Episode 20

Masih di tempat kejadian perkara

"Kamu, baik-baik saja?" tanya pria bertubuh tinggi dan berotot serta berambut sedikit panjang pada Mae sambil mematikan bunyi sirine di ponselnya. Saat menolong tadi, lelaki ini menggunakan ponselnya untuk mengelabuhi preman-preman tersebut. Tampak Mae masih terdiam di tempat. Ia terpesona pada aura lelaki yang menolongnya itu.

"Hei!!!" Pria itu mengayunkan telapak tangannya untuk menyadarkan gadis di depannya.

Mae tersentak dari lamunannya. "Gue... tak apa," jawabnya sambil menggeleng.

"Tapi sepertinya temanmu terlihat tak baik-baik saja," ucap pria yang belum diketahui namanya itu, menunjuk ke arah Prince yang tergeletak.

Mae menoleh dan sadar akan Prince yang terluka. "Ya ampun, Prince!" sontaknya segera berdiri dan langsung menghampiri.

"Prince, bangun!" Mae menepuk-nepuk pipi halusnya. Tampak Prince merintih membuat gadis ini panik.

"Lu, bisa tolong angkat teman gue sampai ke depan. Gue mau panggil taksi," tunjuknya untuk meminta tolong pada pria asing di depannya.

Pria tadi celingukan dan sadar jika yang dimaksud itu dirinya. Ia mengangguk dan Mae sendiri segera berlari ke jalan raya untuk menyetop taksi yang lewat.

Dengan perlahan, Prince di angkat oleh pria itu dan di bawa ke jalan raya. Di sana Mae sudah berhasil menyetop taksi. Gadis ini segera membuka pintu mobil dan lelaki tadi memasukkan Prince ke dalam.

"Pak, ke komplek Cempaka!" perintah Mae pada supir taksi. Pria tadi menutup pintu taksi sambil tersenyum mengangguk dan Mae pun membalasnya dengan cara yang sama.

Taksi pun melaju meninggalkan pria tadi menuju komplek Cempaka. Mae teringat sesuatu dan segera menengok ke belakang. Terlihat pria yang membantunya tadi sudah mulai berjalan meninggalkan lokasi.

"Ah sampai lupa ucap terima kasih gue," sesalnya sambil mendesah. Karena buru-buru, ia jadi lupa untuk mengucapkan terima kasih pada lelaki yang menolongnya. Ia juga lupa berkenalan dengannya akibat Prince yang pingsan.

......................

Prince sekarang sudah terbaring di kasur kamar Mae. Sementara Mae duduk menunggu di sampingnya. Prince yang tertidur sudah bagaikan pangeran saja, sangat tampan, dan bahkan Mae sendiri tak sadar memandanginya dengan serius.

Lima belas menit menunggu, akhirnya Prince tersadar. Lelaki bak pangeran ini merintih kesakitan karena merasa sakit di bagian punggungnya. Mae yang masih memandangi lelaki di depannya, tersentak seketika saat Prince menyenggolnya.

"Aw lu dah bangun, Prin?" sentak Mae segera bangkit.

"I-ini di mana?" Prince yang terlihat bingung melihat ke sekeliling kamar membuat Mae langsung menjawabnya.

"Rumah gue, gimana keadaan lu?" tanyanya.

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" balik tanya Prince sambil bangkit untuk bersandar di ranjang.

"Ya aku baik-baik saja," jawab Mae mengangguk. "Oh iya sepertinya punggung lu terluka, coba sini gue liat!"

Mae beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekat. Ia langsung mengecek punggung Prince dan terlihat ada memar di sana.

"Buka baju lu, gue mau obatin!" perintahnya.

"Ha? Tak usah." Prince terkejut dan langsung menolaknya.

"Dah jangan nolak, cepet buka!" suruhnya lagi.

Prince menghela nafasnya dan menurut untuk membuka bajunya. Tampaklah otot-otot dadanya yang berhasil membuat Mae terbengong.

"E!!!" Prince mengayunkan telapak tangannya ke depan wajah Mae yang terbengong.

