"Kita kelupaan sesuatu saat lewat tempat itu." Kata Vina yang tiba-tiba teringat sesuatu.
"Apa?" Tanya pria itu namun tak ada jawaban dari temannya ini.
Gadis itu tidak menjawab, yang ia rasakan saat ini hanya rasa ragu untuk memberitahukan Roni. Pria itu berkali-kali menggoyang-goyangkan bahu Vina, tapi gadis itu malah tidak menoleh ke arah dia sama sekali. Bahkan untuk mengatakan satu kata pun tidak. Seakan gadis itu berada di pemikirannya sendiri. Roni berdecak. Ia lebih kesal jika dihiraukan seperti ini. Pikiran Roni masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Vina.
Apa maksud dari gadis itu? Lupa sesuatu saat lewat tempat itu? Apa terjadi hal buruk jika mereka tidak melakukannya? Itu yang ia pikirkan saat ini. Sementara gadis yang duduk didepannya ini masih tidak menoleh ke belakang atau mengatakan sesuatu. Roni bukanlah orang Jawa, jadi sepenuhnya dia tidak mengerti mengenai maksud Vina, Ilham, dan Bayu yang berasal dari Jawa. Yang ia diketahui hanyalah harus menjaga sikap dan ucapan saat berada di tempat lain. Karena, hanya dengan menjaga sikap dan ucapan, dia akan dihargai oleh orang-orang sekitar tempat itu.
Sejak awal berangkat, Bayu sudah mengatakan kepada mereka untuk selalu menjaga sikap dan ucapan. Meskipun yang mereka hadapi adalah orang yang lebih muda, bukan berarti mereka bisa bertingkah seenaknya. Sejauh ini, tim mereka belum mendapat ucapan buruk dari warga setempat selama berada di pedesaan tersebut.
Roni menoleh ke arah jendela mobil, tidak ada apapun diluar sana selain kegelapan. Hanya terlihat sedikit cahaya yang berasal dari peternakan ayam. Selain itu, tidak ada apapun. Sekilas ia melihat seorang wanita dengan Hoodie dan celana panjang berada di tepi jalan. Wanita itu tidak melakukan apapun selain berdiri dan menatap ke arah depan.
"Bay, tuh cewek butuh bantuan deh." Kata Roni.
"Mana sih?" Tanya pria tersebut.
"Tadi. Kamu gak lihat?"
"Emang ada?" Tanya Bayu kepada Ilham.
"Gak ada. Kamu pasti kecapekan, Ron. Istirahat aja dulu. Tidur apa makan terserah deh." Jawab Ilham.
"Tapi-"
"Ron." Panggil Bayu yang seketika membuat Roni terdiam dan duduk tenang di kursinya.
Roni terdiam dengan perasaan takut, gugup, dan penasaran. Bulu kuduknya berdiri dan ia merasa sangat dingin. Dia menggelengkan kepalanya dan berpikir bisa saja itu hanya halusinasi dirinya akibat kelelahan. Apalagi, seharian ini dia lebih banyak berhadapan dengan kamera dan laptop daripada menikmati wisata. Roni menarik jaketnya lebih erat dan memeluk ranselnya. Dalam hatinya, semoga saja ucapan Ilham benar.
"Sampai belum sih?!" Kata Dava yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
"Sabar. Bentar lagi sampai kok." Jawab Ilham yang sudah malas menanggapi Dava.
"Cih, laper!"
"Jangan merengek-rengek begitu." Kata Bayu yang masih fokus menyetir mobilnya.
Dava memajukan bibirnya dengan mata setengah mengantuk. Sudah menjadi kebiasaan dia saat bangun tidur dengan keadaan lapar. Roni membuka tasnya dan menemukan beberapa makanan ringan. Pria itu melemparkan makanan ringan tersebut ke teman yang duduk di sebelahnya. Dava seketika merasa gembira dan tersenyum lebar.
"Baru melek aja berisik." Ucap Roni. Dava tidak peduli, ia memakan makanan ringan dari Roni.
Mobil berwarna hitam tersebut berhenti di depan sebuah rumah sewaan. Para anggota traveler mulai turun dari mobil dengan tas di punggung mereka. Yuna berkali-kali menguapkan mulutnya karena kantuk yang tidak bisa dia tahan. Malahan saat di dalam rumah, gadis itu sudah menghilang ke kamarnya. Begitu juga Dava yang setelah kenyang langsung tergeletak diatas karpet.
