Markoneng yang sudah selesai berbelanja, merasa kesulitan dan bingung untuk membawa belanjaannya yang banyak itu ke tempat pangkalan angkot. Jack pot bagi Mae karena ia berhasil mendapatkan target pelanggan keduanya. Dengan perasaan senang, Mae berlari kearahnya tanpa mengetahui siapa wanita tersebut.
"Aye bantuin ya Bu?" tawarnya ketika sampai sambil mengangkat langsung dua kantong belanja milik pelanggannya itu.
Pelanggan yang tak lain adalah ibunya sendiri itu berhasil membuat Mae terkejut hingga menjatuhkan belanjaan milik ibunya.
"Nyak?"
"Mae, lu ngapain di mari?" bertanya ibunya penuh heran sambil berjalan mengendus tubuh putrinya. "Mana penuh keringat lagi. Hwe asem bener lu," ucapnya menyindir.
"Yee Nyak, aye kerja lah. Emang asem ya?" Mae mencoba mengendus tubuhnya sendiri dan merasakan bau asam yang menyengat di sana.
"Ini kerjaan lu. Jadi kuli?" Ibunya bertanya penuh heran tak percaya.
"Iye gantiin Mang Kodir yang lagi sakit aye Nyak," jawab Mae bangga.
"Bawa barang Nyak dan lu ikut pulang sekalian!" Markoneng mendadak menyuruh putrinya untuk pulang membuat Mae segera menolaknya.
"Nyak, aye anterin ke pangkalan angkot aja ya. Mae gak mau pulang," bantahnya.
"Cepet bawa!" Perintah ibunya lagi.
"Tapi Mae lagi kerja Nyak," bantah Mae kembali.
"Jangan bantah!" Tegas ibunya membuat Mae terdiam dan terpaksa menurut.
"Iya iya, galak bener Nyak," umpat Mae sambil berjalan membawa barang belanjaan mengikuti ibunya menuju pangkalan angkot.
Sesampainya di tempat tersebut, Mae di suruh ikut masuk setelah selesai meletakkan barang ibunya. Ia menggeleng tak mau dan dengan cepat ibunya terpaksa menariknya untuk masuk.
"Cepet masuk!"
Mae mendengus kesal dan terpaksa masuk untuk duduk di samping ibunya. Sepanjang perjalanan Mae diam-diam melihat kearah ibunya yang sedang marah. Wajahnya memerah, matanya melotot membuat Mae tak jadi berbicara.
"Nyak, Nyak marah ya? Mae kan udah kerja bukan lagi cari perkara," panggilnya setelah turun dari angkot mencoba menyusul ibunya yang sudah turun dan berjalan lebih dahulu.
Markoneng akhirnya menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kerja lu kate? Nyak seneng lu bisa kerja tapi bukan jadi kuli di pasar juga E," ucapnya menahan marah.
"Ya elah Nyak, apa salahnya jadi kuli? Mae itu ngibadah Nyak, kasihan kan Mang Kodir, Mae cuma bantuin aja," balas Mae menjelaskan.
Rojali yang sedang bermain dengan burung peliharaannya langsung menengok karena mendengar suara debat antara istri dan anaknya.
"E, lu itu cewek. Kagak pantes lu kerja jadi kuli. Nyak tau lu kuat tapi Nyak itu kasihan ma tubuh lu E," ucap ibunya menasehati.
"Nyak, E, ada ape ribut-ribut?" Sela Rojali yang datang dengan kebingungan.
"Tuh anak lu Be, masa kerja jadi kuli di pasar," adu Markoneng langsung padanya.
"Lu kerja di pasar E?" tanya Rojali langsung ke putrinya.
"Ya Be, Babe kenal Mang Kodir kan?" Ayahnya mengangguk-angguk bingung. "Dia sakit, Mae cuma bantu gantiin aja. Apa salah?"
"Ya kagak." Rojali tampak bingung dalam menjawab. Matanya lalu mengarah ke istrinya dan berkata lagi pada putrinya, "Tapi lu itu cewek E bener kata Nyak, lu bisa pegal-pegal nanti."
