Episode 5

Masih dengan adegan yang di bilang cukup romantis tapi tidak ini. Di mana netra mata keduanya masih saling pandang hingga suara seseorang menyandarkan mereka. Mae segera berdiri membenarkan penampilannya yang berantakan begitu juga Prince yang ikut bangkit

"Maeee duit gue!" teriak Mpok Romlah padanya.

"Maaf Mpok, Mae cuma ambil kalengnya doang. Duitnya di pungut aja ya," ucapnya cepat sambil bersiap untuk pergi lagi.

"Tunggu buat apa tuh kaleng E?" cegatnya bertanya.

"Amanah dari Siti Mpok, aye pergi dulu," jawabnya mulai berlari meninggalkan mereka. Saat berlari, Mae berbalik untuk memanggil.

"Woi Princes, bantuin Mpok Romlah ye. Sorry untuk yang tadi!" teriaknya. Prince tanpa sadar menggeleng heran dengan kelakuannya. Tak lama setelah itu ia tersadar dengan kata yang salah di ucapkan oleh Mae.

"Weh nama ku Prince!" Protesnya segera. Mae tak mendengarnya karena sudah melesat begitu jauh dari pandangannya.

Mpok Romlah yang berada di sebelahnya jelas menahan tawanya di sana. Pemuda berparas cantik ini menghela nafasnya sebelum akhirnya membantu Mpok Romlah memunguti uangnya.

Di rumah, Nyak Koneng menjadi kesal karena anak gadisnya tak pulang-pulang. Ia menyuruhnya untuk membeli gula di warung Mpok Romlah tadi, namun sampai sekarang tak ada tanda-tanda pulang darinya. Merasa tak sabar, wanita yang memakai baju khas Betawi ini mulai menyincing rok jaritnya untuk pergi menyusul.

Sepanjang perjalanan, ibunya sama sekali tak menjumpai anak gadisnya. Membuat orang tua ini bingung disertai menahan rasa kesalnya.

"Kemana sih tuh bocah, di suruh ke warung malah ngelayap entah ke mana," gumamnya sepanjang jalan.

"Mpok, cari Mae ya?" tebak Mpok Romlah yang kebetulan baru sampai ke rumahnya.

"Iya Mpok Romlah, liat kagak dia ke warung Mpok?" jawabnya.

"Tadi memang tuh bocah ke warung, pake acara nyolong kaleng duit aye, tapi kagak bilang ada beli tuh," tutur Mpok Romlah padanya.

"Si Mae nyolong?" sontak Markoneng terkejut.

"Iye awalnya aye kira begitu tapi katanya dia di suruh Siti anak aye buat bawa kalengnya ke sekolah," jelasnya.

"Huh, syukurlah. Memang bener-bener tuh bocah," lega Markoneng sambil mengelus dadanya.

"Ya udah, Mpok mau beli apa?" tanya Mpok Romlah padanya

"Gula pasir setengah Mpok, kasihan suami aye nungguin kopinya," jawabnya.

"Ok bentar." Mpok Romlah segera menyiapkan barang yang di pesan oleh pelanggannya.

Sementara Mae sudah sampai di depan pintu gerbang SMA Nusantara Bangsa tempat Siti bersekolah. Terlihat dari luar, sekolah memang sedang mengadakan kegiatan berkelompok di halaman sekolah yang nampak jelas dari gerbang depan.

"Siti mana ya?" gumamnya sambil celingukan mencari.

Gadis berparas cantik nan lembut ini sekarang sedang di goda oleh beberapa murid laki-laki yang menawarkan bantuan padanya. Sekumpulan anak laki-laki itu adalah remaja yang kemarin maling mangga bersama Mae. Siti terlihat gelisah karena merasa tak nyaman sambil menunggu kakak kesayangannya. Siti selama ini selalu menganggap Mae sebagai kakaknya karena terus membantunya jika dalam kesulitan.

Mae yang masih celingukan akhirnya melihat adiknya itu. Melihat adiknya sedang di ganggu, ia segera memanggilnya agar Siti pergi menghampiri.

"Siti, oi!"

"Kak Mae, bentar kak." Mae mengangguk dan menunggunya lagi.