"Kamu mandi duluan aja, Vin." Ucap Bayu kepada gadis berambut sebahu yang berdiri di sebelahnya.
"Iya." Jawab gadis itu sembari berjalan menuju kamar untuk meletakkan tasnya.
Melihat gadis itu pergi, Bayu menghela nafas. Pria itu memikirkan ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu. Terlihat dari wajah Vina, gadis itu datar dan terlihat kelelahan. Bayu berpikir mungkin saja karena faktor dari perjalanan mereka hari ini. Namun, biasanya gadis itu masih sangat bersemangat setelah berhari-hari berada di perjalanan.
"Ada apa, Pak Ketua?" Tanya seorang pria yang berada di belakangnya sembari menutup pintu rumah.
"Apa, Pak Wakil?"
"Aku tanya loh, lah kok malah tanya balik?"
"Besok kita gak kemana-mana dulu. Bagian editing." Kata Bayu dengan wajah yang serius.
"Oke. Wajahmu gak usah seserius itu." Ledek Ilham.
"Aku ingetin doang!"
"Santai, bro. Lah kok ngamuk?"
"Ndasmu." Kata Bayu. Mendengar itu, Ilham hanya tertawa kecil sembari berjalan menuju dapur.
"Heh mau kemana?" Tanya Bayu sambil menyentuh bahu Ilham.
"Kamar mandi." Jawabnya.
"Ada yang pakai kamar mandinya. Duduk sini aja dulu."
Ilham mengangguk dan duduk di sebelah Roni yang sedang mengisi daya laptopnya. Karena besok adalah bagian dia dan Dava untuk mengedit video. Sementara Bayu dan Ilham akan mengedit foto yang akan digunakan untuk artikel wisata. Vina dan Yuna malah sudah siap dengan artikel mereka. Jadi, yang mereka lakukan nanti hanyalah membaca kembali serta membenahinya jika ada kekeliruan.
Sesekali Bayu melihat ke arah dapur, berharap Vina sudah akan masuk ke dalam kamar. Para laki-laki mulai membicarakan pekerjaan mereka. Sebenarnya ada perasaan enak dan tidak bekerja sebagai traveler. Dan tidak mudah untuk melakukan setiap pekerjaan. Meski orang lain mengatakan bahwa menjadi seorang traveler sangat menyenangkan. Benar. Sangat menyenangkan karena bisa berkeliling di tempat baru.
Bagaimana dengan kekurangan bekerja sebagai traveler? Itu rahasia mereka. Terdengar suara air yang mengalir melalui kran kamar mandi. Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu membasuh tubuhnya dengan sabun. Rasa air malam ini cukup dingin, tapi dia tidak akan bisa tidur apabila tidak mandi. Gadis itu juga merasakan kesegaran disaat bersamaan dengan dingin malam ini.
Vina mulai mematikan kran airnya saat mendengar suara ketukan pintu kamar mandi. Tidak ada suara apapun. Saat dia mengguyurkan tubuhnya dengan air, seseorang kembali mengetuk pintu. Voka terdiam sejenak berharap yang mengetuk pintunya adalah teman-temannya. Biasanya mereka akan memanggil nama orang yang berada di dalam ruangan tersebut setelah mengetuk pintu. Akan tetapi, kali ini tidak ada panggilan nama dirinya.
"Iya?"
Tak ada balasan. Maka segera Vina menyelesaikan mandinya dan memakai pakaiannya. Setelah sudah selesai, gadis tersebut mulai membuka pintu kamar mandi. Anehnya pintu itu tidak mau terbuka meskipun kuncinya sudah dibuka. Vina berusaha membuka pintu tersebut, tak ada hasil. Seakan pintu itu ditahan oleh sesuatu sehingga tidak bisa terbuka.
"Bayu!!" Panggil Vina berharap seseorang bisa membantunya untuk keluar dari kamar mandi.
"Ilham!! Roni!!!"
Lagi-lagi pintu itu tidak mau terbuka meskipun Vina sudah mendorongnya dengan tubuh kecilnya. Hal itu membuat lengannya tergores akibat paku yang menancap di pintu kayu itu. Vina mengaduh saat melihat luka kecil di lengannya. Sedikit perih karena paku itu cukup tajam meskipun sudah bertahun-tahun rumah ini ditinggalkan.
