Prince ternyata pergi membawa Mae ke salah satu mall di kota. Sebelum turun, Mae memilih bertanya dahulu pada Prince yang membawanya. Ia sedikit tak mengerti kenapa bosnya membawanya keluar kantor padahal baru pertama kali bekerja.
"Mau apa kita kesini?" tanyanya bingung.
"Sudah turun, dan ikut saja," jawab Prince sambil melepas sabuk pengamannya.
Mae yang bingung mengangguk pelan sebelum pada akhirnya mereka turun dari mobil bersama.
Sepanjang jalan menelusuri mall yang lumayan megah, Mae melangkah bingung mengikuti Prince yang berjalan di depannya. Saat sampai di sebuah toko sepatu, Prince mendadak berhenti dan menarik tangan Mae hingga membuatnya terkejut.
"Diam disini!" suruhnya tiba-tiba saat sampai di dalam. Mae mendadak didudukkan ke salah satu kursi pelanggan.
"Ha?" Bingung Mae tak mengerti. Ia memandangi pria yang tampak aneh itu berlari ke belakang.
Prince dengan teliti memilih sepatu yang cocok untuk Mae kenakan. Setelah mendapatkan sepasang sepatu kets berwarna putih yang menurutnya cocok, ia kembali.
"Pakai ini dan lepaskan sepatu itu dari kakimu!" suruhnya sambil menyodorkan sepatu yang diambilnya tadi.
"Ah kenapa?" Mae mendongak dan bertingkah seperti enggan untuk menggantinya.
"Hufh!" Prince mendengus kesal karena sebenarnya ia sangat kesal melihat Mae mengenakan sepatu milik Raka dan memujinya tadi.
"Mau apa lu?" tanya Mae yang terkejut karena mendadak Prince berjongkok untuk bersiap membuka sepatunya.
"Aww aku mau membantumu, kau lambat," jawabnya sedikit mendongak.
"Haish. Tak usah, gue bisa sendiri." Tepis Mae menyingkirkan tangan Prince dari kakinya.
Mae akhirnya mau mengganti sepatu milik Raka dengan sepatu yang baru saja di pilih oleh Prince. Lelaki ini sedikit mengembangkan senyum karenanya. Disaat Mae menoleh kearahnya, ia langsung berpura-pura bersikap dingin sambil mengintip jam di pergelangan tangannya.
"Sudah apa belum? Ayo pergi!" tanyanya seketika.
Mae berdiri. "Iya iya sudah, kita mau kemana lagi?" tanyanya sambil merapikan rambut yang tampak menghalangi pandangannya.
"Ikut saja, ini tugas pertamamu sebagai sekretarisku ku," perintah Prince menoleh.
"Ok ok," ucap Mae terpaksa.
Mereka berdua keluar dari toko untuk menuju tempat selanjutnya yang masih berada di mall tersebut. Prince sebelum keluar tak lupa membayar tagihan sepatu tadi kepada pegawai toko.
Sementara di kantor, Jumi yang sedang duduk bekerja mendadak menggeser kursi kerjanya mendekat ke arah Raka yang sedang tersenyum sendiri. Raka merasa senang karena Mae mau memakai sepatu miliknya.
"Ehem, kenapa lu Rak?" tanyanya sedikit usil.
"Astaga!" Raka tersentak. "Gak ada," jawabnya.
"Gue tahu, lu suka kan ma sekretarisnya Bos," tebak Jumi sambil menunjuk dan sedikit meledek.
"Ha, Mae?" Jumi mengangguk. "Mae tuh temen baik gue walau demen juga gak bakal bersama," jelasnya sambil membenarkan posisi duduknya.
"Oh, cinta bertepuk sebelah tangan nih. Bagus deh kalo temen, gue ada kesempatan." Jumi bergumam lirih karena sedikit senang.
"Ha, lu ngomong apa sih? Balik aja sono! Jangan ganggu!" usir Raka yang memalingkan wajahnya untuk menghadap ke layar komputer lagi.
"Huhu baiklah," jawab Jumi cemberut sambil menggeser kursinya kembali ke tempatnya.
......................
Kembali ke mall di mana Prince telah membawa sekretaris barunya ke bagian penjualan interior rumah. Ternyata desain dari perusahaan Prince di promosikan di sana. Ia datang untuk bertanya ke manajer toko atas perkembangannya.
"Bagaimana penjualan desain furniture dari perusahaan kami ya?"
"Furniture dari Green Heaven Design ya Pak?" tanya manajer toko memastikan. Ia tadi sempat di telepon oleh pihak perusahaan tersebut.
"Ya betul," jawab Prince mengangguk.
"Tapi.... Bapak ini siapa ya? Saya baru melihatnya," tanya manajer toko lagi karena merasa asing dengannya.
