi merasakan memiliki anak. Jika di pernikahannya ia memiliki anak, usia anaknya pasti sudah di atas Jeri. Mungkin juga sudah masuk SD.

"Papa, nanti Jeri mau makan ayam bakar, terus udang goreng, sama ayam kriuk." ucapnya yang membuyarkan lamunan Roni.

"Memangnya Jeri bisa habis memakan itu?" tanya Roni. Anak kecil itu mau makan begitu banyak.

"Habis dong, pa. Jerikan harus makan banyak biar cepat besar dan jadi pilot."

"Jeri mau jadi pilot?"

"Iya, papa. Jeri mau jadi pilot biar bisa membawa mama sama papa keliling dunia!" jelas anak laki-laki itu akan cita-citanya.

Roni tersenyum dan mengelus kepala Jeri.

Sementara kedua paruh baya itu melihat interaksi mereka. Seperti ayah dan anak pada umumnya.

"Pa, mama setuju Maudy dengan Roni. Ia bisa menyayangi Jeri." bisik oma Novia.

Melihat perilaku Roni pada cucunya yang begitu hangat, membuatnya memberikan restu.

"Mama sabar. Kita tunggu saja kapan mereka akan mengatakan pada kita."

Tak lama, mereka kita berada di sebuah restauran. Mengambil private room dan di ruangan itu hanya ada mereka ber 4. Opa, oma, Jeri dan Roni.

Tidak ada Maudy di sana, sengaja memang tidak diberitahu.

"Pak." ucap Roni. Ia harus menjelaskan sesuatu.

"Ada apa, Ron?" tanya opa Agus. Calon menantunya seperti ingin bicara sesuatu.

"Ma-maaf sebelumnya. Ada yang harus saya pertegas kepada bapak dan ibu."

Kedua paruh baya itu melihat ke arahnya dengan wajah serius.

"Saya tidak punya hubungan apapun dengan nona Maudy. Saya hanya karyawan, pak, bu."

Opa dan oma mengangguk. Sepertinya pria itu minder. Padahal mereka tidak mempedulikan akan status.

"Kami bukan orang tua yang seperti itu, Ron." ucap opa Agus.

"Benar, jika kalian saling menyukai kami akan mendukung dan merestui. Yang penting kamu bisa menerima Maudy beserta Jeri." sambung oma Novia. Ia menunjukkan dukungannya.

Tak peduli akan status sosial. Yang penting kebahagiaan putri dan cucunya.

Roni menggelengkan kepala, bukan begitu maksud perkataannya. Kedua paruh baya itu jadi salah paham.

"Saya tidak-"

"Sudah, ayo kita makan!" ajak opa Agus saat pesanan makanan mereka tiba. Ia tidak mau calon menantunya mengatakan hal lain yang berhubungan dengan kesenjangan sosial.

Mereka sudah merestui keduanya. Jadi yang lain tidak perlu dipedulikan.

"Papa, Jeri mau ayam bakar!" ucap Jeri menunjuk piring saji.

Roni yang tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan pun mengambil piring berisi ayam bakar dan memberikan pada Jeri.

"Terima kasih, papa." ucap Jeri tersenyum lebar.

Roni pun mengangguk. Jeri selalu memanggilnya papa, padahal ia sudah mengatakan dirinya om.

"Pa, mama ke toilet dulu ya." pamitnya sambil berbisik. Ia tidak mau mengganggu kebersamaan Jeri dan calon papa barunya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Maudy telah selesai melahap makanannya. Ia makan siang di restauran yang tidak jauh dari kantor.

Kini Maudy akan menelepon mamanya. Ia akan menanyakan putranya sudah makan atau belum.

Mendengar nada suara deringan ponsel seperti nada mamanya, Maudy pun melihat sekitar. Dan ia melihat mamanya berada di restauran itu juga.

"Mama di mana?" tanya Maudy seraya bangkit. Ponsel masih menempel di telinga.

