Episode 10

Sebelum keluar dari ruangan wawancara, Mae menelpon seseorang terlebih dahulu. Orang yang dimaksud adalah Raka, sahabatnya. Raka sendiri sekarang tengah berada di sebuah warung kopi dekat kantor. Saat sedang nikmat-nikmatnya menyeruput kopi miliknya, dirinya seketika terlonjak karena suara getaran di saku celananya. Dengan mengibaskan mulutnya yang sedikit terbakar, ia mengambil ponselnya dan segera menjawabnya.

"Halo E, ada apa dah?" tanyanya.

"Kita pulang aja, di sini sepi," jawabnya sedikit kesal.

"Hah, dah selesai emangnya?" Raka sedikit tersentak.

Mae memilih berjalan keluar sambil bertelepon. Tanpa di duga, seorang tengah berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. Mae yang tak melihat jalan begitu juga orang itu, akhirnya menjadi bertabrakan di tengah pintu dan membuat keduanya terkejut. Mae yang reflek secara tak sengaja langsung menarik dasi pria yang menabraknya hingga berakhir jatuh bersamanya.

BUGH!

Suara tubuh mereka yang jatuh terdengar cukup keras. Tanpa di sengaja bibir pria tersebut mengenai bibir lembut miliknya dan membuat Mae terdiam sampai menghiraukan panggilan teleponnya.

Raka yang mendengar suara orang terjatuh, cukup terkejut dan segera menanyakan keadaan temannya.

"E, lu kenapa?" tanyanya yang panik.

Mae kini masih terdiam dan kaget dengan adegan yang cukup membuat dirinya merasa dag-dig-dug der karena sentuhan bibir pria tersebut.

Karena merasa khawatir, Raka akhirnya segera beranjak dan meninggalkan warung untuk menuju tempat temannya berada. Pemilik warung yang melihatnya segera memanggil dirinya karena Raka belum membayar tagihan kopinya.

"Weh Raka, lu mau kemana? Bayar dulu!" Teriak pemilik warung memberitahu.

"Maaf Bro Sak, ngutang dulu!" Balasnya yang juga berteriak sambil berlari.

"Aduh!" Pemilik warung yang bernama Sakti itu langsung menepuk jidatnya karena pusing.

Mae dan pria yang ditabraknya masih sama-sama terdiam. Tak lama kemudian, pria tersebut tersadar dan segera melepaskan bibirnya. Ia terduduk bingung karena reaksinya tadi. Sedangkan si gadis juga masih terdiam. Tubuhnya terasa kaku seperti mati rasa karena terkejut.

"Pak Prince, sedang apa?" Suara seorang karyawan wanita tiba-tiba datang mengejutkannya.

Beberapa saat kemudian, Raka telah sampai di ruang wawancara tempat temannya berada. Ia cukup terheran-heran melihat temannya tertidur kaku di lantai dan ada seorang pria duduk di sampingnya.

"Mae, lu ngapain tiduran di sono?" bertanya Raka langsung padanya.

Mae akhirnya mencoba bangkit untuk duduk sambil menjawab pertanyaan temannya. "Gue jatuh barusan dan dia...." Mae mendadak berhenti berbicara.

"Lu Prince?" Betapa terkejutnya Mae saat tahu orang tersebut adalah Prince, pria yang di jodohkan dengannya.

"Kamu ternyata." Tunjuk Prince juga yang tak kalah terkejutnya.

Keduanya sekarang mengetahui indentitas masing-masing dan saling menatap kesal.

"Maaf, Mba ini Maemunah ya? Pelamar yang tersisa itu," tebak karyawan wanita tadi padanya dengan sopan.

Mae mengangguk untuk menjawabnya.

"Bagus," celetuknya senang. "Pak Prince, dia yang akan jadi sekretaris bapak mulai besok." Karyawan wanita itu segera memberitahu kepada Prince yang tak lain adalah CEO baru di Green Heaven Design.

"Hah?" Keduanya kompak terkejut

"Jadi lu bos gue," tunjuk Mae ke arahnya.

"Dan kamu jadi sekretarisku?" sambungnya menebak tak percaya.

"Gue batalin aja lamaran gue, kaya yang lainnya. Lu cari sekertaris lain aja," tolak Mae segera sambil berdiri.

"Jumi, tolong carikan orang lain lagi," perintah Prince juga pada orang kepercayaannya.

"Aduh Pak, jangan begitu lah. Cari orang tak mudah Pak. Mba Mae saja ya," bujuk karyawan wanita yang bernama Jumi itu.

"E, lu ngapain batalin lamarannya. Ah padahal gue dah seneng bisa satu kantor ma lu. Jangan ya." Raka yang tak terima jika Mae mengundurkan diri berusaha ikut membujuknya.

"Gue ke kamar mandi dulu, buat mikir," izin Mae pada mereka.

"Baik, Mba silahkan." Jumi mempersilahkannya sambil membuka jalan untuknya.

