Episode 11

Suasana pagi yang cerah menghiasi komplek Cempaka yang tampak ramai. Beberapa orang ada yang berolahraga mengelilingi kompleks. Ada juga yang mulai aktivitas untuk bekerja dan belajar. Begitu pula dengan Mae yang sudah bekerja sekarang, namun sayangnya gadis ini masih terlelap dalam tidur hingga ibunya harus turun tangan untuk membangunkannya.

"Maeee lu belum bangun, astaga!" Teriak ibunya yang gregetan sambil menarik selimut milik putrinya.

"Apa sih Nyak, berisik amat. Ini masih jam 6 pagi Nyak," balas Mae yang masih setengah tidur.

"'Lu tuh ye, habis subuhan bukannya langsung siap-siap buat kerja malah molor lagi. Kagak baek Mae pamali, lu mau rejekinya di patok ayam," tegur ibunya menasehati.

"Haduh iye iye Nyak, Mae bangun." Dengan malas, gadis ini membangunkan setengah tubuhnya dan masih terduduk sambil terus menguap.

"Nah begitu, cepet sono! Hari pertama kerja lu kagak boleh telat," ujar ibunya menyuruhnya untuk bergegas.

"Hmm." Mae mengangguk. "Ya udah Nyak, Nyak keluar sono. Mae mau siap-siap!" usirnya sambil mengibaskan tangan ke arah ibunya.

Markoneng menurut dan pergi meninggalkan kamar putrinya sambil menggeleng-geleng. Ia benar-benar tak habis pikir bisa mempunyai anak sepertinya. Tapi ibu satu ini sekarang sedikit memiliki rasa senang dan bangga karena putrinya sudah bisa bekerja.

Melihat jam sudah pukul 7, Mae yang baru keluar dari kamar mandi segara bergegas memakai baju kerjanya. Ia cukup kesulitan memakai pakaian kerja ditambah rok span setengah lutut yang bisa memperlihatkan kaki pendeknya.

"Haish, susah bener dah. Nah udah siap," ucapnya senang.

Setelah selesai, Mae keluar dari kamarnya dan segera berpamitan pada kedua orangtuanya. Karena buru-buru, ia sampai tak sadar memakai sandal jepit bukan sepatu kerja.

"Nyak, Be, Mae pergi dulu!" Pamitnya keras sambil memakai alas kaki dengan asal.

"Tunggu E! Lu belum ganti sepatu!" Mendadak ibunya berteriak memberitahu sambil berlari keluar.

Mae yang sudah berlari tak mendengar teriakkan ibunya. Markoneng hanya bisa menghela nafas tak tahu apa yang terjadi pada putrinya nanti karena salah memakai alas kaki.

Gadis yang tampak cantik ini, berlari menuju halte bus di depan. Tanpa sadar ia hampir menabrak salah satu siswi yang sedang berjalan. Untung saja, Mae cepat mengerem kakinya sehingga tabrakan tak berhasil terjadi.

"Ya ampun, kak Mae. Siti ampe terkejut," celetuknya memegangi dadanya.

"Maaf Ti, gue lagi buru-buru," ucap Mae padanya.

"Kak Mae mau kemana buru-buru?" Siti bertanya penasaran.

"Kerja Ti, gue udah kerja sekarang. Jadi sekretaris," jawabnya.

"Iya? Alhamdulillah Siti ikut seneng kak. Tapi... Ngapa pake sendal jepit," ucap Siti sedikit bingung sambil mengarahkan pandangannya ke bawah.

"Sendal?" Mae yang tampak bingung, ikut mengarahkan matanya ke bawah lalu tertawa.

"Ha-ha-ha gue ampe lupa sepatuan. Gak apa lah pake sendal," ucapnya tersenyum.

Tin tin!

Suara klakson motor yang cukup nyaring berhasil membuat kedua gadis ini kompak menoleh.

"Pagi Mae!" Sapa pengemudi motor dengan senyuman manis di bibirnya.

"Halo Siti yang manis"! Sambung remaja pria yang di boncengnya dengan senyuman menggoda ke arah gadis remaja di samping Mae.

"Eh lu Rak," ucapnya senang. "Sapa tuh bocah yang bonceng lu sambil senyum-senyum?" tunjuk Mae bertanya karena penasaran.