"Aku pergi dulu, makasih atas tawarannya," pamit Siti kepada mereka.

"Yah Ti, Indro baik lho," teriak Sobri yang kecewa karena menghiraukan temannya.

Siti mengabaikan panggilannya dan segera berjalan menghampiri seorang kakak yang menunggunya di gerbang

"Nih, kaleng lu. Lagi ada kegiatan ya?" Tanya Mae sambil memberikan barang miliknya.

"Iya Kak. Makasih ya," jawabnya.

"Sama-sama. Maaf kalo lama ya ada kendala tadi," ucap Mae padanya.

"Kendala apa kak?" Siti memiringkan kepalanya tak mengerti.

"Buka apa-apa," jawabnya. Netranya tak sengaja melihat ke arah Indro dan teman-temannya. Ia merasa tak asing dengan mereka bertiga. Mae yang penasaran langsung bertanya pada Siti. "Btw tuh cowok poni samping temen lu?"

Siti menengok ke belakang dan tak lama ia menganggukkan kepalanya pelan.

"Jangan temenan sama dia, gue masih kesel sama tuh bocah," ucapnya sambil menunjuk.

"Hah?" Siti kembali tak mengerti.

"Dah lah, intinya jangan-jangan deket-deket sama cowok modelan kaya dia, belajar yang rajin aja," sarannya.

"Iya deh kak," jawab Siti menurut.

"Ok gue pamit ya, sana lu balik lagi," suruh Mae padanya.

Mae berjalan balik untuk menuju rumahnya sedangkan Siti kembali ke dalam sekolah.

Prince telah tiba di rumahnya, baru saja masuk dirinya sudah di hadang oleh ibunya. Dengan senyuman lebar Utami menyambut sang anak.

"Prince, kamu habis dari mana saja? Pagi-pagi sudah menghilang," tanya ibunya.

"Prince habis lari pagi Mah, ada apa?" jawabnya.

"Gak ada apa-apa, kita sarapan dulu yuk," ajaknya.

"Oh ok Mah, tapi Prince mau mandi dulu ya," ucapnya.

"Silahkan sayang, Mamah tunggu di meja makan." Utami mengangguk mengizinkan.

Anak tunggal dari pasangan Yahya dan Utami ini pergi menuju kamarnya untuk bersiap membersihkan diri di kamar mandi.

Mae juga telah sampai di rumahnya dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang ibu. Bukannya takut, anak gadis satu ini malah menyapanya sambil melewati ibunya yang berdiri menghalangi.

"Halo Nyak!"

"Eh Mae, lu ya nyak dah mecicil begini kagak ada takut-takut ya," ucap ibunya keras.

"Emang ada apa Nyak, Mae ada salah kah?" tanyanya berpikir.

"Coba inget -inget tadi pagi Nyak suruh lu buat ape?" Markoneng mencoba mengingatkan putrinya.

"Buat ape ya, Mae lupa. Dah lah Mae mau mandi lengket badan ini," jawabnya sambil berpamitan.

"Gula pasir nyak, mana coba?" tagih ibunya yang mecicil.

"Gula pasir ya Nyak.... Mae tampak berpikir sejenak untuk mengingat lagi. "Astaghfirullah Mae lupa. Hehe," celetuknya tiba-tiba.

"Terus gimana Nyak, Mae bener-bener lupa soalnya tadi si Siti mendadak minta tolong," ucapnya merasa bersalah.

"Ya sudah Nyak yang turun tangan, Nyak dah tau kok, Mpok Romlah dah jelasin tadi," kata ibunya membuat Mae bisa bernafas lega.

"Hufh!"

Kembali ke suasana rumah keluarga Suraya. Prince telah bergabung di meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya. Tak ada suara di meja makan selain denting sendok dan garpu yang beradu. Utami akhirnya membuka suara di tengah-tengah acara sarapan mereka.

"Hm ... Prince." Ibunya tampak ragu-ragu untuk berbicara.

"Iya Mah." Prince menghentikan makannya dan menoleh.

"Sore nanti, kamu ada acara tidak?" Utami akhirnya bertanya.