Setibanya di kamar mandi, Mae menatap ke arah cermin. "Asem bener dah, si Princes ternyata bos gue. Mana udah nyium gue lagi, bih." Mae yang tak terima langsung menyeka mulutnya dengan kasar dan menatap ke arah cermin kembali. "Oke, gue jabani dia. Gue harus minta pertanggungjawaban karena dah nyolong ciuman pertama gue," putusnya lalu pergi kembali.

Di kantor, Raka yang penasaran dengan Prince mencoba menyapanya. Bagaimanapun mereka pernah satu TK dahulu bersama Mae.

"Hai Prince, lu kenal ma gue kagak," panggilnya sok akrab.

Prince tampak bingung sambil melihat ke atas sampai bawah tubuh Raka untuk mengingatnya.

"Siapa ya?" tanyanya.

"Ah, ini lu pasti kenal ma suara ini." Raka mencoba membuatnya ingat dengan menampilkan adegan dirinya dulu saat di pentas seni. "Mau lari kemana kalian hah? Putri bersama pangeran tak akan bisa lolos. Ha-ha-ha."

"Gimana lu ingat sekarang? Raka temennya Mae + gebetannya hehe," ucapnya setelah selesai.

"Hah?" Prince sedikit tersentak.

"Iya lu inget kagak ma gue sekarang?" tanyanya lagi.

Prince mengangguk pelan. "Iya ku ingat, kamu...."

"Karyawan sini, di bagian pemasaran dan penjualan," potong Raka langsung.

"Oh selamat berkerja sama," ucap Prince padanya.

"Tentu," balas Raka dengan senyuman.

"Ehem!" Mae yang baru saja kembali sedikit memberikan efek suara untuk mempersiapkan diri.

Ketiga orang yang sedang menunggunya, kompak menengok. "Mba Mae, sudah di pikirkan?" tanya Jumi padanya.

"Ya, gue setuju dah," jawab Mae sedikit mengangguk. Jumi yang mendengarnya sangat senang dan langsung bertanya pada atasannya.

"Lalu Pak Prince...?"

"Saya setuju, tolong beritahu dia untuk mulai bekerja besok," jawabnya dingin.

"Gue denger Pak Prin-ces up Prince." Mae yang sengaja segera menutup mautnya dengan tangan.

Prince menatap kearahnya sebentar sebelum berlalu pergi. "Jumi, mari kita pergi!"

"Siap Pak!" jawabnya. "Mba Mae selamat!" ucapnya sebelum pergi padanya.

Mae tersenyum mengangguk ke arahnya. Setelah kepergian Prince dan bawahannya, Mae mengambil nafasnya sebentar sambil mengajak Raka untuk kembali.

"Huh, pulang yuk!"

Raka mengangguk setuju. Ia masih sedikit bingung dengan tingkah Mae yang seperti kurang suka terhadap Prince.

...----------------...

Malam kembali datang. Prince kini telah sampai dirumahnya dalam keadaan lelah. Ibunya yang datang menyambut menanyakan kabarnya hari ini.

"Prince, anak mamah sudah pulang. Gimana sekertaris barunya. Cocok?"

"Terpaksa cocok Mah," jawab Prince sedikit menekuk wajahnya.

"Kok gitu, emang sekretaris barumu tak sesuai kriteria ya?" tanyanya lagi.

Lampiran dia tak masalah, tapi anehnya kenapa harus dia yang tersisa. Satu pertanyaan yang bikin Prince bingung, jawabnya membuat ibunya sedikit penasaran

"Apa?" Utami siap mendengarnya walau ia sebenarnya sudah tau.

"Semua pelamar yang awalnya banyak semuanya kompak mengundurkan diri," jawabnya.

Ibu dari Prince ini sedikit menahan senyumnya karena ternyata rencana yang ia susun sempurna. Sebelum hari wawancara, Utami tak sengaja melihat lampiran daftar riwayat calon sekretaris putranya yang tertera di layar komputer saat ia mengantarkan baju bersih ke kamarnya. Ia yang penasaran, diam-diam melihat satu-satu data formulir tersebut. Saat melihat data milik Mae, ia segera membuat para pelamar mundur dengan cara memerintahkan orang kantor untuk menyebarkan rumor bos galak. Orang suruhan Utami tak lain adalah Jumi, karyawan yang membantu pemindahan putranya itu. Formulir data diri Mae dikirimkan lewat email sebelum hari wawancara dan Prince tentu saja tak mengetahui aksi ibunya itu karena sedang berada di kamar mandi.

"Lalu siapa orang yang berhasil menjadi sekretaris mu?" tanyanya berpura-pura ingin tahu.

"Maemunah, gadis nakal itu," jawab Prince dengan kesal.

"Apa?" Utami berlagak terkejut. "Bagus itu, kamu kan jadi bisa dekat dengannya," celetuknya senang setelahnya.

"Ah Mah, Prince capek. Pamit istirahat ya," izin Prince langsung karena tak mau mendengarnya.

"Oke lah, sana istirahat," jawab ibunya mengizinkan.

"Mah, ada apa dengan Prince?" Yahya sang ayah yang baru saja tiba di rumah sedikit penasaran dengan sesuatu yang baru saja terjadi.

