Episode 15

"Rapat ditunda dulu!" perintah Prince sambil menarik Mae keluar ruangan.

Semua karyawan tampak sedikit bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Jumi pada akhirnya merasa bersalah karena sudah merusak fokus Mae saat berkerja. Ia tak seharusnya meminta video itu saat rapat. Gadis berusia lebih tua satu tahun ini sedikit menundukkan kepalanya.

Prince menyeret Mae ke salah satu lorong sepi dekat ruangan rapat. Genggaman tangan lelaki ini sungguh kuat, Mae sendiri sampai merasa kesakitan.

"Prins lepasin gue, sakit!" pinta Mae padanya.

"Sekali lagi kamu panggil aku Princes, ku benar-benar memecat mu!" ancamnya keras sambil melepaskan tangan Mae dengan kasar. Emosinya menggebu-gebu tak beraturan. Kini semua karyawan tahu jika dirinya pernah jadi perempuan waktu kecil. Andai saja Mae tak menyebutkan nama Prince dengan tambahan S mungkin saja mereka tak akan tahu siapa anak laki-laki yang cantik di video itu.

"Gue minta maaf, mulut gue memang suka kebablasan. Tapi beneran gue gak sengaja buka video itu," ucapnya menyesal.

Prince yang kesal membuang mukanya sambil meredakan emosinya. Keduanya kini sama-sama terdiam untuk sesaat sampai pada akhirnya Mae tersadar akan sesuatu.

"Et, tunggu jadi itu beneran lu, putri gue waktu TK?" Mae tiba-tiba bertanya sambil mengembalikan badan Prince agar menghadap ke arahnya.

"Hmm." Singkat Prince yang masih kesal.

"Ah lu kemana aja coba? Gue kangen. Sepi rasanya waktu lu pergi." Tepuk Mae langsung ke bahu Prince.

"Bukannya itu bagus, aku jadi lolos dari kenakalan mu. Asal kamu tahu gara-gara video itu semua murid ngatain aku bencong karena kamu," ucap Prince sambil menepis tangannya.

Selama ini Prince masih saja teringat saat dirinya di tertawaan dan di ejek dahulu setelah perannya yang jadi putri di saat pentas sekolah.

"Asli gue minta maaf. Tapi itu panggilan, benar-benar panggilan khusus buat lu. Gue sebenernya jahilin lu karena gue pengen temenan ma lu. Lu itu beda dari anak cowok lainnya. Lu cantik, gue aja ngerasa kalah yang cewek. Kulit lu mulus, putih makanya gue suka goda lu Prins," tutur Mae panjang lebar tanpa sadar.

Prince kembali menatapnya. "Jadi maksudmu...?"

"Ya maksud gue.... ya begitu," ucapnya sedikit bingung.

Mae lalu terdiam setelah mengatakan isi hatinya. Ia bahkan tak mengerti dengan apa yang di ucapnya tadi. Jujur saja gadis ini cukup senang mengetahui bosnya adalah tema kecilnya dulu. Saat Raka mengatakan Prince adalah temennya, ia sedikit kurang yakin akan hal itu.

"Ehem. Permisi Pak Prins eh Pak Prin, rapat mau dilanjutkan atau tidak ya?" Tiba-tiba Jumi datang menyela mereka berdua.

Prince memejamkan matanya sekejap lalu menoleh. "Oke kita lanjutkan! titahnya." Jumi mengangguk mengerti.

"Dan kamu, jaga sikapmu!" tunjuknya ke arah Mae sebelum dirinya pergi meninggalkannya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Jumi kembali bersama Prince yang datang setelahnya. Sebelum melanjutkan rapatnya, pria ini melihat sebentar ke rekan lainnya yang sedang menunggu. Tampak raut kebingungan masih terlukis di wajah mereka semua.

Prince berdehem. "Ehem! Mari kita lanjutkan rapat ini! Maaf atas kesalahan tadi," ucapnya sedikit menunduk karena tak enak pada lainya yang menunggu.

"Pak Prin, video tadi bapak kah?" Pertanyaan tiba-tiba muncul dari salah seorang karyawan tim di sana.

Prince hanya membalasnya dengan senyuman terpaksa. "Sudah kita lanjutkan saja!"

"Baik Pak," ucap karyawan tersebut mengerti.

Jelang 5 menit, Mae datang kembali ke ruangan rapat dan duduk dengan rasa gelisah. Prince yang melihatnya sedikit melirik sambil melanjutkan penjelasan materi rapatnya. Satu jam telah usai dan rapat kini di bubarkan. Prince berjalan duluan meninggalkan ruang rapat tanpa sekretarisnya. Mae berpikir, Prince masih marah karenanya.

