Makan siang yang enak dan gratis telah sirna sudah ke perut Mae. Kenyang rasanya hingga rasa kantuknya mulai datang kembali. Melihat tak ada pekerjaan yang harus di selesaikan, gadis ini memilih menyenderkan kepalanya ke meja untuk tidur. Prince sendiri telah di sibukkan kembali dengan pekerjaannya di ruangannya. Para karyawan yang telah selesai makan siang juga mulai bekerja kembali.
Tak berasa hari sudah mulai sore, jam tepat di pukul 17.00 WIB yang tandanya semua aktivitas kantor telah usai. Di meja sekretaris, Mae masih saja tertidur dengan pulasnya. Sementara Prince masih tetap bergelut dengan beberapa lembar dokumen yang harus ia cek untuk ditandatangani satu persatu.
Raka berdiri sambil melirik ke arah meja sahabatnya dan menggeleng. Saat hendak pergi untuk membangunkannya, salah seorang rekan tim menepuk pundaknya.
"Rak, nongkrong yok!" ajaknya.
Raka menoleh. "Lu aja lah sana, gue mau pulang ma Mae," tolaknya.
"Bro, si Mae aja masih molor tuh. Udah ikut gue, sekalian gue nebeng. Masalah Mae tuh urusan...." Yanto menunjuk ke ruangan Prince yang berarti Mae akan menjadi urusannya.
Raka terdiam untuk berpikir. Yanto yang tak sabaran segera menariknya. "Lama lu, ayo pergi!"
"Eh Mae...," Raka kembali teringat dengan Mae sahabatnya.
"Udah ayolah!" bujuk Yanto sambil menariknya kembali.
Raka menghela nafasnya pasrah walau dirinya tak ingin pergi sampai sahabatnya terbangun. "Ya ya!"
Prince yang masih berada di ruangannya, mulai melihat ke arah jam di tangannya. Tak berasa waktu cepat sekali berlalu, bahkan suasana kantor sedikit sunyi karena para pekerja telah pulang ke rumahnya. Prince akhirnya menyudahi pekerjaannya dan beranjak untuk keluar. Ia terkejut ketika melihat Mae masih berada di mejanya dan tengah tertidur. Lelaki ini tak langsung berlanjut pulang dan memilih untuk membangunkannya.
Tok tok !!!
Suara ketukan meja yang ia ketuk untuk membangunkan sekretarisnya.
Sedikit perlahan Mae membuka matanya dan mendongak sambil menggeliat.
"Hmm Princes," ucapnya dalam kantuk.
"Ya, ayo bangun. Kita pulang!" ajak Prince padanya.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya.
"Jam 7 malam," jawab Prince.
"Ha? Lama bener gue tidur," ucapnya heran. "Oh ya makasih untuk makan siangnya," lanjutnya karena teringat dengan sekotak makan siang gratis kirimannya.
Prince mengangguk. "Hmm sama-sama. Ayo pulang!" ajaknya lagi.
Mae mengangguk dan bangkit sambil membereskan barang-barangnya. Saat hendak meninggalkan kantor tiba-tiba suara benda jatuh mengejutkan mereka. Keduanya kompak menoleh dan terlihat seseorang yang sedang membereskan barang yang ditabraknya.
Gubrak !!!
Suara benda jatuh mengejutkan mereka berdua.
"Jumi?" Keduanya memanggil.
Karyawan mantan sekretaris ini terkekeh. Ia tak tahu jika masih ada orang di kantor. Jumi mendapatkan lembur untuk memindahkan beberapa barang ke gudang dan tersisa satu kardus yang cukup besar di sana. Ia tadi mencoba mengangkatnya namun tak kuat dan membuat dirinya terhuyung hingga menabrak barang di belakangnya.
"Lu belum pulang?" tanya Mae padanya.
"Belum, ku masih harus mindahin kardus ini ke gudang," jawab Jumi.
"Apa itu?" Mae bertanya lagi.
"Barang desain perusahaan kita yang mengalami kecacatan, tadi klien kita yang mengirimnya," jelasnya.