"Pah, papah tau gak sapa yang jadi sekretaris barunya?" Utami segera bercerita padanya dengan memberikan pertanyaan.

"Oh sudah dapat dia." Yahya menjawab sambil melepaskan dasi di lehernya.

"Hmm. Mae anaknya Jeng Koneng, Pah sekretarisnya," ucap Utami memberitahu.

"Wah pasti itu takdir," celetuk suaminya menebak.

Utami mengangguk-angguk senang, setuju dengan ucapan suaminya.

Di kamar, Prince tiba-tiba teringat dengan ciuman singkatnya dengan Mae di kantor tadi. Entah kenapa dia mendadak tersenyum sambil memegangi bibirnya sendiri setelah mengingat kejadian tersebut.

Beralih ke Mae yang juga sudah sampai rumah. Ia hendak berpakaian setelah dirinya mandi untuk menghilangkan penat. Saat membuka pintu almari, ia langsung melebarkan mulutnya terkejut melihat isi lemari yang berbeda. Baju miliknya sekarang sudah berganti menjadi gaun dan kaos wanita berwarna cerah. Baju oblong, kaos hitam serta celana jeans robek kini telah menghilang dari tempatnya.

"Astaga! Baju gue kemana coba perginya? Pasti Nyak ini," tuduhnya langsung.

Mae segera mengambil kaos berwarna pink cerah serta celana jeans benar untuk dipakainya keluar. Ia berniat protes pada sang ibu karena telah mengganti pakaian miliknya tanpa seizinnya.

"Nyak!" teriaknya tak santai. Markoneng yang sedang menonton televisi sambil menilai baju langsung berhenti dan menengok.

"Ape?" tanyanya.

"Baju Mae kok pada ilang sih?" protesnya sambil berkacak pinggang.

"Ilang gimana tuh lu dah pake baju," jawab ibunya santai.

"Masa baju Mae warnanya begini semua. Gak keren lah Nyak," protesnya lagi.

"Lu tuh ya, anak gadis masa bajunya gelap semua. Lagian lu kan dah kerja jadi sekretaris sekarang masa bajunya gelap-gelapan. Tapi Nyak seneng pas tau bos lu si Prince anaknya Utami," ucap ibunya senyum-senyum

"Haduh bakal merembet dah, Mae keluar aja lah," pikirnya yang langsung berpamitan untuk menghindar.

"Mau kemana?" tanya ibunya segera.

"Nongkrong nanti pulangnya bareng Babe," jawabnya.

"Ya udah sono dah," ucap Markoneng memberi izin. Mae pun berlalu pergi meninggalkan ibunya sendirian di rumah.

Markoneng yang sedang melipat baju mendadak berhenti karena tersadar akan sesuatu. "Babe ngeronda, Mae main, lah gue sendirian dong," gumamnya sedikit kesal.

Mae berjalan sambil terus membetulkan bajunya yang terasa sempit sampai ke pos ronda. Kedua temannya yang tahu kedatangannya langsung menoleh. Raka dan Bayu tampak saling tatap setelah melihat penampilan Mae yang tak seperti biasanya.

"Mae, tumben bener lu pake baju pinki-pinki," ledek Raka langsung.

"Ah kelakuan si Nyak nih," jawabnya kesal.

"Tapi gue suka lu yang begini. Cantik!" Ucap Raka sedikit menggodanya.

"Ehem!" Bayu yang merasa di abaikan langsung berdehem untuk menyadarkan Raka.

"Oh ya Rak, lu ngapa kagak bilang sih kalo bos baru lu itu si Princes?" tanya Mae yang kini sudah duduk bersama.

"Mana gue tau, gue aja kaget tadi ternyata lu udah ketemu ma temen kita," jawabnya.

"Emang sapa sih? Princes kan cewek?" Bayu mendadak penasaran dengan perbicangan kedua temannya.

"Prince, Yu, temen TK kita. Lu masa lupa," jawab Raka mencoba mengingatkannya.

"Oh yang dulu perannya di rebut sama Mae itu. Gue sebenernya masih heran masa dia sama Mae cantik kan dia kan aneh," ucap Bayu yang sudah mengingatnya.

"Hooh sampai sekarang dia putih mulus kaya pangeran dari kerajaan-kerajaan," timpal Raka setuju dengan ucapannya.

"Alay lu Rak," ledek Mae segera.

"Lebih gak nyangka lagi dia ternyata bos baru gue ma Mae sekarang. Mae jadi sekretarisnya. Emang kenapa sih E lu kaya sebel gitu ma Prince?" Raka akhirnya bertanya.

"Masalahnya.... tuh orang yang dijodohin ma gue. Prince temen kita dan korban bully nya gue," jawab Mae berhasil membuat keduanya tersentak.

"Apa?"

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Gubrak 🤣🤣🤣

2024-08-29

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Pantesan,ternyata ada campur tangan Camer 🤭🤣

2024-08-29

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

semangaaaat Maeeee 👏👏

2024-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!