Episode 17

Suasana di Green Heaven Design sangatlah ramai pagi ini. Di mulai dari Jumi, seorang karyawan cantik mantan sekretaris yang baru saja datang dan langsung memanggil semuanya untuk berkumpul di satu meja. Sepertinya sesuatu berita heboh akan di bicarakan olehnya pagi ini.

"Guys, gue ada berita hot nih!" tutur Jumi membuat rekan-rekannya penasaran datang merapat ke mejanya.

"Berita apa Jum?" tanya Fani rekannya dengan semangat. Semuanya juga tampak ingin tahu tentang berita tersebut.

"Semalam..., gue gak sengaja liat si bos ma sekretarisnya pulang bareng," tuturnya setengah berbisik.

Semuanya tak langsung terkejut karena mengira itu hal yang biasa. "Ealah Jum, itu mah wajar kan mang tugas si Mae begitu," timpal Yanto. Rekan-rekan yang lain mengangguk setuju.

"Ish ku belum selesai Yan," ucapnya, "mereka bukan hanya pulang bareng tapi pas di mobil mereka.... begini." Jumi dengan pelan memberikan kode lewat jari di tangannya yang bersentuhan. Semua yang ada disana kompak terkejut, bahkan ada yang sampai menutup mulutnya.

"Apa???"

"Hmm sepertinya mereka berdua ada sesuatunya," ujar Jumi mengartikan.

"Eh eh mending kita tanya Raka aja, dia kan temen si Mae, sapa tau dia mau bagi info," saran Fani sedikit mengangkat satu alisnya.

"Tapi mana Raka, belum datang ya?" Yanto celingukan mencari.

"Eh itu dia," tunjuk beberapa karyawan ke arah pintu kantor.

"Jum, lu aja yang tanya." Fani menyarankan kembali dan semuanya setuju.

Jumi yang terkejut refleks menunjuk dirinya sendiri sambil memandang semuanya. Karyawan yang ada disana kompak mengangguk-angguk. Jumi merasa terbebani, pasalnya dia masih malu dengan Raka terkait kejadian kemarin di taman.

"Em Rak!" Jumi memanggil.

Raka yang ingin duduk menoleh.

"Lu tau tidak ada hubungan apa Mae ma Pak Prince?" tanyanya.

Raka mengangkat bahunya dan menjawab. "Mana ku tahu, itu bukan urusanku. Lebih baik kalian bubar, tengok jam bos segera datang," suruhnya.

"Yah lu gak asyik Rak," sorak beberapa karyawan yang merasa kecewa karena tak mendapatkan informasi darinya.

Raka memilih mengabaikan mereka dan duduk untuk memulai pekerjaannya.

Saat semua karyawan masih berkumpul dan berbisik, Mae mendadak mengejutkan mereka dengan suaranya.

"Kalian lagi pada ngapain ha?"

Jumi menoleh dan sedikit terkejut, "Mae?" matanya lalu beralih ke belakang Mae. Prince juga datang setelahnya membuat semuanya tampak gugup. "Se-selamat pagi Pak!" sapa mereka semua.

Prince tersenyum tipis dan sedikit mengangguk sambil berjalan ke ruangannya.

Mae yang hendak duduk mendadak di hentikan oleh Jumi. "Tunggu, Mae!"

Mae menatap ke arah teman yang memanggil. Tampak wanita berambut pendek sebahu ini sedang berpikir sejenak.

"Apa?" Mae bertanya.

"Lu datang, lalu Pak Prince mendadak juga datang setelahnya. Jangan-jangan kalian.... berangkat bareng ya," tebak Jumi sedikit menggodanya setelah berhasil berpikir.

Mae terkejut mendengarnya. "Ha?"

Ehem !!!

Prince mendadak muncul kembali dengan deheman kerasnya mengejutkan seisi kantor yang masih saja bergerombol untuk gosip pagi.

"Mae datang ke ruangan ku dan kalian harap kembali ke tempatnya masing-masing!"

Semuanya secara cepat langsung bubar dan kembali ke meja masing-masing. Sementara Mae pergi menemui Prince di ruangannya.

"Sudah ku duga pasti ada sesuatu diantara mereka," gumam Jumi yang masih penasaran.

"Aha, gue intip mereka aja ah sambil sekalian ngasih laporan gue," putusnya sambil cengar-cengir dan mencari dokumennya di laci.

Raka sedikit melirik ke arah Jumi yang sedang sibuk berpikir. Ia hanya menggeleng lalu kembali fokus ke komputernya kembali.

Di ruangan CEO.