"Ah ini Indro ponakan gue E," jawabnya memperkenalkan.

"Oh ternyata lu ponakan temen gue," celetuk Mae sedikit memukul pahanya dengan semangat.

Indro tampak sedikit terkekeh karena malu. Remaja putih ini lalu mendadak menepuk pelan pundak abangnya. "Bro Rak, gue bareng Siti aja," ujarnya.

Raka tersenyum senang. "Bocah pinter, ya udah cepet turun!" suruhnya. Indro dengan semangat turun dan menghampiri Siti, temannya. "Mae yuk berangkat bareng!" ajak Raka beralih pada sahabatnya.

"Ti, lu kagak ape gue tinggal?" tanya Mae sedikit menoleh ke arahnya.

Siti menggeleng terpaksa. Ia sebenarnya tak mau berangkat bersama Indro karena akan risih nantinya

"Ya dah, ayo Rak!" Mae segera naik ke motor temannya dan tak lama mereka melesat pergi meninggalkan dua bocah di halte bus.

"Duh berangkat bareng Siti, asyiknya," gumam Indro yang menahan senang. Saat dirinya menengok ke arah gadis pujaannya, Siti ternyata telah berjalan masuk ke bus membuat dirinya segera berlari menyusul.

"Ti tunggu gue!"

Siti menghiraukannya dan terus berjalan menuju tempat duduk di dalam bus.

...----------------...

Green Heaven Design

Prince telah sampai di ruangan kerjanya. Ia juga buru-buru ke kantor tadi hingga tak sempat memasang dasi miliknya. Pria berparas tampan ini, akhirnya kembali keluar untuk memanggil sekretaris barunya.

"Jumi, Mae sudah datang?" tanyanya.

Jumi yang merasa terpanggil segera berdiri. "Belum sepertinya Pak," jawabnya.

"Kalo dia datang, suruh temui langsung di ruangan saya. Saya tunggu!" Perintahnya lalu pergi kembali ke dalam.

"Baik Pak," jawab Jumi mengangguk.

10 menit kemudian, Mae dan Raka akhirnya tiba di kantor. Saat memasuki ruang kerja, Jumi segera memanggil Mae untuk memberitahu pesan atasannya.

"Mae, kamu di panggil Pak Prince ke ruangannya."

"Hah gue?" Mae tampak celingukan dan bingung.

"Iya cepat sana," suruh Jumi padanya.

"Oke deh." Mae mengangguk. "Rak, gue pergi dulu," pamitnya pada Raka.

"Eh lu pake sendal E?" Raka yang sadar sedikit terkejut.

"Hehe, maaf gue lupa. Gak apa kok," jawab Mae terkekeh sambil melesat pergi.

Raka menggeleng sebelum berjalan menuju meja kerja miliknya.

Di ruang kerja CEO, tampak Prince yang sedang duduk sambil menunggu kedatangan sekretarisnya. Tak lama pintu ruangannya di ketuk oleh seseorang.

Tok tok!

"Siapa?" tanya Prince dengan keras.

"Mae, Pak," jawabnya.

Mengetahui Mae yang datang, Prince segera membenarkan posisi duduknya. "Masuk!"

Mae yang malas, masuk ke dalam. "Ada apa ya Pak Princes?" tanyanya segera.

Prince mendadak berjalan ke arahnya dengan tatapan marah.

"Aduh gawat, gue salah sebut namanya lagi. Dia pasti tersinggung," batin Mae sedikit takut.

"Mae, sudah berapa kali ku bilang nama ku itu Prince kagak pake S!" tegur Prince dengan tatapan tajam.

"Hehe maaf, lidah gue emang suka keblabasan," ucap Mae terkekeh sambil sedikit menghindar.

"Ya sudah, cepat ambil dasi di sana dan pasangkan ke leher ku," perintahnya.

"Hah?" Mae menengok ke belakang. "Oh baik Pak." Ia lalu berjalan untuk mengambil dasi tersebut.

Mae kini mulai memasang dasi ke leher atasannya. Karena sudah belajar, ia dengan mudah membuat simpul dasi di lehernya. Tubuh Prince terasa tegang saat Mae mendekatkan wajahnya untuk membenarkan kerah belakang bajunya. Ia seketika teringat dengan kejadian waktu itu. Tanpa sadar ia menelan ludahnya sendiri dan melirik canggung ke arahnya.