Mae terdiam ditempat. Ia tahu ayah dan ibunya cukup menghawatirkan dirinya.
"Mandi sono! Lu Nyak hukum, kagak boleh keluar sampai ketemu ma pekerjaan yang bener!" perintah ibunya dengan tegas.
Tanpa membantah lagi, Mae menurut dan berjalan dengan lesu menuju kamarnya. Sementara Markoneng, melanjutkan membawa belanjaannya masuk ke dalam rumah sambil melewati suaminya. Rojali yang masih berdiam diri ditempat, menghela nafasnya sebab bingung dengan kelakuan istri dan anaknya yang seperti musuh bebuyutan.
......................
Berpindah tempat ke sebuah rumah megah didepan komplek Cempaka. Sekumpulan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan putranya itu tengah menikmati makan siang bersama. Prince yang sudah selesai, berniat pergi ke kamarnya kembali. Baru saja berdiri, dirinya diminta oleh kedua orangtuanya untuk duduk mengobrol. Ayah dan ibunya sedikit penasaran dan ingin tahu tentang perkembangan perkejaan putranya yang baru.
"Prince, duduk dulu. Kita mau bicara!" Ujar Utami padanya.
Prince akhirnya duduk kembali dan bertanya, "Soal apa Mih, Pih?"
"Tentang pekerjaanmu, kapan kamu akan mulai bekerja?" tanya Yahya padanya.
"Oh itu, kemungkinan Senin depan Prince akan bekerja, untuk saat ini Prince sedang mencari seseorang untuk bantu pekerjaan Prince nanti," jawabnya.
"Asisten untukmu?" Ibunya bertanya mamastikan.
"Iya Mih, tadi pagi Prince sudah meminta orang kantor untuk menyebarkan pengumumannya," jelasnya.
"Bagus itu, oh ya soal Mae...." Ibunya ingin bertanya tentang wanita calon istrinya itu, tapi Prince segera memotongnya.
"Soal itu, Prince kensel dulu Mih. Prince ke kamar dulu," pamitnya sambil beranjak.
Beralih ke sebuah kantor yang cukup besar di pusat kota Depok. Raka yang baru saja selesai makan siang, sedikit penasaran ketika melihat beberapa pegawai wanita mengerubungi papan mading kantor.
"Kalian sedang apa? Kagak lanjut kerja?" tanyanya pada mereka.
"Ini lho Rak, Bos baru lagi cari asisten cewek kata pengumuman itu," jawab salah satu pegawai di sana.
"Asisten cewek?" Tiba-tiba dirinya teringat dengan Mae, temannya. "Boleh cari orang baru gak? Kebetulan temen gue lagi butuh pekerjaan nih," tanyanya ingin tahu.
"Bawa aja formulir pendaftarannya, tuh ada di meja. Siapa tau temen lu cocok?" Suruh pegawai itu lagi.
"Ok, thanks ya infonya."
Pegawai tadi mengangguk-angguk, sedangkan Raka berjalan mengambil dua lembar kertas di meja sambil tersenyum senang.
Malam tak berasa, Mae yang masih dikurung di kamarnya, mulai stres ketika melihat banyaknya lowongan pekerjaan di ponselnya. Ia stres sebab bingung tak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria dirinya. Tadinya ia cukup senang setelah menemukan pekerjaan yang menurutnya cocok. Namun, saat dilihat lebih detail lagi, ternyata pekerjaan itu untuk seorang laki-laki. Merasa pusing, gadis ini akhirnya memilih memejamkan matanya sebentar.
Di Pos Ronda, Raka duduk menunggu Mae disana. Ia tersenyum lebar memandangi formulir serta brosur lowongan dari kantornya itu. Lelaki berwajah tak jelek dan tak tampan ini terus melihat ke arah dimana teman gadisnya akan muncul. Setengah jam menunggu, Raka mulai tak sabar dan memutuskan untuk datang ke rumahnya.
"Assalamualaikum E, Mae...!"
Markoneng yang sedang menonton Drakor favoritnya diruang tengah, mulai berdiri dan berjalan ke depan untuk menengok.