Prince menggeleng. "Tidak Mah, Prince masih bebas untuk sementara waktu ini," jawabnya.

"Oh baguslah, nanti sore kamu ikut mama makan bareng temen mama ya," pinta Utami segera.

"Teman Mama, siapa?" Tiba-tiba suaminya bertanya.

"Ih Pi, istrinya Rojali lah," jawabnya.

"Oh itu, papa boleh ikut?" pinta Yahya ke istrinya.

"Gak, biar mama sama Prince aja, lagipula bukannya papi ada janji mancing ma temen ya," tolaknya langsung.

"Ya sudah." Yahya mengangguk dan melanjutkan makanannya.

"Mah, Prince boleh ikut Papi aja gak?" pintanya tiba-tiba.

"Gak, kamu harus ikut mamah," tolaknya, "ini kesempatan kamu biar deket sama anaknya temen mama."

"Mae maksudnya?" Utami mengangguk-angguk.

"Mamah ada apa sih? Papi juga, kenapa Prince di suruh kenal sama gadis yang tampilannya bukan tipe Prince sama sekali," protesnya.

"Hush, Mae itu calon istri kamu sayang. Ya tentu kalian harus deket biar klop. Soal penampilannya, mami yakin dia bisa berubah kok," ucap ibunya.

"Mae? Calon istri Prince?" Prince tampak tak percaya dengan ucapan ibunya.

"Iya makanya kamu ikut Mami mu biar kalian bisa saling mengenal. Menurut papa, Mae anak yang cukup menyenangkan," timpal ayahnya.

"Ok deh, Prince ikut," jawabnya terpaksa setuju.

"Nah gitu dong, kalian misal gak bisa saling kenal, mami sama papi gak maksain kok. Tapi harapan kita kamu bisa bersamanya," ucap ibunya senang.

Prince akhirnya menyetujui permintaan ibunya itu. Ia juga sedikit penasaran dengan gadis bernama Mae yang telah membuatnya malu di acara pentas seni waktu di taman kanak-kanak dahulu. Menurutnya Mae memang lah gadis yang cantik namun tidak dengan kelakuannya yang seperti seorang lelaki. Gadis ini bahkan memperlakukan dirinya sampai membuatnya pindah sekolah dulu.

Sore harinya telah tiba, Utami dan Prince sekarang sudah berada di rumah keluarga Rojali untuk menjemput Mae dan ibunya. Mereka berdua di suruh menunggu karena anak gadis dari Markoneng belum siap-siap juga sedari tadi. Hampir setengah jam, mereka bertiga menunggu Mae yang entah sedang apa di dalam kamarnya. Ibunya sudah gregetan di tambah malu juga karena tak enak dengan tamunya yang sudah menunggu sedari tadi. Markoneng akhirnya memanggil anaknya untuk segera keluar.

"Mae lu lama bener dah, buru ngapa kasihan si Prince ma ibunya nungguin."

Utami tersenyum simpul pada temannya itu. Sedangkan Prince tampak acuh tak acuh sambil bermain ponselnya di sofa

"Nyak, ini gimana sih makenya. Perasaan baju susah amat dah. Terus kita mau kemana? Kondangan ya?" Mae yang masih kesulitan dengan bajunya mendadak keluar sambil bertanya-tanya.

Prince yang sedari tadi fokus, mendadak mengarahkan pandangannya ke tempat Mae berada. Matanya tak berkedip sama sekali mendapati penampilan sang gadis yang tampak seperti seorang gadis pada umumnya.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ida Kitty

Ida Kitty

baik juga si Mae ngasih nasehat si Siti.

2024-09-19

1

⚚𝓐𝔂𝓮͠𝓼𝓱𝓪͛👒

⚚𝓐𝔂𝓮͠𝓼𝓱𝓪͛👒

woii woii woii, omaigattt.... cewek modelan si Mae ini emg klo sekalinya dandan huh kelar lu pada🤣 bikin pangling kan🤸‍♀️

2024-08-25

2

🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥

🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥

waaaaaah prince jatuh cinta dluaaan ini
asyiikkkk🤭🤭🤭

2024-08-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!