Mae tersentak. "Cepat berbalik!" suruhnya cepat sambil membalikkan tubuh Prince. Lelaki ini sedikit menggaruk belakang kepalanya karena bingung. Ia memilih menurut saja dan membiarkan Mae mengobatinya.

Dengan segera Mae mengoleskan salep ke punggung Prince yang terluka.

"Ah!" rintih Prince tiba-tiba.

"Pelan-pelan E," pintanya.

"Iya, bawel lu." Mae pun mulai mengolesi obat dengan lembut sambil sedikit-sedikit meniupnya.

"Lu ngapain lindungi gue sih? Tapi makasih," ucap Mae padanya.

"Tak apa, ini tugasku," jawab Prince sedikit menggeleng.

"Ha?" Mae langsung berhenti mengoles obat karena terkejut.

"Oh ya E, sepertinya tadi aku dengar kamu memanggilku pangeranmu. Benarkah?" tanyanya sedikit menoleh kebelakang sambil tersenyum meledek.

"Hei, jangan ngarang kapan gue ngomong gitu," elak Mae cepat sambil menepuk punggung lelaki di depannya.

Prince kembali merintih sambil tertawa kecil. Mae pun kesal dan menyudahi pengobatannya. Saat hendak beranjak, tangan Mae mendadak di pegang olehnya. Mae berbalik.

"Apa?"

"Sepertinya kamu juga terluka," ucap Prince padanya.

"Oh ini?" Mae menunjuk dahinya yang tergores di sana. Prince mengangguk. "Tak apa, ini cuma luka kecil. Lu istirahat saja!" suruhnya.

"Duduklah!" Tarik Prince membuat Mae terduduk di sampingnya.

"Aku obati," ucapnya. Mae menggeleng tanda menolak.

"Diam lah! Jangan bergerak!" suruhnya sambil menghentikan Mae.

Gadis ini menurut dan diam, itu membuat lelaki di hadapannya senang. Princes lalu dengan perlahan dan mulai mengobati luka Mae. Wajah keduanya terbilang cukup dekat sekarang. Setelah selesai, Prince juga meniup lukanya. Hembusan nafas lelaki ini berhasil membuat Mae tersipu malu. Dengan malu-malu gadis ini memandangi. Bibir prince yang tipis dan berwarna merah muda sesekali membuat Mae tanpa sadar menelan ludahnya sendiri. Ia menjadi terpesona padanya sekarang.

Prince yang mengetahui itu, tersenyum tipis. Ia dengan iseng menurunkan bibirnya hingga mendekat ke arah bibir Mae. Keduanya hampir saja berciuman jika tidak ada yang datang.

"E!!! Lu di ru....," Markoneng yang baru tiba di kamar Mae segera meminta maaf karena langsung masuk begitu saja.

Ya ampun, maaf Nyak pergi dulu! pamitnya segera kembali sambil menutup pintu.

Keduanya kompak menoleh. "Tunggu Nyak!" Mae segera mendorong Prince. "Lu_ lu istrirahat gue ke depan dulu," pamitnya gugup. Gadis ini lalu berlari pergi meninggalkannya.

Prince menggeleng sambil tertawa. Ia senang karena berhasil menggodanya hingga membuatnya gugup

Mae ternyata tak pergi menyusul ibunya. Ia memilih ke kamar mandi untuk menenangkan jantungnya.

"Huh! Hampir saja ciuman," leganya.

Malam harinya. Prince masih saja terbaring di kamar Mae untuk istirahat. Setelah merasa cukup, perlahan ia bangkit untuk mencari Mae.

Di ruang makan. Mae sedang berada di sana untuk makan malam keluarga. Saat Mae hendak mencomot ayam di depannya, Markoneng dengan cepat menepisnya.

"Anak nakal! Panggil Prince dulu!" suruhnya.

"Haish!" Desisnya kesal. Mae yang malas lalu beranjak untuk pergi memanggil Prince. Baru saja berbalik, orang yang di carinya ternyata sudah berada di belakangnya.

"Aish, tuh Prince Nyak," ucap Mae malas memberitahu.