"Oh begitu, lu minta tolong pak Prince aja," tawar Mae menunjuk ke arah Prince yang diam.
"Aku?" Prince terkejut setelah menyadari dan langsung menunjuk dirinya.
"Ya lah kan bapak yang laki di sini," jawab Mae.
"Aduh emang tak apa ya? Jadi enak hehe eh tak enak hii," ucap Jumi yang merasa terbantu.
Prince tampak terdiam untuk berpikir sejenak. Di lihatnya ke arah kardus yang sepertinya cukup berat itu. Ia juga sedikit menelan ludahnya sendiri karena merasa tak mampu.
"Bapak masa tega biarin karyawan wanitanya ngangkat berat-berat. Bantuin gih!" sindir Mae padanya. Prince masih terdiam di tempat.
Merasa tak ada jawaban, Mae menyenggol lengannya sambil memanggil. "Pak Prince, oi!!"
Prince tersentak dan menoleh.
"Lu jangan bilang kagak kuat ngangkatnya makanya diem," tebak Mae langsung.
Prince terkejut kembali ia dengan cepat mengelaknya. "Tak, aku bisa bantu." Dengan yakin, ia berjalan menuju tempat Jumi berdiri.
"Beneran Pak? Terima kasih dan maaf ya," ucap Jumi senang setibanya Prince di tempatnya.
"Iya ke gudang kan?" Tanya Prince memastikan sambil mulai ancang-ancang untuk mengangkatnya. Ia sebenarnya merasa tak yakin dengan dirinya jika ia bisa mengangkat kardus di depannya.
"Ya Pak," jawab Jumi semangat.
Prince mulai mencoba mengangkat kardus tersebut dengan kekuatannya. Tampak dari wajahnya jika kardus tersebut sangatlah berat hingga membuatnya terlihat seperti sedang menahan kentut. Mae dan Jumi pun sedikit tertawa.
"Pak Prince, gue pulang bareng Jumi ya. Semangat haha!!" Pamit Mae padanya sambil setengah tertawa.
"Yuk Jum!" ajak Mae pada rekannya.
Jumi merapatkan telapak tangannya sambil berbisik pelan meminta maaf pada bosnya. Mae yang menahannya tawanya, menarik Jumi untuk pergi.
Prince yang ditinggal, menghela nafasnya dan setengah berteriak. "I-INI SUNGGUH BERAT!!!"
......................
Di minimarket terdekat. Setelah menyelesaikan tugas karyawannya, Prince tak langsung pulang. Ia berhenti di sana untuk membeli sesuatu.
Prince kini terduduk di kursi depan minimarket sambil menempelkan koyo ke lengan tangannya. Akibat mengangkat benda berat, tangannya terlihat memar. Raka yang hendak masuk ke minimarket, tak sengaja melihatnya. Lelaki dengan jaket hitam ini memanggilnya.
"Prince!"
Prince menoleh lalu kembali menempelkannya koyo lagi di bagian tubuh lainnya.
Raka mendekat karena penasaran dengan sesuatu yang di lakukan oleh bosnya di sana.
"Kenapa dengan tangan lu?" tanyanya saat sampai.
"Tak apa, cuma memar sedikit," jawabnya sambil memijat pelan lengannya.
"Ooo mana Mae? Lu gak bareng dia?" Tanya Raka lagi sambil celingukan.
Prince menggeleng. "Dia pulang bareng Jumi dan meninggalkan ku mengangkat barang retur sendirian ke gudang," tuturnya.
"Haha, lu lembek bener dah. Baru mindahin barang segitu aja langsung pegel-pegel," ledek Raka langsung.
Prince tersentak mendengarnya, ia lalu menatap tajam ke arah Raka. Lelaki ini segera meminta maaf setelah menyadari. "Sorry sorry, gue gak ada maksud."
"Hmm." Prince mengangguk mengerti.
"Prince, lu tuh calon suami sahabat gue jadi lu kudu kuat jangan letoy. Haha," ucapnya lagi sambil menepuk keras lengan Prince yang terlihat tak berotot. Lelaki cantik ini tampak meringis karena merasa sakit.