"Ada apa Pak Princes, ada tugas?" Tanya Mae setelah tiba dengan malas.

Prince tampak sedikit memasang wajah kesal mendengar Mae salah memanggil lagi. Namun itu hanya di sengaja olehnya.

Mae yang sadar segera meminta maaf. "Astaga maaf," ucapnya.

"Tak apa aku suka kok," jawabnya sambil tersenyum manis padanya.

Mae terkejut mendengarnya, tak biasanya Prince senang dengan panggilan itu. "Ha? lu sakit ya, gak marah gue panggil Princes?" tanyanya.

"Em.... tak." Prince menggeleng-geleng.

Mae tentu saja tak percaya. "Ah masa, lu dari tadi aneh, pasti ada yang kagak beres." Ia mendekat dan mengarahkan satu tangannya untuk mengecek dahi Prince. "Kagak panas?" herannya.

"Kan sudah ku bilang, ku tak apa," jawabnya sambil memegang tangan Mae dengan lembut di dahinya sambil tersenyum.

Jantung Mae kembali di buat bergetar karenanya. Ia bahkan terhanyut dan tak sadar membalas senyumannya. Saat sadar Mae segera melepas tangannya.

"Jika bapak baik-baik saja, aye balik ya," pamitnya cepat.

"Tunggu E!" Prince segera menarik kuat tangan Mae hingga gadis itu berakhir jatuh ke dalam pelukannya. Di saat itu juga, Jumi yang mau menyerahkan laporan miliknya, tanpa aba-aba langsung membuka pintu ruangan CEO.

"Pak Prince, ini laporan...." Mata Jumi melebar karena melihat pemandangan romantis di depannya.

"Astaga, maaf Pak menganggu," ucap Jumi yang segera berbalik sambil tersenyum.

Mae segera melepas pelukan Prince dan membenarkan penampilannya yang sedikit berantakan. Begitu Prince yang juga segera berdiri tegak sambil merapikan dasinya yang miring.

"Ada apa?" tanyanya pada Jumi.

"Aye pamit Pak," ucap Mae yang segera berlari keluar melewati Jumi dengan malu.

......................

Di balkon gedung kantor, Raka dan Jumi sedang berbicara di sana sekarang. Melihat Jumi terus-terusan kepo (penasaran) dengan hubungan Mae dan Prince, membuat lelaki ini tak tahan. Ia akhirnya menyuruh Jumi untuk ikut dengannya ke sana saat setelah selesai keluar dari ruangan Prince tadi.

"Jum, lu bisa gak sih jangan kepo ma Mae dan Prince!"

"Gimana kagak tambah kepo Rak, gue liat mereka berdua pelukan tadi di ruangannya. Jujur lu tau kan tentang mereka?"

"Ya gue tau, mereka berdua sebenarnya di jodohkan ma orang tua mereka. Seperti yang lu liat Prince sepertinya mulai tertarik ma Mae."

Jumi mendekat. "Ha? Beneran Rak?" Raka mengangguk. "Wah!" Setelah tau kebenarannya ia menutup mulutnya tak percaya.

"Tapi lu janji jangan bilang ini ke siapa-siapa," peringat Raka sambil menunjuk padanya

"Hmm." Jumi mengangguk-angguk lalu terdiam. "Oh ku baru ingat jadi ini Bu Utami nyuruh gue buat rekrut si Mae aja biar jadi sekretaris anaknya," gumamnya.

"Jum!" panggil Raka karena melamun.

"Ya Rak." Jumi tersentak.

"Lu.... beneran ya suka ma gue?" Raka kembali bertanya soal itu dan Jumi kembali menghindarinya.

"Ha? Itu.... Gue balik dulu masih ada kerjaan, bye!"

"Eeh Jum, tunggu! Jawab dulu!" Raka berteriak memanggil, namun Jumi telah menghilang dengan secepat kilat karena masih malu menghadapinya.

"Dia malu tuh!" Tiba-tiba Mae muncul entah dari mana sambil melempar sebotol minuman dingin padanya.

"Kalian tadi bahas apa?" Lanjutnya bertanya.

"Tak ada, lu ngapain ke sini? Nanti di cariin ma Prince," jawab Raka bertanya balik.

"Gue lagi menghindar darinya," ucapnya.

"Kenapa?" Raka penasaran.

"Lu tau kemarin kan kita makan bareng ma orang tua kita ya, dia bikin kaget gue dengan bilang kalau dia setuju di jodohkan. Mana orang tua gue ma dia seneng banget lagi dengernya," tuturnya bercerita.

