Episode 2

Jam sudah menunjukkan dini hari, masa ronda akhirnya usai. Mae berjalan pulang bersama kedua teman laki-lakinya Bayu dan Raka. Salah satu dari mereka yang bernama Bayu telah berkeluarga sementara Raka, ia masih lajang dan bekerja di perusahaan interior. Ketiganya berjalan sambil bercanda gurau menelusuri daerah kompleks yang sudah sepi. Awalnya Mae ingin pulang sendiri, namun kedua teman lakinya terlalu khawatir padanya. Sambil pulang mereka bertiga tetap waspada untuk memeriksa keadaan sekitar karena takut ada makhluk hitam yang berkeliaran alias maling.

"Mae, lu seneng bener kalo gantiin Babe lu ngeronda perasaan?" tanya Bayu tiba-tiba.

"Seneng lah, gue tuh suka ma pemandangan malam begini tau. Lagian kalian berdua ngapain pake acara nganterin segala?" tunjuk Mae ke arah mereka berdua.

"Haish kita itu khawatir ma lu E, bagaimana pun lu itu seorang gadis. Kalo di jalan ada apa-apa gimana, kita juga yang bakal di salahi ma Babeh lu," jawab Raka sambil menunjuk kearahnya.

"Hey, gue ini Mae si pemberani, pinter bela diri juga, jadi aman lah," ucapnya menyombongkan diri

"Terserah lu Mae, kita pulang dulu!" ucap Raka memberi kode ke arah Bayu sambil berpamitan.

"Lah kata nganterin." Mae seketika tak mengerti.

"Liat kita dah sampai mana?" Tunjuk Bayu memberitahu.

"Oh rumah gue ternyata, ya udah bye," jawab Mae terkekeh sambil melambaikan tangan pada kedua temannya.

Melihat teman perempuannya sudah masuk, kedua laki-laki ini berbalik sambil tertawa dan menggeleng karena heran dengan tingkahnya.

Di sebuah kamar bergaya metalik, di sanalah seorang gadis langsung terlelap dalam tidurnya seperti orang pingsan. Ya setibanya di kamar, gadis ini langsung ambruk ke kasur tanpa berganti pakaian atau pun bersih-bersih terlebih dahulu. Inilah Mae, gadis nakal yang tak peduli dengan dirinya sendiri.

...----------------...

Kukuruyuk.....

Penampakan gadis dengan garis pulau di tepi pipinya masih terlelap tak peduli cuaca sudah mulai siang. Mae tentu saja belum bangun di jam yang sudah menunjukkan pukul 9 ini. Sementara di luar ayah dan ibunya sudah rapi dengan baju batiknya telah hafal dengan kelakuan anak gadisnya itu. Setiap pagi ibunya harus turun tangan untuk membangunkan putrinya yang masih molor.

"Maeee, bangun dah siang, lu saudara kebo apa, cuaca dah panas gini masih molor aja!" teriak ibunya tepat di kuping.

Merasa terganggu, Mae segera menutupi telinganya dengan bantal. Tak lama kemudian, ia perlahan membuka matanya yang masih terasa susah untuk di buka. Sambil mengucek kedua matanya, Mae membalas ucapan ibunya. "Apaan sih Nyak? Mae capek jangan ganggu ah."

"Emang lu pulang jam berapa hah?" Ibunya bertanya.

"Jam berapa ya Mae lu Nyak. Hoam," jawabnya tak ingat sambil menguap.

"Nyak kagak mau tau, lu kudu bangun. Mak sama Babe mau ngomong. Penting!" tegasnya.

"Iya 5 menit lagi," balas Mae sambil mengangkat ke-lima jarinya.

Matanya kembali terpejam saat ibunya sudah keluar dari kamarnya. Semenit terlewatkan akhirnya gadis ini tersadar. Dengan perasaan malas, ia beranjak untuk keluar menghampiri kedua orang tuanya.

"Ada apa Be?" tanyanya setelah tiba.

"Duduk sini, eh lu kagak cuci muka dulu?" suruh ibunya sambil bertanya.

"Hah? Mae terlihat bingung. Oh kagak usah habis ini juga Mae mau tidur lagi," jawabnya.

"Maee, lu ini gadis apaan hah, bener kata Mpok Ijah lu kayaknya kudu di cariin jodoh biar lu bisa berubah," ucap Markoneng langsung.

"Babe juga setuju, gara-gara ucapan lu semalam. Babe jadi punya ide buat cariin lu jodoh," sambung Rojali.

"Hah? Kalian berdua mau nyariin Mae jodoh?" tanyanya.