Prince kembali menatapnya membuat Raka memilih segera pamit takut terkena marah olehnya. "Kayanya mending gue pergi aja dah," pamitnya sambil berjalan mundur ke belakang untuk pergi.
"Tunggu!" cegah Prince.
Raka berhenti dan menoleh. Ia menatapnya bingung.
"Duduklah! Ada yang ingin ku tanyakan?" suruhnya.
Raka mengangguk-angguk dan berjalan kembali untuk duduk di sampingnya. "Jadi..., ada apa?" tanyanya ingin tahu.
"Kamu sudah mengenal Mae dari dulu kan?" Prince berbasa-basi.
Raka mengangguk. "Kamu pasti tau tipe cowok yang di sukainya seperti apa?" tebaknya.
"Ya ku tahu. Tapi..., maaf banget ya Prince, Mae kata lu bukan tipe nya. Tipe Mae tuh kudu berotot, kuat dan bela diri biar bisa jagain dia," jawab Raka sambil meminta maaf takut bosnya tersinggung.
"Owh, tapi kenapa Mae kagak milih lu. Ku lihat lu masuk tipenya?" tanyanya sambil melihat tubuh Raka.
"Ha-ha-ha. Raka mendadak tertawa. Gue ngaku gue suka sama sahabat gue tapi ia tak pernah nganggep gue lebih. Kita dah kaya saudara. Makanya lu kudu bisa jadi seperti tipenya," tuturnya.
"Caranya?" Prince bertanya lagi.
"Lu rajin olahraga aja," jawab Raka enteng.
"Ku tiap pagi jogging, masa sih gak ada ototnya?" Prince tampak heran.
"Gak percaya lu cek aja sendiri otot tipis lu, ingat! jogging aja kagak cukup," jawabnya. "Dah lah ku mau beli mie instan dulu," pamit Raka berdiri.
"Hmm, makasih Rak," ucapnya.
"Tak masalah, bye!" balas Raka yang lalu menghilang dari pandangannya.
Mae dan Jumi berpisah saat telah sampai di gang yang berbeda. Mereka ternyata belum sampai rumah karena sebelumnya mampir makan malam terlebih dahulu. Jumi mengajaknya makan dan kebetulan gadis ini mentraktirnya. Tentu saja Mae tak menolaknya. Sepertinya hari ia sedang beruntung karena mendapatkan makan gratis di mulai dari tadi makan siang hingga makan malam.
"Jum, thanks atas traktirannya. Kapan-kapan gantian ya," ucap Mae padanya.
Jumi mengangguk lalu melambaikan tangan padanya. "Hmm, sampai jumpa E!"
Mae membalas lambaian tangannya sambil tersenyum sebelum dirinya pergi kembali.
Prince yang telah sampai rumah, telah selesai membersihkan diri. Lelaki cantik ini mulai menyiapkan diri untuk tidur. Namun baru saja tubuhnya di rebahkan, ia mendadak teringat dengan ucapan Raka. Ia bangkit dan terduduk. Lalu tak lama ia berjalan ke arah cermin.
Saat tiba di depan cermin, Prince mencoba melepas bajunya. Di lihatnya otot-otot pada tubuhnya yang tampak kecil. Otot di bagian dadanya cukup sixpack namun terlihat masih kurang jika ingin masuk kriteria Mae.
"Astaga apa ini? Kecilnya." Prince tercengang sendiri saat melihat ototnya di cermin. Ia tak percaya otot di tubuhnya belum terbentuk sempurna.
"Tak bisa ku biarkan, ku harus olahraga," tekadnya.
Pada akhirnya, Prince tak tidur karena memang belum mengantuk. Ia memilih olahraga terlebih dahulu mulai dari push up, sit up dan olahraga pembentuk tubuh lainnya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ida Kitty
haish.. bneran lembek ya si prince. 🤭
2024-10-07
0
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
mangkanya harus lebih giat lagi...biar gk letoyy....🤣😂🤦🏻♀️😂🤣😂🤣
2024-10-02
0
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
haishhh ....dasar Mae.....tega banget dirimu padanya ....🤦🏻♀️🤣😂
2024-10-02
0