"Ma-mama lagi di rumah." jawab oma Novia dengan gugup. Putrinya mendadak menelepon.

Karena mamanya berbohong, Maudy pun memilih menghampiri saja.

"Mama, ngapain di sini?" tanya Maudy sudah berada di hadapan wanita paruh baya itu.

Oma Novia kaget dan merutuki kenapa malah bertemu putrinya dan ingat juga sekarang Jeri sedang makan siang dengan calon papanya. Bisa ketahuan mereka.

"Ma-mama lagi makan siang bersama papa." jawab oma Novia. Ia memang sedang makan siang dengan suaminya. Tapi tidak bilang jika makan siang bersama seseorang.

"Jeri mana, ma?" tanya Maudy. Tidak mungkin mamanya meninggalkan Jeri sendiri di rumah. Pasti dibawa ke mana-mana.

"Sa-sama papa."

"Aku mau bertemu putraku!" kata Maudy. Walau tadi tidak memperbolehkan putranya datang, tapi karena Jeri ada di sini. Ia jadi ingin bertemu anak yang selalu dirindukannya.

Maudy selalu merindukan putranya. Setelah mengantar Jeri ke sekolah, ia merasa terpisah. Walau terpisah sebentar dan saat sore akan berjumpa lagi, tapi ia selalu merindukan anak semata wayangnya itu.

"Tidak usah! Kamu lanjut kerja sana! Jeri aman sama papa dan mama!" oma Novia berusaha agar Maudy tidak menemui cucunya. Bisa-bisa nanti bertemu dengan Roni.

Maudy nanti bisa marah jika mereka mencuri start untuk mendekatkan pria itu dengan Jeri.

"Ma, aku mau melihat Jeri!"

"Tidak usah! Kami juga sebentar lagi mau pulang!"

"Sebentar saja, mama!"

Maudy bersikeras untuk bertemu putranya sebentar dan mama tidak bisa menahannya.

"Kenapa kalian makan siang tidak mengajakku sih?" tanya Maudy memanyunkan bibirnya.

Papa dan mamanya makan enak cuma bersama Jeri tanpa mengajaknya. Padahal ia kan ingin ditraktir juga.

"Jeri... anak ganteng mama!" ucap Maudy begitu masuk ke ruangan dan melihat sang anak.

Pandangan Maudy terkejut melihat seseorang di sebelah Jeri.

"Kamu kenapa di sini?"

.

.

.

Terpopuler

Comments

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

Aduh bikin ngakak deh Jeri ketahuan dong makan bareng Papa Roni Astaga Opa Agus maafin istrimu Oma Novia ya yg g bs cegah Maudy agar g masuk wkwkwk jangan marah Maudy itu Opa Agus yg ngajak krn Jeri nanggis mau ketemu Papa Roni🤣🤣🤣🤣