Kedua orang tuanya kompak mengangguk dan Mae pun segera melepaskan tawanya.

"Ha-ha-ha, silakan Babe sama Nyak cariin Mae jodoh, paling juga kagak ketemu," ucapnya.

"Kita berdua bakal berusaha, iya kan Nyak?" jawab Rojali menatap ke arah istrinya.

"Hooh, kalo kita berdua berhasil lu harus berubah," pungkas Markoneng.

"Ok, deal. Udah kan? Mae pamit merem lagi." Putrinya langsung setuju dan memilih berjalan kembali ke kamarnya.

"Astaga tuh bocah ya," tunjuk Markoneng geram.

Setelah kepergian putrinya, kedua orang tua ini tersenyum puas. Sebab keduanya telah memiliki rencana dan calon yang pas untuk anaknya. Ya walau keduanya tak yakin pemuda itu bakal suka dengan Mae yang arukan tingkahnya.

"Be, bener kan anaknya si Yahya pulang dari kota hari ini?" tanya Markoneng pada suaminya.

"Iya, gue dah ngomong sama si Yahya. Dia kata tak masalah putranya kita jodohin ma si Mae," jawabnya.

"Oke lah, aye ngikut aja. Moga aja anaknya si Yahya suka ma anak gadis kita," ucap Markoneng berharap.

"Aamiin ... Yuk berangkat!" Rojali mengajak istrinya untuk segera pergi.

"Terus Mae?" Markoneng menunjuk ke kamar putrinya.

"Biarin dia tidur lagi, nanti juga bangun sendiri," jawab suaminya yakin.

Babe Rojali dan Nyak Markoneng sudah rapi sedari pagi. Mereka berdua hendak pergi ke sebuah acara pernikahan saudara mereka. Niatnya anak gadis mereka akan diajak tapi niat itu mereka urungkan karena tahu pasti anaknya tak mau. Keduanya berangkat meninggalkan Mae sendirian di rumah.

Mae sendiri benar-benar telah terlelap kembali sekarang. Inilah kerjaan seorang pengangguran seperti dirinya, setiap hari menjadi ular kasur di kamarnya. Semua orang memiliki kesibukan untuk melakukan aktivitas seperti bekerja dan lain-lainnya, gadis ini justru dengan senang berlayar sambil membuat pulau.

Siang hari mulai ada tanda-tanda pergerakan Mae akan bangun. Merasa telah cukup tidurnya, ia beranjak untuk pergi mandi. Sebelum itu, ia melakukan sedikit peregangan pada otot-ototnya. Ia berniat untuk keluar mencari hal yang dapat dilakukan olehnya. Hal yang tak jauh-jauh di lakukan, mungkin saja gadis ini akan berulah kembali.

Mae yang sudah keluar tengah berjalan dengan bosan sambil menendang batu ketika berjalan. Ia masih bingung dengan kegiatannya hari ini. Tepat sekali saat ia melewati rumah depan kompleks, ia menjumpai beberapa anak remaja yang hendak naik pagar untuk menerobos ke rumah tersebut. Mae yang penasaran, melangkah perlahan untuk mengintip. Setelah tahu apa yang hendak dilakukan para remaja itu, gadis ini pun memergokinya.

"Eh bocah lu pada mau maling ya?" Suaranya berhasil mengejutkan para remaja tersebut.

"Gawat ada si Mae," ucap salah satu remaja memberitahu ke lainnya.

Merasa ketahuan, tiga remaja laki-laki yang diketahui telah bolos sekolah itu seketika menghentikan aksinya. Ketiganya hendak kabur, namun dengan cepat Mae langsung mencengkeram kerah belakang salah satu anak itu.

"Kagak usah kabur, orang gue juga pengin mangga yang menggoda itu," ucapnya sambil mengarahkan pandangannya ke pohon mangga.

"Hah? Beneran kak?" Ketiganya tampak tak percaya.

"Iya, mau gue bantuin kagak. Gue yang manjat lu pada yang nadahin di bawah," tawar Mae pada mereka.

Ketiga remaja itu saling menatap dan tak lama mereka kompak mengangguk setuju. Mereka bertiga melanjutkan aksi pertamanya memanjat pagar pendek di susul oleh Mae sekarang. Setibanya di depan pohon yang sangat lebat dengan buahnya itu, ke empat orang ini segera bersiap melakukan tugasnya.

"Lu pada tangkap yang bener ya. Sayang kalo rusak tuh buah," peringat Mae sebelum naik ke mereka bertiga.

