13. Bayi Ziarah

"Kapan aku terakhir mengunjungi makam ibu ku?" Djiwa bertanya sendu.

"Kalau bowan tak salah ingat sebelum ada tragedi kau di kejar orang asing di makam, saat usia tiga tahun." Jelas Yanto.

"Hai, ibu hari ini aku datang kembali." Tutur Djiwa di peristirahatan terindah Zalina.

Kala itu usai kuntilanak pundung, hidup terasa penuh teror. Saat mandi dia berulah dengan membuat lampu kamar mandi seperti di tempat disko, hidup dan mati hanya tak ada kelap-kelip saja. Setiap tidur di hantui perlahan tapi mengejutkan, belum lagi saat hendak menonton hal yang menyenangkan, layar ponsel mandeg berubah dengan tawa kuntilanak. Tak bisa mengelak dari itu semua, ketiganya membawa Djiwa ke makan Zalina. Dasarnya wanita, meski sudah jadi hantu jika keinginan tak di turuti perkara muncul sehari-hari.

Makam bukan tempat rekreasi atau menenangkan diri meski kondisinya sunyi. Di hujat orang lewat, karena menjumpai bayi di bawa ke kuburan. Kabar santar diperdengarkan para tetangga, tak ada hal baik semua berisi cacian. Tak pandai membawa diri, mengasuh bawi tanpa pengawasan orang dewasa salah kaprah. Semua cemooh warga redam begitu saja, karena lagi-lagi keluarga Jarwo, Tanto, dan Jajang menyelesaikan dengan ide cemerlang namun gila sepanjang sejarah.

Tanah hibah di kuburan itu milik keluarga besar Ujang, jadilah separuh tanah di sampingnya yang awalnya hanya terdiri dari kebun melon dan lapangan sepak bola di bangun kolam renang dan taman bermain. kolam renang sederhana, mengandalkan air alam yang mengalir deras di pedesaan. Siapa sangka justru mendatangkan rezeki berlimpah. Orang kota datang karena keasrian dan nuansa wisata itu. Padahal kalau di pikir-pikir, dekat dengan kuburan. Meski begitu mendatangkan rezeki untuk warga desa, dan tak lagi menggosipkan keanehan rombongan Ujang membawa bayi ke kuburan.

"Mau ke makam apa mampir perosotan dulu?" Ujang menawarkan permainan pada dua sahabatnya.

"Ck, ke kuburan aja lah cok, lagian bayi ngapain di ajak perosotan sih, nanti jatoh bundas pula anakku." Yanto geromet tak terima.

"Kenapa logat mu jadi kaya Dayat, ngomong-ngomong si Djiwa tuh udah bukan bayi lagi Yanto ganteng, dia udah tiga tahun." Sanggah Ujang.

"Mau tiga tahun, mau tiga puluh tahun, mau tiga ratus tahun dia tetap bayiku, cerewet." Sewot Yanto.

"Woyylah Cok, mana ada orang sampe umur 300 tahun, ngaco aja, marah boleh begoo mah jangan Cok." Dayat cengengesan.

"Idih apa dah si Dayat, kamu teh nggk di ajak!" Ujang menirukan gaya banci bicara.

"Neng Ujang, ajak akang atuh neng, bawahahhaha." Dayat terbahak.

Pletak

Pletak

Pletak

"Mbah, ngapa maen jitak." Protes Yanto yang di jitak paling santar.

"Tau tuh, Mbah kuncen iseng banget." Celoteh Ujang.

"Ini tempat orang beristirahat sampe nggak ingat dunia lagi, ngapain kalian ribut mulu setiap kemari sih, Mbah kan jadi seneng." Ucap kuncen Supri.

"Ya kalau senang kan nggak harus jitak Mbah." Dumal Dayat.

"Loh, luapan cinta dari Mbah itu." Supri mendekati Djiwa.

"Cah ganteng, mau apa ke makam, tengah bolong, nggak bobo siang?" Supri bertanya sembari memainkan jemari Djiwa yang imut.

"Iwa, mau mam." Djiwa dalam gendongan Yanto bertutur kata.

"Loh kalau mau mam ya nggk di sini, disini cuma ada tanah sama kembang, emang Djiwa mau kembang Kamboja?" Supri mencolek pipi Djiwa.

"Mam nyenyen di sana." Ujar Djiwa menunjuk ke arah kuburan.