"Oh maaf. Saya Prince, CEO Tim pemasaran dan penjualan yang baru di Green Heaven Design," jawabnya memperkenalkan diri.
"Oh baik Pak." Manajer toko mengerti. Ia lalu mulai menjelaskan. "Perkembangan penjualan furniture dari perusahaan bapak sejauh ini sangat baik. Para pelanggan merasa sangat nyaman karena desainnya yang ramah lingkungan. Saya sendiri setuju karena desainnya sangat bagus dan berkualitas," ucapnya sembari tersenyum.
"Terima kasih Bu, atas kepercayaan terhadap perusahaan kami. Kami akan melakukan yang terbaik lagi tentunya," ucap Prince padanya.
Manajer toko tampak mengangguk setuju sedangkan Mae yang sedari diam mendengarkan, diam-diam pergi untuk melihat-lihat karena bosan.
Prince yang masih sibuk berbicara dengan manajer toko tampak kaget karena tak mendapati sekretarisnya. Setelah selesai berjabat tangan sebagai tanda terima kasih, Prince meminta izin untuk melihat-lihat. Manajer toko dengan senang hati mempersilakannya.
Mae sendiri sekarang tengah berada di bagian set dapur yang tampak membuat kedua matanya melek. Desain yang cantik dan penuh gaya itu, semua berasal dari perusahaan Green Heaven Design tempatnya bekerja sekarang.
"Wih keren juga perusahaan gue bisa desain set dapur sebagus ini," celetuknya kagum.
"Mumpung si Princes lagi serius ngobrol kan ya, kesempatan bebas," gumamnya tersenyum sendiri.
Tiba-tiba netranya mengarah ke sebuah mug monster yang terlihat unik. Ia mempunyai niatan untuk memegangnya namun tampak ragu-ragu.
"Wah mug ini unik banget, keren. Gue pegang boleh kagak ya," ucapnya yang masih berpikir.
"Kayaknya tuh orang masih lama, gue pegang kagak apa kali ya," putusnya. Mae lalu pelan-pelan mengambil mug tersebut untuk melihatnya lebih dekat.
Prince yang masih mencari akhirnya menemukan sekretarisnya. Ia tampak terpesona sebentar ketika wajah Mae mengembangkan senyum cerianya. Dengan pelan, ia berjalan mendekat untuk ikut melihat dari dekat.
"Ehem!" Prince sengaja berdehem di dekat telinganya membuat Mae tersentak dan mug yang di pegangnya hampir saja jatuh. Untung saja, tangan lelaki ini sigap dan langsung menahannya dari bawah.
"Ati-ati dong, desain mahal ini. Kalo rusak bahaya," tegur Prince sambil meletakkan kembali mug tersebut ke tempatnya.
"Iya gue tau. Lagian udah pelan-pelan, lu datang ngagetin, kalo beneran jatuh, tamat riwayat gue bisa-bisa," ucap Mae sedikit melebih-lebihkan.
Prince tersenyum meledek. "Kamu ini ya bukannya mendengarkan malah kabur, mau di pecat," ucapnya.
"Ya jangan dong. Hehe," tolak Mae segera.
Prince menggeleng-geleng. Menurutnya Mae yang ketakutan sangatlah lucu. Dulu Mae yang menindasnya sekarang giliran dia membalasnya.
"Tadi tuh gue bosen kagak ngerti pembicaraan lu sama Bu Manajer toko. Bahas apa sih tadi? terus gambar apa yang naik turun itu? Dari pada puyeng mending pergi lihat-lihat," ucap Mae melanjutkan berbicara.
"Oh data penjualan." Prince mengeluarkan tabletnya dan menunjukkan grafik penjualan padanya.
"Ini kan maksud kamu." Mae mengangguk. "Ini tuh data penjualan desain interior perusahaan kita dari bulan ke bulan," ucap Prince menjelaskan.
"Oh...." Mae membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut.
"Dan penjualan di bulan ini cukup bagus. Sebaiknya kamu pelajari lagi, karena ini akan jadi tugasmu nanti," ucapnya melanjutkan.
"Iya iya. Tapi beneran ini, ini dan ini desain perusahaan kita?" tanya Mae menunjuk beberapa barang di sana. Dirinya belum bisa berhenti kagum dengan desain mewah nan cantik dari perusahaannya itu.
"Ya kamu menyukainya?" jawab Prince menanyakan pendapat padanya.
Mae dengan cepat mengacungkan dua jempolnya, membuat lelaki di depannya tersenyum senang. Karena waktu sudah menuju makan siang, keduanya pun setuju keluar untuk kembali ke perusahaan. Tapi sebelum itu, Mae disuruh untuk pergi terlebih dahulu karena Prince masih ada sedikit urusan di toko tersebut.