"Siap kak, percaya sama kita-kita dah," ucap salah satunya.

"Sip, bentar siap-siap dulu." Mae telah melipat lengan bajunya sambil mengambil ancang-ancang untuk memanjat.

"Hati-hati kak!" teriak mereka bertiga pelan.

"Iya, gue ambil nih," ucap Mae yang sudah berada di atas. Langkah Mae saat memanjat sangat gesit bak saudaranya dari taman safari yang tak lain si kera. Dengan perasaan gembira, gadis ini memetik beberapa buah mangga yang sudah matang. Aksinya sangat mulus, karena rumah yang menjadi korban kali ini tampak sepi. Rumah dengan ornamen putih megah yang terletak di depan kompleks di situlah berdiri pohon mangga yang begitu lebat dengan buahnya. Mae sudah dari dulu menanti waktu datangnya untuk memetik mangga tersebut. Ia sangat tergiur dengan buah mangga jenis semar yang jarang di jumpai di kompleks tempat dirinya tinggal. Buahnya besar-besar dan sangat menggoda itulah penyebab Mae menginginkannya. Setiap ia melewati rumah tersebut, gadis ini selalu memohon agar pohon tersebut berbuah banyak. Betapa beruntungnya dia karena hajatnya tersampaikan berkat ketiga remaja nakal itu.

"Tangkap nih!" teriak Mae dari atas.

"Kak, yang itu juga," pinta remaja gembul menunjuk ke atas.

"Siap, nanti kita bagi ya di pos ronda," jawab Mae gembira.

"Beres lah kak," ucap mereka bertiga ikut senang.

"Hush hush, kak Mae beneran kita bagi kah?" tanya remaja gembul pada remaja tinggi dan putih di sampingnya.

"Liat aja nanti, tergantung berapa yang dia petik," jawabnya menandakan ada sesuatu di pikirannya.

"Ok," ucap kedua remaja temannya itu.

Tin tin!

Suara klakson mobil tiba-tiba berbunyi.

"Dro, gawat! Pemilik rumahnya pulang," ucap remaja gembul padanya. Ya remaja tinggi, putih itu namanya Indro yang tak lain sepupu dari Raka teman Mae.

"Ayo kabur! Mumpung belum ketahuan," ajaknya pada kedua temannya.

"Lah kak Mae bagaimana?" tanya remaja ikal teman Indro satunya.

"Dah tinggalin aja, keselamatan kita lebih penting," jawabnya. Ketiga remaja ini segera meninggalkan lokasi dengan meloncati pagar kembali dan membiarkan Mae seorang diri di atas pohon. Gadis ini tak tahu tentang kedatangan pemilik rumah hingga ditinggal oleh remaja-remaja tadi. Merasa cukup puas, Mae memilih turun dari atas pohon.

"Dah cukup ayo kabur!" Ajaknya pada mereka sambil membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Tanpa melihat keadaan sekitar, Mae terus berbicara. Hening didapat hanya ada angin yang berhembus. Tersadar dengan situasi aneh itu, ia pun berbalik. Betapa terkejutnya karena kini tinggal dirinya saja.

"Kurang asem, gue di tinggal," celetuknya kesal.

"Hey kamu siapa?" Mendadak suara muncul mengejutkan dirinya. Mae menoleh ke sumber suara. Mengetahui aksinya telah tertangkap basah, matanya seketika melebar karena panik.

"Waduh!"

Pemilik rumah yang baru saja keluar dari mobil, berjalan menghampiri karena penasaran. Mae merasakan mati rasa di kakinya, ia tak bisa bergerak untuk kabur sekarang. Ia hanya berbalik di balik pohon membelakangi karena takut menghadapi.

"Gimana ini?" Kegelisahan serta ketakutan sangat jelas tengah di alami oleh gadis nakal ini. Entah apa yang akan terjadi padanya nanti. Apapun itu, tetap saja Mae harus menghadapinya dengan berani.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ida Kitty

Ida Kitty

lah.. wis gak komen neh q Mae. 🤦🤦🤦

2024-09-13

1

Ida Kitty

Ida Kitty

berarti pak Yahya baik banget y, mau menerima Mae jadi mantunya, dgn tingkah Mae yg.. hedeuh.. mbuh lah.. baru bab 2 pala ku dah nggileng liat tingkah Mae. 🤦

2024-09-13

1

⚚𝓐𝔂𝓮͠𝓼𝓱𝓪͛👒

⚚𝓐𝔂𝓮͠𝓼𝓱𝓪͛👒

biarin aja biarin, kapok lu Mae😭😭🤣

2024-08-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!