18. Mimpi Djiwa

Hujan lebat di dampingi gemuruh angin, petir menyambar saling berkejaran. Seroang wanita berlarian di tengah hutan. Menerobos hujan dan gulita, demi mempertahankan diri dari kejaran maut. Tersandung, hingga akhirnya dia jatuh. Perutnya berdenyut nyeri, dia bersandar ke sebuah pohon dengan menyeret tubuhnya perlahan. Menitikkan air mata, mengelus buah hatinya yang masih dalam buaian hangatnya. Isaknya terhenti, lolongan anjing mendekat, dia harus cepat meloloskan diri.

Vila megah di tengah hutan menghadap danau, jauh dari pemukiman warga, hanya ada beberapa vila lainnya namun kosong sedang tak di huni. Sulit bagi wanita untuk mendapatkan pertolongan. Memanjat doa, dalam semua langkah, memohon ampun atas segala dosa. Menawarkan nyawanya tapi memohon dengan tulus agar anaknya lahir selamat. Gila di dengar, ia tetap berharap Allah mengabulkannya. Zalina Rumi wanita itu, wanita hamil yang di teror oleh istri pertama karena menjadi duri dalam pernikahan.

Dewasa di ketahui, jikalau kau merebut suami orang kau bukan lagi gundik melainkan pelakor. Zalina dinikahi pengusaha kaya raya, namanya tersohor banyak orang kenal karena motivasi yang di berikan lewat media siaran. Motivator dalam bidang inventasi cemerlang di masa depan. Zalina gadis desa, televisi dan kabar media tak tersentuh olehnya. Hanya paras cantik yang bisa menjadikannya di cintai begitu brutal hingga menikah tanpa tahu asal usul si pria. Paras cantik yang menjadi malapetaka hidupnya.

"Dimana wanita sial itu, arghhhhhhh!!!!! Kau cari sebelah sana, kau ke arah barat, temukan sekarang juga, kalian harus membunuhnya sebelum suami ku datang, cepat temukan atau nyawa kalian taruhannya!" Wanita berusia 30 tahunan berteriak murka, dia ikut mengejar Zalina di bawah payung hitam.

Nafas Zalina tercekat, mengapa usaha kaburnya seolah sia-sia, mengapa sudah kabur lebih dulu masih terkejar. Tubuhnya mengigil, dia mengigit bibir agar tak bersuara. Naas anjing pelacak itu, menggonggong tepat di depan dirinya. "Ya Allah, jangan ku mohon, aku berlindung padamu meski aku seorang pendosa, tolong lah aku yang menguasai hidup dan matiku."

"Disini kau rupanya, wanita jalaaang!" Musdalifah puas dengan kinerja anjing kesayangannya.

Berlutut, Zalindra bersimpuh di kaki Musdalifah. "Aku mohon Bu, aku lepaskan suami ibu, aku tak tahu kalau beliau sudah menikah, aku mohon tolong ampuni aku Bu, apapun yang ibu mau akan ku turuti."

Musdalifah menjambak rambut Zalina, sampai kepalanya tertarik menghadap atas. "Heh wanita sundel, yang ku mau ya jelas nyawa mu, jangan memelas di hadapan ku, kau wanita murah!"

Zalina mengais sejadinya, memegangi kaki Musdalifah. "Aku mohon bu, aku punya anak yang bahkan belum sempat melihat dunia, tolong ampuni aku Bu."

"Cuihhh, semua wanita hanya meminta belas kasih saat sudah ketahuan boroknya, kemana kau saat menjajakan selangkangaan mu pada suami ku, apa kau ingat dosa, apa kau tahu betapa sakitnya diriku saat di khianati, apa kau merasakan hancurnya keluarga ku, aku dan anak-anak ku menderita karena wanita seperti mu!" Musdalifah menendang Zalina sampai wanita itu kembali bersandar di pohon.

"Akhh." Pekik Zalina, dirinya mengalami pendarahan, perutnya semakin mulas.

Ya Allah kau maha adil, jika benar akhir hayat ku seperti ini dalam takdir, maka izinkanlah aku datang dengan keadaan berlapang dada. Izinkanlah aku melahirkan anak ku, dia masih suci ya Allah. Hamba berserah diri pada engkau dzat yang menggenggam diriku. Zalina berdoa dalam tangis, dia tak bersuara, hanya merintih kesakitan, dia tak lagi minta di ampuni, dia menyerahkan semuanya pada tuhan. Dia bukan seorang pezina, dia bukan pelakor, dia hanya korban keserakahan laki-laki.

Musdalifah gemetar, dia segera memanggil orang suruhannya untuk mengakhiri nyawa Zalina. Jika di tunda lebih lama, dia takut rasa iba datang lantas ia berbelas kasih pada Zalina. "Seret mayatnya, kuburkan di pedesaan sekitar, suap aparat desa, dan jangan sampai meninggalkan jejak sedikitpun. Apalagi suamiku sampai tahu, aku terima beres aku akan kembali ke rumah."

Mobil yang di tumpangi Mahendra berpapasan dengan mobil yang di bawa istrinya. Musdalifah keluar areal vila dengan perasaan campur aduk, dia tak melihat suaminya datang. Mahendra tak melihat jelas karena kaca mobil buram, kondisi jalanan curam sebab hujan teramat deras. Mahendra melirik bunga yang ia beli di penghujung jalan, senyum tak lepas dari bibirnya, tak sabar melihat reaksi sang istri. Mahendra meraba baju bayi yang ia beli dari luar kota, perjalanan dinas begitu melelahkan tapi lelahnya hilang saat sudah dekat dengan si buah hati.