Jumi yang merasa bersalah hendak meminta maaf padanya. Namun Mae hanya menggeleng tanda dirinya tak apa. Mereka berdua lalu kembali melakukan tugasnya membersihkan sisa rapat dalam diam.

......................

Prince telah sampai di ruangannya. Ia duduk sambil melonggarkan dasinya yang terasa kencang dan sesak. Hatinya sedikit merasa kesal karena rapat yang ia persiapkan hampir saja kacau karena kecerobohan sekretarisnya itu. Ia sangat bersyukur rekan-rekan kerjanya tak menertawakannya dan menganggapnya sebagai pertunjukan kecil di masa lalu.

"Hampir saja kacau rapatku, untung bisa terselesaikan. Maksud dia apa tadi. Dia menggangguku karena hanya ingin dekat denganku kah? Heh!" Prince bergumam sambil berpikir.

Tiba-tiba dirinya teringat dengan ucapan Mae tadi yang mengatakan jika dirinya cantik dan bukanlah tampan. Prince yang penasaran beranjak dan berjalan mendekat ke cermin besar yang terletak di ruangannya. Ia berpikir Mae terlalu konyol karena menganggapnya lelaki cantik bahkan telah membuatnya menjadi malu di hadapan teman-temannya dulu.

Prince tertawa sambil menyentuh wajahnya. "Ha-ha memang konyol, tentu saja aku tampan masa iya cantik. Memang rada-rada tuh cewek."

Tok tok !

"Ha!" Tawa singkat keluar dari mulutnya lagi sebelum dirinya duduk kembali dan mengizinkan seseorang masuk menemui dirinya.

"Masuk!"

Karyawan berpenampilan tinggi cungkring masuk setelah di persilahkan.

"Oh Yanto, ada apa?" tanya Prince padanya.

"Anu Pak Prins," jawabnya tampak gugup hingga salah memanggil.

"Eh?" Prince menunjuknya langsung dengan tatapan tajam dan karyawan bernama Yanto itu menjadi lebih gugup karenanya.

"Maaf maaf Pak Prin, i-ini laporan yang bapak minta tadi." Yanto segera meminta maaf setelah menyadari sambil menunduk lalu memberikan sebuah dokumen padanya.

"Oh oke, terima kasih," ucapnya setelah menerima dan mengecek dokumen tersebut.

"Tolong perhatikan ucapanmu!" Prince memberikan peringatan kecil kepada karyawannya sambil mengembalikan dokumen yang sudah di ceknya.

"Baik Pak, saya minta maaf," jawab Yanto sedikit menunduk sambil menerima kembali dokumennya.

"Hmm. Kembalilah!" perintahnya.

Yanto berbalik untuk berjalan keluar sambil sedikit menepuk bibirnya karena salah memanggil. Saat hendak membuka pintu untuk keluar, Prince memanggilnya lagi karena ada sesuatu yang terlupakan.

"Yanto!"

"Ah i-iya Pak?" Yanto menoleh dan bertanya.

"Tolong panggilkan sektretaris ku kesini!" perintahnya lagi.

"Em.... sepertinya sekretaris bapak sedang tak ada di tempatnya. Mejanya kosong," jawab Yanto sambil tersenyum kecil.

"Ah begitu ya, jika kamu bertemu dengannya bilang di cari saya," ucapnya.

"Iya Pak, kalau begitu saya pergi," pamit Yanto.

"Ya," jawabnya singkat.

Mae memang sekarang sedang tak berada di mejanya. Gadis ini sepertinya sedang menenangkan pikirannya di suatu tempat. Tepat di taman dekat kantor, di sanalah Mae duduk termenung sambil menatap awan. Ia cukup merasa bersalah pada Prince karena sudah membuatnya pindah sekolah dulu. Niat Mae waktu itu hanya ingin berteman dengannya tapi malah membuatnya harus mendapatkan cemoohan dari teman-temannya. Ia tak mengerti kenapa dirinya dulu sangat tertarik untuk menjahili pria yang sekarang menjadi bosnya itu.

"Hufh!"

Sudah ke-lima kalinya gadis ini menarik nafasnya. Ia berpikir Prince pasti sangat marah padanya. Rapatnya hampir saja kacau karena dirinya. Mengapa dirinya tak berpikir untuk menunda mengirim video tersebut setelah rapat selesai saja sehingga kesalahan tak akan terjadi. Ia merasa menyesal sekarang.