2024-09-02

1

umatin khuin

umatin khuin

hahaha...jeri....oo...kamu ketahuan mama...lucu banget si jeri...gemeshzzz

2024-08-21

1

LISA

LISA

Wah bakal rame nih 😃🤭

2024-08-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Kesalahan Masa Lalu
2 Bab 2 -Calon Papa Baru
3 Bab 3 - Tidak Punya Papa
4 Bab 4 - Akan Menakuti
5 Bab 5 - Merekomendasikan
6 Bab 6 - Manajer
7 Bab 7 - Sempat Dilema
8 Bab 8 - Jeri Pengertian
9 Bab 9 - Sombong Dan Angkuh
10 Bab 10 - Jeri Sayang Mama
11 Bab 11 - Modus
12 Bab 12 - Papa Jeri
13 Bab 13 - Oh, Tidak Bisa
14 Bab 14 - Salah Paham
15 Bab 15 - Sulit Bilang Maaf
16 Bab 16 - Papa Jadi-jadian
17 Bab 17 - Bukan Anak Saya
18 Bab 18 - Sayang Papa
19 Bab 19 - Tidak Tertarik
20 Bab 20 - Makan Siang Bersama
21 Bab 21 - Kamu Berat
22 Bab 22 - Mengantar Pulang
23 Bab 23 - Secepat itu
24 Bab 24 - Bisa Ke Rumah?
25 Bab 25 - Demi Jeri
26 Bab 26 - Menginap
27 Bab 27 - Bersama Papa
28 Bab 28 - Kesal Sekali
29 Bab 29 - Penjahat Wanita
30 Bab 30 - Calon Istri
31 Bab 31 - Tidak Suka Mamanya
32 Bab 32 - Selalu Ditolak
33 Bab 33 - Calon Suami
34 Bab 34 - Janda Anak Satu
35 Bab 35 - Bekal Untukmu
36 Bab 36 - Kecupan Singkat
37 Bab 37 - Mirip Bocah
38 Bab 38 - Pindah
39 Bab 39 - Telepon Papa
40 Bab 40 - Khawatir
41 Bab 41 - Ciumnya Mana
42 Bab 42 - Jangan Lebay
43 Bab 43 - Sedikit Kecewa
44 Bab 44 - Sudah?
45 Bab 45 - Tingkah Maudy
46 Bab 46 - Aku Ikut
47 Bab 47 - Meleleh
48 Bab 48 - Kebun Binatang
49 Bab 49 - Cemburu
50 Bab 50 - Jatuh Cinta
51 Bab 51 - Berpikir Terlalu Jauh
52 Bab 52 - Anakmu?
53 Bab 53 - Ternyata Benar
54 Bab 54 - Bertekad Percaya
55 Bab 55 - Maafkan aku
56 Bab 56 - Mencintainya
57 Bab 57 - Pemilik Hati
58 Bab 58 - Jalan-jalan
59 Bab 59 - Papa Bilang
60 Bab 60 - Anakku
61 Bab 61 - Jangan Sakit Lagi
62 Bab 62 - 6 bulan?
63 Bab 63 - Berharap
64 Bab 64 - Punya Adik
65 Bab 65 - Begitu Akrab
66 Bab 66 - Kotak Kecil
67 Bab 67 - Manja
68 Bab 68 - Ancaman
69 Bab 69 - Kenapa?
70 Bab 70 - Cukup Mengerti Saja
71 Bab 71 - Papa Mama
72 Bab 72 - Kaki Mama Sakit
73 Bab 73 -Negosiasi
74 Bab 74 - Tidak Enak Hati
75 Bab 75 - Niat Baik
76 Bab 76 - Penasaran
77 Bab 77 - Menjodohkan
78 Bab 78 - 3 Bulan
79 Bab 79 - Sebulan Lagi
80 Bab 80 - Sehati
81 Bab 81 - Yang Ditinggalkan
82 Bab 82 - Pingit
83 Bab 83 - Hari Pernikahan
84 Bab 84 - Melayang terbang
85 Bab 85 - Pindah Rumah
86 Bab 86 - Doakan
87 Bab 87 - Gosip
88 Bab 88 - Istrinya Sombong
89 Bab 89 - Listrik Padam
90 Bab 90 - Minum Kopi
91 Bab 91 - Tetangga Rempong
92 Bab 92 - Ronda
93 Bab 93 - Shoping
94 Bab 94 -Ikut Campur
95 Bab 95 - Apaaa???
96 Bab 96 - Nona
97 Bab 97 - Adik