"Sudah selesai Pak," ucap Mae memberitahu.

"Ehem." Prince berdehem sambil melonggarkan dasinya karena terasa terlalu kencang. Ok terima kasih, kamu boleh pergi sekarang.

Mae mengangguk-angguk dan berbalik untuk keluar ruangan. Baru beberapa langkah, ia tiba-tiba di panggil olehnya.

"Tunggu, ada apa dengan sepatumu?" tanya Prince menunjuk ke arah bawah tubuh Mae.

"Oh maaf Pak, saya lupa tadi buru-buru soalnya," jawabnya.

Prince menggeleng sambil menghela nafasnya. "Lain kali jangan di ulangi, kali ini aku maafkan karena kamu baru bekerja," ucapnya memaafkan.

"Alhamdulillah, siap Pak saya gak bakal lupa," ucap Mae berjanji.

Prince mengangguk ke arahnya. Mae lalu berjalan kembali untuk keluar ruangan.

Sesampainya di tempat kerja, Mae duduk untuk mempelajari cara kerja sekretaris yang di berikan Jumi barusan padanya. Ternyata saat gadis ini sedang membaca secara malas, orang-orang di kantor melihat ke arah kaki Mae yang memakai sendal. Mereka berpikir sekretaris baru CEO kurang cocok karena melanggar peraturan kantor yang mewajibkan karyawannya harus memakai sepatu.

Gadis ini tak memperdulikannya dan terus asyik pada dunianya sendiri. Mae terkenal dengan sebutan kulit tebal yang artinya keras terhadap kritikan orang-orang di sekitarnya. Mau orang lain berkata apa tentangnya, Mae tetaplah Mae yang apa adanya.

Raka yang sedari tadi memperhatikan, segera membuka laci bawah mejanya. Di sana terdapat sepatu cadangan miliknya dan berniat untuk diberikan kepada sahabatnya itu. Namun saat bangkit, Prince tiba-tiba datang menghampiri Mae dan membuat Raka mengurungkan niatnya.

_Mae, cepat siap-siap untuk ikut aku keluar," perintahnya tiba-tiba.

"Hah? Kemana Pak?" Mae terperanjat bangkit dengan wajah yang bingung.

"Sudah ikut saja ini soal pekerjaan, aku tunggu di bawah," jawabnya.

Mae pun segera membereskan meja dan pergi meninggalkan meja kerjanya. Saat hendak turun dari lift, Raka memanggilnya dan langsung menyodorkan sepatu kepadanya.

"Mae, pake ini kebetulan aku punya sepatu cadangan," ucapnya.

"Wah Rak, lu emang sahabat the best gue. Thanks ya." Mae merasa senang dan segera mengganti sepatunya.

Raka tersenyum mengangguk dan kembali lagi ke tempat kerjanya. Ia sangat senang bisa membantu sahabatnya itu. Saat di pos ronda tadi malam, pria ini sangat terkejut setelah tahu orang yang di jodohkan dengan Mae adalah Prince, teman TK nya. Karena Raka tak mau kalah, ia akan terus berjuang walau sahabatnya tak menyukai dirinya lebih dari sekedar teman.

Mae telah turun dan berjalan menemui Prince yang sedang menunggunya di dekat mobil. Raut wajah pria tampan ini seketika berubah kesal saat melihat sekretarisnya ternyata sudah memakai sepatu kets dengan senyum senang di wajahnya.

"Kita mau kemana Pak?" tanya Mae padanya.

Bukannya menjawab Prince malah bertanya tentang sepatu yang dipakai olehnya. "Dari mana asal sepatu itu?"

"Oh dari Raka, dia memang selalu pengertian," jawab Mae sedikit tersenyum.

"Owh." Prince tampak kesel mendengarnya. Apalagi ia sudah tahu jika Raka sedang mengajar sekretarisnya saat ini. Tak mau berlama-lama, Prince segera menyuruh Mae untuk masuk ke dalam mobil. Mobil pun melaju meninggalkan kantor entah kemana.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

ke mall ya, beli sepatu buat Mae 🤪

2024-09-02

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

ada yg cemburu 🤭

2024-09-02

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Nyantei amat mentang" punya tunangannya ye 🤣🤣

2024-09-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!