"Eh lu, cari Mae ya?" tanya Markoneng pada lelaki tinggi di halaman rumahnya.
"Iya Nyak, Mae ada?" tanyanya balik sambil celingukan ke dalam rumah.
"Ada noh di kamarnya. Lagi gue kurung," jawab Markoneng padanya.
"Kaya burung aja Nyak dikurung. Boleh minta panggilin kagak? Aye ada perlu nih," pinta Raka sambil terkekeh.
"Tunggu sini! Gue panggil dulu!" suruh Markoneng sedikit garang.
"Siap Nyak!" Raka berpose tegap dengan memberikan hormat padanya.
Markoneng kembali masuk untuk memanggil putrinya. Mae yang masih terpejam langsung terperanjat saat mendengar teriakkan ibunya.
"Mae, lu tidur ya? Noh diluar ada temen lu!"
Dengan sempoyongan, Mae membuka pintu kamarnya.
"Ada apa sih Nyak? Sapa yang nyariin?" tanyanya.
"Itu temen lu yang rambutnya licin kaya porselin, Nyak lupa namanye," jawab ibunya.
"Oh si Raka." Mae segera tahu siapa yang dimaksud oleh ibunya.
"Iya kali, sono dah samperin. Ada perlu ma lu katanye," jelas ibunya.
Mae mulai berjalan ke depan untuk menemui temannya itu. Saat sampai, Mae mendapati Raka tengah mengajak burung peliharaan Babeh Rojali mengobrol.
"Rung, kira-kira gadis di rumah ini bakal seneng kagak ye?" tanyanya pada burung di sangkar sambil memetikkan jarinya.
"Seneng kenape Rak?" Mae tiba-tiba menyela ucapannya.
Raka pun menengok ke belakang. "Eh Mae, ini barang yang lu minta," ucapnya sambil memberikan berkas ber amplop coklat padanya.
"Barang apaan? Mae kelihatan bingung. Jangan aneh-aneh lu ye," ucap Mae berbisik sambil mencoba mengembalikan amplop tersebut.
"Haduh, liat dulu isinya." Raka menggeleng sambil menunjuk agar amplop tersebut di buka olehnya.
Mae menurut untuk melihat isi amplop yang diterimanya itu.
"Brosur ma formulir lamaran?" tanyanya.
"Iye, jadi sekretaris bos baru di perusahaan gue tapi," jawabnya.
"Hah, sekretaris? Lu kagak salah Rak, penampilan kaya gini lu suruh ngelamar jadi sekretaris." Mae tampak tak yakin dengan dirinya sendiri.
"Kenapa emangnya? Lu kan cantik, punya bakat di bidang manejemen juga. Coba ajalah," suruhnya setelah memuji Mae.
"Oke deh, kapan nih wawancaranya?" tanyanya.
"Minggu besok, hari Senin jam 9. Tuh ada disitu keterangan lengkapnya," jawab Raka memberitahu.
"Oke lah, thanks ya," ucapnya.
"Iye, buat lu apa sih yang gak," kata Raka sedikit menggodanya.
Mae jadi bergidik seketika. "Idih, sono pulang dicariin Mak lu nanti," suruhnya.
"Haha, iya gue pulang. Inget ya jangan lupa!" ucap Raka mengingatkan.
"Iya iya, gue masuk juga ya." Mae ikut berpamitan.
"Oke. Selamat istirahat!" balas Raka sambil mengangkat tangannya. Mae mengangguk lalu berbalik masuk ke dalam rumahnya.
Sebelum kembali, Raka tersenyum senang karena Mae, temannya sekaligus gebetannya sedari SD itu akan melamar di perusahaannya bekerja.
"Yes, kalo lu lolos E gue jadi bisa mepet lu," ucapnya sambil berjalan mundur karena matanya masih memandangi rumah sang pujaan hati.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ney Maniez
sabarr ya raka,,, calon mengsad😂😂😂
2024-09-30
1
Ney Maniez
wahh punyaaa kemampuan knp gk dpkeee mae
2024-09-30
1
Ney Maniez
😂😂😂😂
2024-09-30
1