Sekarang mereka berdua sudah berada di mobil untuk perjalanan kembali ke kantor. Saat berhenti di lampu merah tiba-tiba saja perut Mae berbunyi dan membuat Mae berbisik sendiri pada perutnya.
"Weh cacing berhenti demo ngapa?" Tegur Mae lirih sambil menepuk pelan bagian perutnya.
Prince yang merasa ada yang aneh menengok ke arahnya dan Mae langsung membalasnya dengan senyuman terpaksa. Mobil pun akhirnya melewati beberapa restoran yang membuat mata gadis yang sedang kelaparan ini memandang keluar dari balik kaca mobil. Tanpa sadar ia menelan ludahnya sendiri melihat deretan restoran yang tampak menggoda perutnya.
Prince yang mengetahui hal itu, seketika langsung mengerem mobilnya tepat di sebuah restoran cepat saji.
"Kenapa berhenti?" Bertanya Mae padanya.
"Aku kebelet," jawab Prince beralasan sambil melepas sabuk pengamannya.
"Ha?" Mae tampak tak mengerti.
"Gak usah bingung, tunggu saja aku di sini!" suruhnya.
"Ya sudahlah, sana buruan," ucap Mae padanya.
Prince pun akhirnya keluar dan pergi memasuki restoran. Mae pikir bosnya akan mengajaknya makan ternyata itu salah besar. Bosnya hanya pergi ke restoran untuk menumpang buang hajat saja.
Mata Mae tak berhentinya memandangi gambar menu yang tertera di bender restoran. Ia melihat jam di ponselnya ternyata sudah hampir 15 menit Prince pergi meninggalkan dirinya.
"Asli laper gue, bosen lagi. Tuh si Princes lama bener dah," gerutunya yang kembali melihat ke arah restoran.
Saat melihat keluar kembali, ia terheran-heran ketika melihat ada anak kecil menangis di depan pohon dekat restoran tersebut. Karena penasaran, Mae akhirnya memilih turun.
"Kenapa lu, Tong?" tanyanya pada anak lelaki yang sedang menangis.
"Balon ku hiks," jawab anak lelaki itu sambil mengisak tangis.
Mae lalu mengarahkan matanya ke atas dan di atas pohon terdapat sebuah balon yang tersangkut di sela-sela dahan.
"Oh itu balon punya lu." Adek gembul itu mengangguk-angguk sambil mengelap ingusnya.
"Oke lah, Tong. Biar gue aja yang ambil ya. Dah jangan nangis," ucap Mae padanya.
Anak lelaki yang sedikit gembul itu, mengangguk sambil mengusap air matanya.
Mae yang bekerja memakai rok span sedikit kesulitan untuk memanjat. Ia mau tak mau harus menyincingkan roknya sedikit ke atas. Melihat jalanan tak terlalu rame, gadis ini akhirnya nekat memanjat pohon yang tak terlalu tinggi itu.
"Hap, nih Tong!" Mae turun dan langsung memberikan balon tersebut sambil menampilkan senyum senangnya.
"Mae, kamu sedang apa?" Tiba-tiba suara Prince terdengar dibalik anak laki-laki yang sedang bersamanya.
Mae sedikit menyapanya. "Eh Bos, gak ngapa-ngapain. Cuma habis bantuin bocil. Ya kan Cil," jawabnya. Matanya melirik ke arah anak lelaki tersebut.
Adek gembul kembali mengangguk-angguk. "Makasih kak," ucapnya lalu berlari pergi.
"Ada-ada saja kamu, ayo masuk ke mobil!" Ajak Prince padanya dan langsung berjalan mendahului.
"Ya ya," jawabnya, "bos lama ngapain sih?" Mae bertanya penasaran.
Prince berhenti dan berbalik. "Oh ya, untukmu," ucapnya sambil memberikan sebungkus makanan cepat saji kepadanya.
"Untukku?" Mae tak percaya.
"Ya. Aku tak suka mendengar bunyi aneh dari perutmu itu," jawabnya sambil menunjuk bagian perut Mae. Gadis itu seketika langsung menutupinya karena malu dan terkekeh.
Prince menggeleng, tersenyum kembali sambil berjalan ke arah mobilnya. Sementara Mae yang masih malu tanpa sadar tersenyum senang.
"Cepat Mae!" panggil Prince padanya.
"Iya Prins eh Bos." Mae tersadar dan langsung berlari untuk menyusulnya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ampun kelakuanmu E 😌🤪
2024-09-07
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Sabaaaar E nanti perutmu jg kenyang 🤣🤣
2024-09-07
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh 🤭🤣
2024-09-07
0