98 Bab 98 - Tinggal Bersama
99 Bab 99 - Sayang
100 Bab 100 - Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 - Kesalahan Masa Lalu
2
Bab 2 -Calon Papa Baru
3
Bab 3 - Tidak Punya Papa
4
Bab 4 - Akan Menakuti
5
Bab 5 - Merekomendasikan
6
Bab 6 - Manajer
7
Bab 7 - Sempat Dilema
8
Bab 8 - Jeri Pengertian
9
Bab 9 - Sombong Dan Angkuh
10
Bab 10 - Jeri Sayang Mama
11
Bab 11 - Modus
12
Bab 12 - Papa Jeri
13
Bab 13 - Oh, Tidak Bisa
14
Bab 14 - Salah Paham
15
Bab 15 - Sulit Bilang Maaf
16
Bab 16 - Papa Jadi-jadian
17
Bab 17 - Bukan Anak Saya
18
Bab 18 - Sayang Papa
19
Bab 19 - Tidak Tertarik
20
Bab 20 - Makan Siang Bersama
21
Bab 21 - Kamu Berat
22
Bab 22 - Mengantar Pulang
23
Bab 23 - Secepat itu
24
Bab 24 - Bisa Ke Rumah?
25
Bab 25 - Demi Jeri
26
Bab 26 - Menginap
27
Bab 27 - Bersama Papa
28
Bab 28 - Kesal Sekali
29
Bab 29 - Penjahat Wanita
30
Bab 30 - Calon Istri
31
Bab 31 - Tidak Suka Mamanya
32
Bab 32 - Selalu Ditolak
33
Bab 33 - Calon Suami
34
Bab 34 - Janda Anak Satu
35
Bab 35 - Bekal Untukmu
36
Bab 36 - Kecupan Singkat
37
Bab 37 - Mirip Bocah
38
Bab 38 - Pindah
39
Bab 39 - Telepon Papa
40
Bab 40 - Khawatir
41
Bab 41 - Ciumnya Mana
42
Bab 42 - Jangan Lebay
43
Bab 43 - Sedikit Kecewa
44
Bab 44 - Sudah?
45
Bab 45 - Tingkah Maudy
46
Bab 46 - Aku Ikut
47
Bab 47 - Meleleh
48
Bab 48 - Kebun Binatang
49
Bab 49 - Cemburu
50
Bab 50 - Jatuh Cinta
51
Bab 51 - Berpikir Terlalu Jauh
52
Bab 52 - Anakmu?
53
Bab 53 - Ternyata Benar
54
Bab 54 - Bertekad Percaya
55
Bab 55 - Maafkan aku
56
Bab 56 - Mencintainya
57
Bab 57 - Pemilik Hati
58
Bab 58 - Jalan-jalan
59
Bab 59 - Papa Bilang
60
Bab 60 - Anakku
61
Bab 61 - Jangan Sakit Lagi
62
Bab 62 - 6 bulan?
63
Bab 63 - Berharap
64
Bab 64 - Punya Adik
65
Bab 65 - Begitu Akrab
66
Bab 66 - Kotak Kecil
67
Bab 67 - Manja
68
Bab 68 - Ancaman
69
Bab 69 - Kenapa?
70
Bab 70 - Cukup Mengerti Saja
71
Bab 71 - Papa Mama
72
Bab 72 - Kaki Mama Sakit
73
Bab 73 -Negosiasi
74
Bab 74 - Tidak Enak Hati
75
Bab 75 - Niat Baik
76
Bab 76 - Penasaran
77
Bab 77 - Menjodohkan
78
Bab 78 - 3 Bulan
79
Bab 79 - Sebulan Lagi
80
Bab 80 - Sehati
81
Bab 81 - Yang Ditinggalkan
82
Bab 82 - Pingit
83
Bab 83 - Hari Pernikahan
84
Bab 84 - Melayang terbang
85
Bab 85 - Pindah Rumah
86
Bab 86 - Doakan
87
Bab 87 - Gosip
88
Bab 88 - Istrinya Sombong
89
Bab 89 - Listrik Padam
90
Bab 90 - Minum Kopi
91
Bab 91 - Tetangga Rempong
92
Bab 92 - Ronda
93
Bab 93 - Shoping
94
Bab 94 -Ikut Campur
95
Bab 95 - Apaaa???
96
Bab 96 - Nona
97
Bab 97 - Adik
98
Bab 98 - Tinggal Bersama
99
Bab 99 - Sayang
100
Bab 100 - Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!