"Sana berikan!" Senggol Raka pada Jumi yang membawa sebotol minuman dingin favorit Mae di tangannya. Jumi berniat meminta maaf sekali lagi padanya. Ia tentu saja merasa tak enak karena membuatnya dimarahi tadi.

"Iya iya Rak, lu ikut ya tapi," pintanya.

"Ha?" Raka langsung menoleh ke arahnya.

Jumi segera memasang wajah memelas agar lelaki yang sedang bersamanya mau membantu. Raka tentu saja tak ada pilihan lain selain ikut dengannya untuk menemaninya meminta maaf sekali lagi pada Mae.

"Mae!" Panggil Raka sementara Jumi tersenyum saat Mae menoleh.

"Oh Rak, Jum. Ada apa?" tanyanya.

"Kita cari lu lah, tiba-tiba aja hilang," jawab Raka menunjuk.

"Oh gue cuma pengen duduk di sini aja dulu cari angin," ucap Mae padanya.

"Oi Jum, ayo!" senggol Raka lagi pada wanita di sebelahnya. Jumi mengangguk.

"Mae!" Mae menoleh. "Ini untukmu. Ku minta maaf sekali lagi. Aku benar-benar salah tadi," ucap Jumi sambil memberikan minuman dingin padanya.

"Makasih. Tapi gue kagak marah kok ma lu lagipula gue juga salah," ucap Mae sedikit tersenyum.

"Lu baik-baik saja E, gue liat si Prince marah besar ma lu?" tanya Raka yang khawatir.

"Hmm gue tak apa," ucapnya mengangguk. "Princes patutlah marah, aibnya gak sengaja gue bongkar ya kan?" imbuhnya.

"Lagian lu berdua ngapa gak ngirim pas jam istirahat aja sih. Dan lu ngapain pengen liat gue kecil ha Jum?" Pertanyaan Raka berhasil membuat Jumi tak bisa menjawabnya.

"Anu itu....,"

"Dia naksir lu tuh Rak," potong Mae langsung.

Jumi terkejut. "Mae!!!"

Mae hanya terkekeh. "Hihi!"

Jumi yang malu langsung berjongkok sambil menutupi wajahnya.

"Ha?" Raka ikut terkejut mendengarnya. Ia sedikit menoleh ke Jumi yang sedang mengatasi rasa malunya di bawah. Mae sendiri sekarang merasa jauh lebih baik dan tertawa meledek karena terhibur dengan Jumi yang malu dan Raka yang terkejut.

"Woi Mae!" Panggilan tiba-tiba datang dari belakang Mae.

Mae menoleh. "Ya!"

"Lu dicariin Pak Prince noh," tutur karyawan yang tak lain adalah Yanto yang hendak keluar.

"Oke makasih, gue segera ke sana!" ucap Mae sedikit keras.

Gadis yang tak sedih lagi beranjak dari kursinya untuk berpamitan pada kedua temannya. "Kalian berdua, gue tinggal dulu ya. Bye!"

Sebelum pergi, Mae berjalan mendekat ke arah Jumi yang masih berjongkok.

"Udah jangan malu," bisiknya tersenyum sambil menepuk pelan pundak Jumi.

Mae berdiri. "Oh iya, lu juga Rak kagak usah kaget, pepet Jumi lah," imbuhnya sambil mengedipkan mata pada Raka lalu berjalan pergi.

Kini di taman tinggallah mereka berdua. Raka yang masih sedikit bingung mencoba menepuk pundak gadis di sebelahnya agar bangkit kembali sambil bertanya penasaran.

"Jum, Lu suka sama gue?"

Jumi terkejut dan diam kembali. Gadis ini tentu bingung untuk menjawabnya. Beberapa saat, ia menghela nafasnya pelan dan memberanikan diri untuk berdiri. Bukannya menjawab, Jumi malah makin gugup dan malu. Ia akhirnya berlari begitu saja untuk menghindar.

Raka yang masih berdiri, menatap kepergian rekannya yang lari secara tiba-tiba dengan bingung. "Lah malah kabur tuh bocah," gumamnya sambil menggaruk pelan kepalanya. Kini ia menjadi bingung sendiri dengan apa yang baru saja terjadi.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

kuat juga ....panggilan Mae princess.....nular ke yg lainnya ....latah ikut²an ..../Facepalm//Facepalm/

2024-09-20

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Gas keun Raka 🏃‍♀️

2024-09-19

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Cantik kayak aktor Korea ya 🤭

2024-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!