Pohon Cemara tak memberi celah sinar lampu yang terpasang di sepanjang jalan menuju vila. Mahendra memilih menggosokkan kedua tangan menghasilkan kehangatan sesaat. Dia kedinginan, tubuhnya menggigil dan merasa cemas berlebihan. Sudah berulang kali memarahi supirnya, mengumpat karena merasa si supir tak becus berkendara hingga lama sekali untuk sampai ke vila.

Lantunan musik klasik terdengar dari dalam vila, Mahendra mengelus dada, kecemasannya tak bermakna. Rupanya istrinya sedang mendengarkan musik untuk putra yang di kandungnya. Mahendra bergegas masuk, berulang kali menekan bel namun Zalina tak kunjung membukakan. Memerintahkan supirnya mencari kunci cadangan, setelah di terima sibuk memasukkan anak kunci. Bengong saat pintunya terbuka begitu saja saat angin kencang meniupnya.

Sadar ada yang tidak beres Mahendra berlari ke lantai dua. Dia terus berlari tanpa memperdulikan kakinya yang menginjak serpihan kaca di anak tangga terakhir. Kaca itu mengoyak kakinya cukup dalam, darah tercecer seiring langkahnya. Berkeliling dengan teriak kencang menyuarakan nama Zalina, tak ada sahutan. Semua ruang sudah di kelilingi, dan ada jejak keberadaan Zalina. Hanya serpihan kaca di bawah tangga jejak satu-satunya yang ia lihat.

"Ucup tolong bersihkan serpihan kaca ini, untuk kaca yang ada darahnya ini bisakah kau tanya ke Riswan untuk di selidiki, pastikan siapa pemilik darah itu." Perintah Mahendra.

"Baik pak besok saya akan kirimkan ke pak Riswan." Ucup berujar patuh.

"Apa kau gila? Aku meminta mu sekarang, cepat pergi aku butuh kepastian sekarang juga!" Teriak Mahendra kalap.

Ucup mengerti tuannya tak bisa di bantah. "Baik pak, tapi bapak sendirian disini."

"Pergi Ucup, ku mohon pergilah aku tak butuh siapapun aku butuh istri ku, jadi bisakah kau tak banyak tanya dan melakukan yang ku minta?"

Ucup tak pernah melihat kekacauan separah ini dari tuannya. Puluhan tahun mengabdi, dia bahkan sering mendapati Mahendra ketahuan selingkuh, selingkuhannya di bunuh, dan di celakai oleh istri pertama dia masihlah santai. Setahu Ucup dari banyaknya gadis selingkuhan Mahendra hanya Zalina yang di nikahi secara sah, baik secara agama maupun secara negara. Ucup tak bisa meninggalkan tuannya sendirian, tapi tugas tetaplah tugas, tanpa permintaan tuannya dia memanggil bala bantuan teman kerja untuk datang ke vila. Secepatnya ia pergi pun tak akan sampai malam ini, Riswan orang kepercayaan tuannya berada jauh di luar kota.

Mahendra menelusuri halaman vila, keluar dari rasa nyaman di guyur hujan deras. Hujan merabunkan matanya, dia tak bisa melihat dengan jelas. Mencari ke segala penjuru, menemukan secarik baju Zalina yang koyak. Mahendra mengambil baju itu, mencium aromanya yang tak lagi ada, terbilas hujan malam. Tetap nekat, masuk ke dalam hutan di belakang vila, dan mendapati jejak kaki banyak orang disana, dia bahkan melihat jejak anjing meski samar.

"Tidakk, ku mohon tidak, TIDAKKKKKKKK!"

"Tidak mungkin ini darah istri ku, tidak mungkin bukan, tidak...tidak...tidakkkkkkk!!!!!!"

Mahendra menyentuh tetesan darah segar yang bersatu dengan daun kering di bawah pohon besar. Darah cukup banyak, dan saat diikuti darah itu berceceran memberi petunjuk. Mahendra tahu siapa dalang hilangnya Zalina. Merogoh saku menarik ponselnya, menelpon Musdalifah. Telponnya diabaikan, hingga dia menelpon orang rumah tak juga di angkat. Frustasi tak ada yang menerima panggilannya, dia menelpon supir yang selalu di bawa Musdalifah.

"Ha...halo pak, ada apa ya?" Cicit supir itu gugup.

"Kau dimana Udin?" Mahendra mengendalikan diri, dia harus bisa dapat informasi dari orang kepercayaan, Udin ada di pihaknya selama ini.

"Saya ada di rumah pak, hari ini saya cuti ada apa pak?" Udin berdusta untuk pertama kalinya.

"Ibu dimana?" Mahendra enggan menyebut nama Musdalifah.

"Kalau tidak salah dengan non Alea pergi ke London, makanya saya cuti pak, katanya udah izin sama bapak." Lancar sekali mulut Udin.

Tut

Sambungan terputus, Udin seolah baru bisa bernafas kembali. "Sudah Bu."

Musdalifah mencium Udin mesra, tangannya tak mau diam meraba kesana kemari. "Kau memang kesayangan ku."

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

kasiannn emaknya djiwa🤧🤧🤧🤧

2024-08-12

0

Ney Maniez

Ney Maniez

ya Alloh
jijik sm kelakuan suami istri itu,,, boleh getokk gk/Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/

2024-08-12

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Ternyata ayah kandungnya Djiwa bukan yg botak 🤭🤣🙏

2024-07-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!