Pangeran Untuk Mae
"Maeee jangan lari lu, berhenti! Seorang ibu-ibu tengah berlari mengejar seorang gadis yang di duga telah mencuri buah mangga miliknya. Gadis nakal ini masih tetap berlari walau ibu-ibu tadi telah meneriakinya.
"Dasar bangor banget jadi gadis!"
"Sini lu kembaliin mangga gue!" Karena gemas, ibu yang bernama Mpok Ijah ini memilih melepaskan sandalnya untuk di lempar ke arahnya. Sangat disayangkan lemparan tersebut berhasil di halau oleh gadis nakal ini. Hal itu membuat Mpok Ijah, pemilik pohon mangga yang tak rela buahnya diambil semakin emosi di buatnya.
"Wee gak kena, pelit amat Mpok! Mangga 2 ja!" Teriak Mae sambil sedikit meledek.
Tak puas dengan satu sandal saja, Mpok Ijah pun melepaskan satu sandalnya lagi. Melihat itu, gadis nakal dengan rambut ikat satu ini kembali berlari.
"Maeee gue aduin ke babe lu ya!" Teriak Mpok Ijah yang geram sambil menunjuk penuh emosi.
Ya gadis nakal itu namanya Mae singkatnya Maemunah aja. Umurnya baru 25 tahun ini dan memiliki tingkah yang sulit di atur. Dia terkenal sebagai biang kerok kegaduhan di Komplek Cempaka, tempat ia tinggal. Hari ini bukan hanya soal nyolong mangga saja tapi ia telah merusak dagangan milik orang serta membuatnya terjatuh dari motornya. Diketahui saat aksinya mencuri mangga tadi, gadis ini menggunakan cara melempar batu agar buah yang diinginkannya bisa di dapat. Satu kali lemparan, meleset hingga mengenai tukang sayur yang sedang berjualan menggunakan sepeda motor. Tukang sayur terkejut, hingga jatuh menimpanya. Dua tiga kali akhirnya buah berhasil di jatuhkan dan di saat itu juga pemilik rumah keluar karena mendengar suara. Mae pun panik dan segera berlari hingga berhasil meloloskan diri.
"Kemana bocah itu, awas aja kalo ketemu!" Mpok Ijah celingukan ke sekeliling dengan wajah yang memerah. Karena tak berhasil menemukan si Mae, wanita dengan roll di rambutnya pun pergi untuk mengadu ke Babe Rojali, ayah Mae.
"Akhirnya lolos juga, emang ya si Mpok Ijah pelit amat, gue ambil 2 mangga ja sampai segitunya." Merasa aman Mae pun keluar dari balik tong sambil menggerutu.
"Ah pulang lah. Eh ini 2 mangga enak nih kalo di rujak lagi panas begini. Pasti seger." Senyum jahil mengambang di bibirnya sambil berjalan memainkan 2 mangga yang berhasil di dapatnya.
Keadaan di rumah sangatlah kacau, lantaran beberapa warga sudah datang untuk mengadu. Mereka semua protes atas kekacauan yang di lakukan oleh Maemunah. Babe Rojali selaku ayah Mae hanya bisa menatap ke arah istrinya, Markoneng. Mereka berdua bingung dengan situasi yang terjadi.
"Gimana beh, aye bingung?" bisiknya pada sang suami.
"Mpok Koneng, tolong pertanggungjawabannya dong, mangga saya di curi lagi ma anak situ!" adu Mpok Ijah langsung setelah sampai sambil menunjuk ke arahnya.
"Saya juga Be Jali, saya minta ganti rugi. Lihat tubuh saya memar, dagangan rusak parah gara-gara si Mae," sambung lelaki paruh baya yang ikut mengadu sambil menunjukkan beberapa luka di lengannya dan sayuran yang telah tak terbentuk lagi.
"Ya salam, si Mae bener-bener dah." Markoneng serasa ingin pingsan mendengar aduan para tetangganya tentang anaknya.