Lampu kamar mandi mulai mati dan menyala setiap detiknya. Vina mengira ini perbuatan usil teman-temannya. Sehingga gadis itu mulai memanggil nama teman-temannya agar mereka bisa berhenti menjahilinya. Akan tetapi, tak ada balasan apapun dari teman-temannya.
"Siapa sih? Gak lucu tau!" Ucapnya.
Saat gadis itu menoleh ke arah cermin, dia menyadari sesuatu. Ada seseorang yang berada di belakangnya. Seorang perempuan tanpa kepala. Perempuan itu memegangi kepalanya di kedua tangannya. Salah satu matanya keluar dari kepala itu dan lihat wanita itu juga terpotong menjadi dua. Wanita itu mengerang kesakitan, bahkan jarak Vina dengan wanita itu sangatlah dekat.
Vina berteriak yang membuat teman-temannya mulai menuju ke kamar mandi. Pintu berhasil terbuka. Terlihat Vina berada di lantai kamar mandi memeluk handuknya dengan wajah ketakutan. Yuna segera membantu Vina berdiri dan keluar dari kamar mandi. Saat melihat luka di lengan Vina, Bayu segera membopong gadis itu ke ruang tamu.
"Tolong ambilkan perban." Kata Bayu. Yuna mengangguk dan segera berlari ke kamarnya mengambil perban dan obat merah.
Wajah Vina berubah pucat, tubuhnya menggigil kedinginan. Bayu melepas jaketnya dan memakaikannya pada Vina. Pria itu menyentuh kedua pipi Vina dengan lembut dengan harapan gadis itu bisa merasa lebih baik.
"Ini." Ucap Yuna sembari memberikan perban dan obat merah.
Bayu menerimanya dan segera mengobati luka Vina. Meski itu adalah luka kecil, wajah Bayu terlihat penuh kekhawatiran jika terjadi sesuatu pada Vina. Dia tidak ingin gadis itu terluka atau merasa sedih, dia hanya ingin Vina selalu tersenyum dan bahagia. Meskipun setiap waktu dia tidak mengetahui masalah yang didapatkan oleh Vina.
"Vin." Panggil Bayu setelah selesai mengobati luka Vina. Gadis itu tidak bereaksi apapun ketika Bayu mengobati lukanya. Seakan Vina tidak merasakan apapun. Entah apa karena luka kecil itu jarang dirasakan.
"Vin, kamu gak apa-apa? Ada apa?" Tanya Bayu.
"Bay... Aku... Gak apa-apa. Cuman kepleset doang." Jawab Vina. Ia tidak ingin menceritakan apa yang baru saja dia alami di kamar mandi tadi.
"Vin." Panggil Bayu yang masih tidak percaya dengan ucapan Vina. Dari wajahnya itu, bisa dikatakan ada sesuatu yang membuat gadis itu ketakutan.
"Aku tidur dulu. Ayo, Yun." Kata Vina sembari berdiri dan menggandeng lengan Yuna.
Bayu melihat dua gadis itu masuk ke kamar mereka. Ada perasaan kesal karena Vina tidak mengatakan apapun pada dirinya. Dia kesal tidak bisa mengerti bagaimana perasaan Vina meskipun bisa membaca wajah gadis itu. Vina sangat mudah ditebak, tapi sering juga mengetahui apa yang gadis itu rasakan. Disaat wajah gadis itu berusaha terlihat baik-baik saja, cara bicaranya yang mengatakan dirinya baik-baik saja, Bayu merasakan bahwa Vina tidak baik-baik saja.
"Dia halusinasi kayak Roni, kah?" Tanya Ilham.
Bayu tidak menjawab ucapan wakilnya. Akan lebih baik jika dia tanyakan pada Vina besok pagi. Tapi hal itu tidak menjamin 100% Vina akan mengatakan hal sebenarnya. Gadis itu lebih keras kepala dibanding Yuna. Jika tidak, maka tetap tidak. Bayu sudah sangat mengenal Vina. Bahkan dari hal kecil Vina, dia bisa mengetahuinya. Mereka sangat dekat, apalagi Bayu yang memiliki perasaan pada Vina selama bertahun-tahun.
"Kita istirahat aja sekarang." Kata Bayu yang mendapatkan anggukan dari yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments