Tok tok !
Prince yang mengetahui itu Mae, sekretarisnya, segera mengambil dokumen di depannya agar terlihat sedang sibuk.
"Ada apa?" tanyanya dingin pada Mae yang sudah berdiri di depan mejanya.
"Lah, bukannya bapak manggil aye ya?" jawab Mae setengah bingung.
"Oh ya nanti selesai kantor, kamu ikut aku!" perintahnya sambil berpura-pura membaca isi dokumen tadi.
Mae tersentak. "Ha? Pulang bareng lagi?" tanyanya.
"Ya kenapa? Gak suka?" Prince berhenti membaca dan mulai menatap ke arah Mae.
"Gak, ku mau pulang bareng Raka." Mae dengan santai menolaknya.
"Gak boleh untuk hari ini, orang tua kita mengadakan acara makan malam dan kita berdua di suruh hadir."
Mae menghentakkan kakinya kesal. "Aish oke lah, apa ini untuk membahas tentang kita?"
"Ya mungkin, dan sepertinya aku sudah memutuskannya."
"Ha? Memutuskan apa?" Mae di buat bingung lagi olehnya.
"Tak ada. Kamu boleh pergi!" suruhnya sambil meletakkan dokumennya kembali.
"Ya ya aye pamit."
Mae keluar meninggalkan ruangan Prince dengan sedikit bingung. Ia kini sudah duduk kembali di kursi kerjanya sambil memikirkan hal yang ingin di katakan Prince di acara makan malam nanti.
Sore menjelang malam tiba, Mae sengaja menunggu Prince di parkiran. Ia sudah memberitahu Raka dengan sedikit berbohong padanya, Mae mengatakan akan bekerja lembur sehingga tak bisa pulang bersamanya. Saat Mae sedang menunggu, Jumi datang mengejutkannya.
"Mae, lu katanya lembur sekarang lu lagi ngapain di sini?" tanyanya.
Gadis ini segera mencari alasan untuk menjawabnya. "Iya gue lagi nunggu makanan gue ini."
"Owh, oke lah." Jumi mengerti lalu terdiam sebentar. "Hmm lu bukan nunggu yang lainnya kan?" tebak Jumi membuat Mae terkejut.
"Tak, gue bener lagi nunggu go food hehe," elaknya sambil bercanda. "Lu bisa pulang.... duluan," usirnya pelan.
Jumi mengangguk-angguk. "Hmm, oke oke. Bye!"
Setelah kepergian Jumi, Mae merasa lega. Selang beberapa menit, Prince datang kepadanya dan melihat tingkah Mae yang terlihat aneh di matanya.
"Kenapa denganmu?" Prince mengejutkan Mae yang tengah bengong.
Mae menoleh. "Tak, ayo pergi!" Ajaknya cepat.
Keduanya berjalan bersama menuju mobil Prince di depan sana. Di balik mobil seseorang mengintip. Orang tersebut sedikit tercengang melihat Mae pulang bersama lelaki yang dikenalnya. Secara kebetulan saat Mae hendak masuk ke dalam mobil, Prince sedikit menunjukkan perhatian kepadanya.
"Gue kan bisa masuk sendiri," gumamnya pelan. Melihat ke arah Prince, lelaki itu memberikan sebuah isyarat untuk segera masuk. Prince juga mendadak tersenyum membuat Mae sedikit bingung dan membalas senyumannya dengan kaku.
"Mae, Pak Prince, mereka saling tukar senyum? Pak Prince terlihat menyukai Mae juga atau jangan-jangan...,"
"Ya ampun sekarang mereka...." Si tukang intip langsung menutup mulutnya karena terkejut.
Saat di dalam mobil, Mae terus bertanya tentang hal yang ingin dibicarakan Prince nanti pada kedua orang tuanya. Prince yang tak tahan segera mendekat sambil memasangkan sabuk pengaman padanya.
"Jangan banyak bertanya, kamu akan tahu nanti," bisiknya sedikit mendekatkan wajahnya sehingga terlihat seperti sedang berciuman. Prince lalu mengedipkan satu matanya sambil tersenyum.
Mulut Mae seketika merapat tak berbicara lagi. Ia memilih duduk dalam diam sambil menyenderkan tubuhnya ke belakang. Prince yang sudah kembali ke posisi semula segera menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran kantor.
Di sebuah restoran mewah bintang lima, kedua orang tua Prince dan Mae sedang menunggu kedatangan putra putrinya. Sambil menunggu mereka saling berbincang, bercanda satu sama lain. Beberapa menit kemudian, yang ditunggu mereka berempat datang. Dengan sedikit senyuman di antara keduanya, Prince dan Mae duduk bersama.
Acara makan malam berlangsung sempurna, namun tetap saja gadis berumur 25 tahun ini tak bisa menjaga sikapnya dan kerap kali bertingkah memalukan. Mae yang sudah lapar dengan cepat memakan semua makanan yang tersedia. Ia lagi-lagi lupa diri dan tak mampu menjaga sikapnya. Markoneng, sang ibu segera menyenggol kaki putrinya agar tersadar.
Mae segera berhenti makan dan melihat ke sekelilingnya. "Maaf semuanya, aye laper soalnya. Hehe."
Orang tua Prince hanya tersenyum ke arahnya sedangkan Prince tampak menggeleng-geleng melihat kelakuan brutal Mae saat makan. Gadis ini terkekeh sambil memperlihatkan gigi putihnya.
Semuanya kini kembali makan, Prince mendadak menurunkan garpu dan pisaunya di piring. Ia sepertinya akan berbicara sesuatu di sana.
"Mah, Pah, Om, Tan, sepertinya.... (Semuanya fokus melihat Prince selain Mae yang masih makan)"
"Aku.... (semua menunggu) setuju dengan perjodohan ini," ucap Prince berhasil membuat Mae tersedak.
Uhuk uhuk !
"Sungguh Prince?" tanya Utami setengah tak percaya.
"Ya sepertinya Mae tak seburuk yang ku kira, Mah," jawabnya sambil tersenyum ke arah Mae.
Ke empat orang tua di sana tentu saja sangat senang dan gembira mendengar pengakuan Prince. Namun terlihat Mae kurang menyukainya.
"Tunggu-tunggu, maaf Nyak, Be, Cing, Cang. Sepertinya ada yang ingin aye bicarakan ma Prince," sela Mae yang tiba-tiba berdiri meminta izin.
"Ha? Si-silakan!" semuanya bingung dan memilih mengizinkan Mae membawa Prince pergi sebentar.
"Ayo Prince lu ikut gue," tariknya untuk segera pergi dari sana.
Kini mereka berdua sudah berada di sebuah lorong kecil dekat toilet. Mae yang kesal segera mendorong Prince dengan sedikit keras hingga membuatnya hampir terjatuh.
"Princes, lu gila ya, lu mau lanjutkan perjodohan ini ha?" tanya Mae yang kesal.
Prince menegakkan tubuhnya kembali. "Kenapa memangnya? Kamu tak mau melanjutkannya?"
"Bukan begitu tapi lu itu...." Mae berhenti berbicara.
"Apa? Kamu ingin dekat denganku kan? Seperti ini!" Prince berjalan mendekat kearahnya dan langsung menyudutkan Mae ke tembok.
"Lu- lu mau ngapain?" Mae mulai ketakutan karena jarak mereka sekarang sangatlah dekat.
"Mae, sepertinya aku mulai tertarik padamu," bisiknya lirih tepat di samping telinganya.
"Ha?" Mae terkejut dan menoleh membuat bibir keduanya bertemu tapi tak sampai menempel karena seseorang datang.
"Prince, Mae!"
Prince segera melepaskan Mae dan menengok ke orang yang memanggilnya. Mae tampak menghela nafasnya lega sebelum tersenyum pada Utami, ibu Prince.
"Cing!"
"Kalian berdua sedang apa? Ayo kita lanjutkan!" ajak Utami pada mereka berdua.
"Ya Mah," jawab Prince mengangguk. Ia lalu menengok ke arah Mae sambil mengedipkan sebelah matanya membuat bulu kuduk sang gadis terangkat seketika. Mae tampak bergidik ngeri sebelum dirinya pergi untuk kembali ke meja.
......................