"Tenang ibu-ibu, bapak-bapak kami akan ganti rugi. Pak Sarto minta ganti rugi berapa ya?" Babeh Rojali berusaha menenangkan para tetangganya dan menayangkan uang kompensasi pada mereka.
"500 ribu, gak banyak Be," jawabnya.
"Oh baik-baik." Babe Rojali yang mengerti langsung mengeluarkan 5 lembar uang merah dari dompetnya dan memberikan uang tersebut padanya.
"Mpok Ijah?" Babe Rojali beralih ke wanita berdaster dengan roll di rambutnya sambil tersenyum kaku.
"Gue 100 ribu," jawabnya ketus.
Dengan wajah sedikit tak ikhlas, lelaki berbaju merah khas si Pitung ini akhirnya memberikan uang merahnya lagi pada satu warga lagi.
"Makasih Beh, saya pamit," ucap Pak Sarto yang kemudian pergi.
"Mpok Koneng, tolong kasih tau si Mae jangan suka nyolong dan bikin onar. Kalo bisa si Mae di suruh kawin ja," tutur Mpok Ijah sebelum pergi.
"Iya Mpok, Mae nanti saya kasih pelajaran. Maaf ya Mpok atas kesalahan si Mae," ucap Markoneng padanya.
"Ya." Singkat Mpok Ijah yang akhirnya pergi meninggalkan sepasang suami istri yang terlihat sangat pasrah.
Babe Rojali dan Nyak Markoneng kompak menggeleng mengingat kelakuan anak gadisnya yang tak terkendali. Selalu membuat masalah dan naik darah orang tuanya. Bukan kali ini saja kejadian itu terjadi, tapi sudah berkali-kali beberapa tetangganya datang untuk meminta ganti rugi. Babe Rojali mengelus pundak istrinya untuk menahan amarah yang bisa terlihat dari raut wajahnya.
Mae akhirnya sampai di rumahnya dan masuk menyelonong lewat pintu belakang rumahnya. Saat melihat kedua orang tuanya, gadis ini hanya tersenyum senang sambil memperlihatkan dua buah mangga di tangannya.
"Nyak, Babe ngerujak yok. Mae punya dua mangga seger ini," tawarnya langsung dengan wajah yang ceria tanpa dosa.
"Mangga hasil nyolong kan?" Tebak ibunya segera sambil memasang wajah marahnya.
"Eh Nyak kok tau, Nyak jadi paranormal ya bisa ngeramal gitu," jawabnya senang sambil bercanda.
"Paranormal pala lu, Mpok Ijah tadi ngadu gara-gara mangga punyanya, lu ambil Mae," jelas ibunya dengan geram.
"Oh, Mpok rempong beneran ngadu ternyata," ucap Mae mengangguk-angguk.
"Mae!" Bentak ibunya langsung membuat Mae terkejut.
"Apa sih Nyak? Kalo mau rujaknya ya tunggu," protesnya.
"Babe! Ah kesel gue lama-lama." Merkoneng menatap wajah suaminya.
Babe Rojali mengangguk mengerti dan membiarkan istrinya menenangkan diri. Mae Mae, sini dah duduk dulu! suruhnya pelan.
Mae yang tak mempunyai rasa bersalah, mengangguk menurut untuk duduk di dekat orang tuanya.
"Apa Be?" tanyanya sambil meletakkan dua mangganya di meja.
"Mae, lu kan anak gadis. Jaga sikap lu lah, babe ma nyak lu dah capek tiap hari dengar omelan tetangga," terang Babe Rojali padanya.
"Lu cari kerja sono, jangan keluyuran mulu kagak jelas kerjaannya cari masalah mulu. Nyesel gue ngeluarin lu Mae," sambar Markoneng sambil menunjuk ke arah putrinya.
"Ih Nyak kok gitu, dulu juga Nyak nakal kaya Mae," balas Mae yang kesal.
"Eh kata sapa lu!" Markoneng mengelak.
"Babe. Ya kan Be?" jawabnya sambil menatap ayahnya.