"Prince, sini gabung. Kita makan malam bersama!" ajak Markoneng padanya.

Prince mengangguk dan berjalan menuju tempat makan. Ia menggeser kursinya lalu duduk di sebelah Mae.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Markoneng ingin tahu.

"Sudah agak mendingan, Tan," jawab Prince pelan.

"Benarkah?" Prince mengangguk lagi untuk meyakinkannya. "Ya sudah kita makan saja," ujar Markoneng. "Mae duduk!" suruhnya pada Mae, putrinya.

Mae duduk kembali dan langsung memulai makan dengan caranya, sangat brutal dan berbeda jauh dengan Prince yang sangat anggun saat makan.

"Prince, jika masih sakit, lu nginep di mari aja," usul Babe Rojali tiba-tiba sambil menengok ke istrinya. Tampak Markoneng mengangguk setuju.

Mae tentu saja terkejut dan langsung menghentikan makannya. "Apa Be? Kenapa?"

"Eh E! Prince kan lagi sakit tuh, kalo si Utami tau, lu yang bakal di marahin," jawab Markoneng sambil mengacungkan sendoknya ke arah putrinya.

"Apa boleh?" Prince bertanya memastikan. Nyak Markoneng dan Babe Rojali mengangguk bersamaan. "Ku juga sebenarnya tak mau membuat Mami dan Papi khawatir kalo tau Prince terluka," tuturnya pada mereka.

"Aish Prince, lu balik aja sana!" usir Mae segera padanya.

"Hush E, mang kenapa kalo Prince nginep sini ha?" tanya ibunya segera.

"Nyak, kalo Prince nginep sini, mau tidur di mana ha?" Mae bertanya balik.

"Kamar lu lah?" jawab ibunya enteng.

"Apa? Terus Mae? Mae tidur bareng gitu. Ogah banget. Bukan muhrim juga," protesnya langsung cemberut.

"Betul, Babe gak setuju," ucap Rojali membuat Mae tersenyum senang. "Tapi lu tidur di sofa aja. Prince kan lagi sakit biar dia di kamar," lanjut ayahnya berkata membuat Mae langsung mengerutkan wajahnya lagi.

"Ah Nyak ma Babe, gak asyik. Pilih kasih!" Kesal Mae yang langsung memberikan tatapan tajam pada Prince di sebelahnya.

Prince yang menjadi topik utama di sini hanya membalas tatapannya dengan senyuman. Ia lalu melanjutkan makannya dah seolah-olah tak peduli pada Mae yang kesal di sana.

Dengan berat hati, Mae akhirnya mengalah pada Prince. Pada saat hendak tidur, Mae mendengus kesal sambil menatap ke arah kamarnya.

"Bener-bener dah Nyak ma Babe, tega ma anak sendiri. Huh!" dengusnya kesal sambil bersiap untuk berbaring di sofa. Ya namanya juga mengantuk, mau tidur di sofa pun Mae akan tetap terlelap. Sedangkan, Prince sendiri sudah tertidur di kasur Mae yang lumayan empuk dengan nyenyak nya.

Di tengah malam, Mae tiba-tiba terbangun. Mungkin karena udara yang dingin di ruangan itu membuat dirinya ingin buang air kecil. Ia dengan malas beranjak dan berjalan menuju kamar mandi. Selesainya dari kamar mandi, ia tanpa sadar kembali ke kamarnya sendiri dan tidur di sebelah Prince yang terlelap.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ida Kitty

Ida Kitty

aih, enak bner loe princ suruh nginep. sering2 j terluka, biar bisa nginep terus. gak beres ini 🤦

2024-10-14

0

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

lah.. lah...koq...🤔
hadeuhh Mae perbuatan mu bakal cepet menuju ke gerbang pernikahan lohh ....gpp lah biar cepet halal ma si Prince 👍🏻😂😂

2024-10-10

0

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

ouwhhh...kirain Prince yg nlp polisi .....ternyata pangeran yg lain....ualahh apakah ini akan JD rival Prince 🤔

2024-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!