"Lah bukannya bagus E," ucap Raka menoleh. Mae menggeleng tak setuju. "Gini gue tanya ma lu." Ia memfokuskan dirinya. "Lu seneng kagak lu di jodohkan ma dia?"

"Seneng kagak seneng Rak. Masalahnya satu, Princes bukan tipe gue," jawabnya. Mae lalu membuka tutup botol minumannya untuk ia minum.

"Terus tipe lu yang kaya gimana? Kaya gue?" tanya Raka lagi sambil menunjuk dirinya.

"Ya tapi lu gak termasuk ya, lu temen rasa saudara bagi gue," jawabnya dan Raka mengerti itu. "Tipe gue tuh yang tubuhnya berotot, kuat gitu kagak lembek kaya Princes," lanjutnya.

"Prince lembek? Masa?" Raka tak percaya begitu saja.

"Hmm." Mae mengangguk.

Raka menggeleng tak percaya. Ia tak yakin jika Prince memiliki tubuh yang lemah seperti yang di katakan Mae tadi. Sambil meminum jus botolnya, lelaki ini berpikir sesuatu. Sedangkan Mae, menatap ke depan melihat pemandangan sekeliling.

Tubuh Prince yang mulus, bersih serta wajah yang cantik membuat Mae yakin jika lelaki ini bukanlah tipenya. Ia kini memutuskan untuk mencari pangeran yang benar-benar pangeran untuk dirinya yang sesuai dengan kriterianya.

Siang ini, Prince keluar dari ruangannya dan keluar kantor tanpa Mae. Entah mau pergi kemana pria berparas cantik ini. Ia turun dari lift menuju ke parkiran membawa mobilnya ke luar.

Tak lama, mobil berhenti di salah satu tempat makan cepat saji. Sepertinya Prince akan membeli makan siang di sana. Saat masuk dan memesan, ia teringat dengan Mae. Melihat jam hampir menuju makan siang, ia berinisiatif membelikan beberapa makanan untuknya juga. Prince membeli burger, kentang goreng serta minuman masing-masing dua. Setelah itu ia kembali lagi menuju kantor.

Setibanya di kantor, ia keluar dan naik ke lift lagi menuju tempat kerjanya. Di sana suasana sudah mulai sepi, sepertinya beberapa karyawan sudah keluar untuk makan siang. Prince mengerti dan berjalan menuju ruangannya. Ia tak lupa menaruh barang yang baru di belinya ke meja Mae yang kosong.

Selang beberapa menit, Mae baru tiba untuk mengambil dompet dan berniat makan siang bersama Raka. Saat sampai, ia dikejutkan dengan hadirnya bingkisan di mejanya. Mae duduk dan mencoba membukanya. Gadis ini cukup terkejut karena itu berisi makanan.

Teleponnya berbunyi tanda Raka menelpon karena lama menunggunya. Mae menjawab panggilannya.

"Halo Rak!"

"E, lu lama bener jadi tak?" tanya Raka di seberang sana.

"Maaf Rak, gue sepertinya gak jadi makan siang. Lu duluan aja," jawab Mae menyuruhnya.

"Yee, ya udah gue tutup," ucap Raka yang tampak sedikit kecewa.

"Hmm." Mae menutup teleponnya kembali dan meletakkannya di meja. Ia kembali berpikir tentang pengirim makanan tersebut.

Mae kembali fokus pada makanan yang tak tahu asal usulnya itu. "Dari siapa?" Terlihat ada secarik kertas kecil terselip di dalamnya. Ia mengambilnya. Kertas tersebut bertuliskan nama pemberi makanan tersebut. "Dari Prince, pangeranmu"

"Ha dari Princes? Tumben banget." Mae terkejut dan langsung menatap ke arah ruang Prince. Karena lapar, Mae pun segera membuka makanan kirimannya.

Prince yang penasaran mencoba mengintip ke arah luar jendela. Senyumnya mengambang di kala melihat Mae yang tanpa enggan menamakan makanan pemberiannya.

"Yes!!!" Girang Prince tak terkendali.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

yeeee...sampe segitunya....cuma hal sepele ....makanan yg di beli terus di makannya.......meletup letup wae tuh hatinya ....eceng berhamburan...kyk pop corn dlm microwave ....beda kalo orang yg lagi di serang eceng mah ....perhatiannya di respon baik.... girangnya kek dpt undian ....🤣🤣🤣

2024-09-27

0

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦

wouww pas banget timenya ......tambah yakin aja tuuh Jumi dgn praduganya....lagian emang ada apa²nya di antar Prince dan E.....🤭🤭

2024-09-27

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Prince itu perutnya keren loh E,kayak roti sobek noh 🤣

2024-09-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!