Babe Rojali langsung gelagapan tak bisa bicara ditambah dengan tatapan tajam sang istri yang tertuju padanya.
"Bener Be?" tanyanya tegas.
Suaminya menggeleng untuk menyangkalnya. Markoneng melengos karena tahu jika suaminya berbohong. Ibunya kembali beralih ke putrinya lagi.
"Mae, lu kagak pengen apa kerja kaya temen-temen lu. Semuanya dah pada sukses dan berkeluarga, masa anak gadis nyak masih begini aje bentukannya," ucap ibunya yang terlihat tak kuat melihat putrinya saat ini.
"Maksud Nyak ape ye?" Mae yang merasa tersinggung langsung menatap ke arah ibunya.
"Nyak lu tuh khawatir, babeh juga. Kita berdua itu takut lu gak laku Mae, liat penampilan lu arukan begini mana ada yang mau," jawab Babe mengambil alih.
"Oh.... Nyak, Babe tenang aja ikuti ja arusnya nanti juga dateng sendiri. Udah ah Mae ngelutis dulu," pamitnya sambil membawa mangganya kembali ke dapur.
Kedua orang tua ini hanya bisa mendesah melihat anak gadis itu yang sangat santai tanpa memikirkan masa depannya.
...----------------...
Malam hari tiba, kegiatan malam ronda yang harusnya di lakukan oleh sang ayah, justru Mae lah yang menggantikan tugasnya. Ini bukan permintaan dari Babe Rojali melainkan Mae sendiri lah yang menawarkan diri. Kedua orang tuanya jelas melarang itu karena tak baik anak gadis untuk keluar malam-malam.
"Nyak, boleh lah Mae ja yang gantiin Babe ronda." Mae berusaha membujuk ibunya lagi.
"Gak! Lu itu anak gadis apa kata tetangga nanti," tolak ibunya tegas.
"Ah Nyak, itung-itung bantuin Babe lah, liat tuh Babe kayaknya pusing banget itu," jawab Mae sambil menunjuk kearah ayahnya yang terlihat sedang menghitung sesuatu di dalam dompetnya.
"Udeh biarin si Mae aja yang ronda. Babe pusing ini gara-gara ganti rugi terus, duit kita berkurang banyak," ucap Babe Rojali pada istrinya.
"Dasar lu Mae nyusahin aja, dah sana ronda! Tapi inget sebelum jam satu lu harus dah pulang," peringat Markoneng pada putrinya.
"Siap komandan!" Mae yang senang langsung memberikan sikap hormat sebelum dirinya pergi. "Be, pusing ya pasti gara-gara aye?" bertanya Mae pada ayahnya.
"Sadar diri lu," jawab sang ayah yang masih menghitung sisa uang miliknya.
"Kalo gak mau pusing, cariin Mae jodoh lah!" ucap asal putrinya membuat ayahnya berhenti menghitung.
"Emang lu mau babe jodohin?" tanyanya.
"Ha-ha-ha, ya kagak lah. Lagian kagak bakal ada yang mau." Mae tertawa keras.
Raut wajah ayahnya langsung berubah suram, putrinya ternyata cuma bercanda saja dengannya. "Kirain, dah lah babe istirahat dulu!"
"Ya udah, kalo gitu Mae berangkat," pamitnya masih dengan menahan tawanya.
Babe Rojali yang masih terjaga, mengatakan sesuatu pada istrinya sebelum tidur. Saat di kamar mandi tadi, mendadak babeh Rojali memliki sebuah ide untuk kebaikan anak gadisnya. Nyak Koneng setuju-setuju saja dengan ide suaminya yang berniat mencarikan suami untuk anaknya. Setelah mengutarakan idenya, Babeh Rojali mengajak istrinya untuk tidur tanpa mengkhawatirkan anak gadisnya yang sedang berada di luar malam-malam.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Om Rudi
Awal yg Om suka. berkarakter dengan latar kearifan lokal
2024-10-24
1
Om Rudi
bagus, masih ada ronda
2024-10-24
0
Om Rudi
Betawi banget bahasanya
2024-10-24
1