Sepanjang malam, Mae terus terjaga karena memikirkan perkataan Prince semalam. Ia terkejut mengetahui lelaki yang seharusnya tak bersamanya menyetujui perjodohan itu. Mae bukan tak mau di jodohkan dengan lelaki yang berparas rupawan bak pangeran kerajaan seperti Prince, namun hanya saja gadis ini merasa dirinya tak cocok dengannya. Kepribadian Prince bukan lah kriteria cowok yang di inginkan olehnya.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Markoneng untuk datang membangunkan putrinya. Ia menebak jika Mae masih tertidur karena sudah pukul 7 pagi. Di kamar Mae masih saja terjaga dengan posisinya yang sama, terduduk menunduk membuat sebagian rambutnya menutupi wajahnya. Saat Markoneng membuka pintu, ia langsung terkejut setengah mati melihat keadaan putrinya yang terduduk diam di atas kasurnya.
"Astaga Mae, lu lagi ngapain?" tanya Ibunya yang terkejut.
Mae mendongak ke arah sang ibu dan hanya terdiam di sana.
"Kalo dah bangun buruan siap-siap, noh pangeran lu dah datang," suruh ibunya.
Tanpa aba-aba mendadak Mae beranjak dan segera berlari ke depan. Saat sampai, ia tampak terkejut karena pangeran yang di maksud ibunya adalah Prince. Setelah mengetahui jika Mae ingin dekat dengannya, mendadak sikapnya berubah dan ia mulai tertarik pada gadis nakal dan tomboi ini.
"Princes?" Mae terbengong karena tak sesuai dengan yang di bayangkan.
"Prince gak pake S." Tepuk ibunya dari belakang mengingatkan.
"Dia, pangeran Mae?" tunjuk Mae tak suka.
"Ya iya kalian kan dah setuju di jodohkan," jawab ibunya.
"Aye mah kagak, dia aja yang setuju. Lagian dia bukan pangeran buat Mae tapi putri buat Mae," tukasnya segera.
"Ah lu sama aja ujung-ujungnya lu sama dia, ya kan Nak Prince?" jawab ibunya yang tersenyum ke arah Prince.
Prince berdiri dan langsung tersenyum menanggapi sambil membenarkan bajunya yang terangkat. Sementara Mae yang masih memakai kaos oblong punya ayahnya dan celana panjang tampak terdiam sambil sedikit membuka mulutnya karena tak percaya.
"Terus lu ngapain ke sini?" tanya Mae tak santai pada Prince.
"Jemput kamu, kita berangkat ke kantor bersama," jawabnya.
"Ha? Repot-repot amat gue bisa sendiri kali," ucap Mae tak suka.
"Hush, dasar bocah. Prince tuh tunangan lu dan juga bos lu, kagak salah lah kalo dia pengin jemput lu. Sekretaris tuh kudu nempel ma bosnya, tau kagak?" Ibunya kembali menegurnya.
"Kagak, apa iya harus jemput juga," balas Mae sambil memutar bola matanya malas.
"Ah lu ini ya banyak protes, mending lu mandi sono siap-siap. Jangan bikin Prince nunggu lebih lama lagi," suruh ibunya sambil memukul punggung putrinya.
"Biarin," balas Mae sambil berbalik pergi.
"Dasar bocah kurang asem!" Teriak ibunya yang geram.
"Sabar Tan." Prince berusaha menenangkan calon mertuanya.
"Ya, maaf ya Prince." Lelaki ini hanya tersenyum lalu duduk kembali untuk menunggu sang gadis.
Mae yang sedang bersiap pergi ke kamar mandi tampak berkaca terlebih dahulu sebelum melakukan ritual mandinya. Ia merasa ada yang salah dengan lelaki yang menjadi bos dan tunangannya itu.
"Gila si Princes salah makan apa ya? Bikin gue bergidik ngeri mulu. Hwaa!"
Mae bergumam sendiri sambil sedikit menguap karena dirinya mulai merasa kantuk efek tak tidur semalaman.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
Dia udah ter Mae. Mae loh....Prince udah meleleh sama kamu ....siapa pun orangnya...bila udah kena panah dewa cupid ...ya gitu tingkahnya jadi gk biasanya...jd aneh ....🤭🤭
2024-09-23
0
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
ngedadak jadi seremm ya tingkahnya Prince... 😂😂
2024-09-23
0
💛⃟🤎🏠⃟ᴛᴇᴀᴍ ɢͩᴇͥɴͩᴀᷲᴘͪ🥑⃟𝐐⃟❦
ouwww...ouwwww... Prince geniitt 🫣🫣
2024-09-23
0