"Ekhmm, agak ngeri ya nih Djiwa ngomongnya, kalau mau ziarah, yaudah sana jangan sampe kesorean ngeri bener dah." Supri geleng kepala.

Batu nisan Zalina Rumi yang usang namun masih terbaca. Sisi kuburannya tak pernah kotor sedikitpun. Di tanami rumput hias oleh keluarga Yanto, agar tumbuhan itu berdzikir memohon ampun dari pemilik jasad terkubur. Tak ada yang dilakukan, hanya duduk dan berbincang saja. Djiwa kala itu sangat senang merebahkan separuh tubuhnya sembari tengkurap di makan sang ibu. Seolah tahu, kalau di balik kuburan ini bersemayam sosok separuh jiwanya.

"Djiwa suka disini?" Yanto bertanya lembut, putranya berlarian mengelilingi makam.

Si kecil Djiwa berhenti sejenak. "Cuka banget."

"Kenapa suka disini daripada maen di perosotan saja?" Dayat penasaran.

Djiwa mengalihkan pandangan ke Dayat. "Ceru banget dicini."

Djiwa yang cedal tak bisa huruf s itu bersenandung dan berlarian. Ketiga pemuda hanya duduk menonton saja. Putra mereka aman disini, dan bisa bertingkah heboh dengan kegembiraan melimpah padahal hanya bermain seorang diri. Seperti siang ini, Djiwa bersandar di nisan Zalina, berceloteh bahasa bayi, dan dengan mudah di pahami kalau dia menghibur sang ibu.

"Hah, ngantuk cok." Celetuk Dayat.

"Ari si Dayat, ini teh di kuburan guoblok, malah betah sampe pengen tidur, sekalinya tidur nggk bisa bangun lagi baru nyaho kamu." Sembur Ujang.

"Orang ngantuk nggak berarti tidur loh Ujang, cuma mengutarakan kondisi tubuh sekarang, heeehhh." Kesal Dayat.

"Ya kalau orang ngantuk nggk tidur ngapain, berenang Tah?" Sewot Ujang.

"Nonton b*kep." Timpal Dayat kesal, temannya selalu cari kesempatan adu mulut tak ingat tempat.

"Beuh, udah-udah ntar pulang dari sini pundung, udah nggak usah ngoceh aja." Yanto menengahi.

Baik Dayat maupun Ujang mendengus. Lantas keduanya sama-sama merogoh ponsel di celana dan menyibukkan diri dengan itu. Dayat yang bermain game, Ujang yang nonton YouTube, dan Yanto sedang berbalas pesan dengan bidan desa. Fokus mereka teralihkan, tak lagi mengawasi putranya. Saling mengandalkan mata yang lain, hingga mata sendiri teledor. Djiwa menelusuri areal pemakaman seorang diri.

Djiwa diikuti sedari lama oleh orang-orang itu, seorang lelaki berbadan kekar bukan warga setempat. Pria itu mengejar Djiwa, yang mengikuti terbangnya seekor kupu-kupu. Mengendap pasti, hingga langkahnya terhenti saat kupu-kupu justru hinggap di sepatunya. Djiwa yang senang melihat kupu-kupu kelelahan terbang duduk di dekat sepatu orang dewasa itu. Jari telunjuk nya siap menyentuh kupu-kupu tersebut.

"Djiwa ngapain sampe sini!" Sentak Dayat, mendapati putranya jauh dari keberadaan makan Zalina justru berada dekat dengan lelaki botak berwajah sangar.

"Hikss.....huhu.... Botu nakal....huwaaa..." Djiwa menangis karena kaget dengan suara Dayat yang lantang.

Lelaki seram itu mengambil langkah mundur, lantas hilang di kerumunan mobil parkir. Dayat di hampiri oleh Yanto dan Ujang yang ikut kaget dengan teriakan Dayat.

"Astaghfirullah, ada apa Yat?" Yanto melihat Djiwa nangis kejer.

"Cup-cup sayangnya Boti, diem dulu ya, kaget ya Botu teriak?" Ujang mengelus pundak Djiwa yang menangis sampai sesenggukan.

"Hikss, Botu nakal." Adu Djiwa pada Ujang.

"Yaudah sini di gendong sama Bowan ya?" Ajak Yanto.

"No no, mau sama Botu aja." Djiwa merangkul leher Dayat.

"Aya naon, teriak kenceng banget?" Kuncen sampai mendengar.

"Mbah, apa mbah kenal orang botak, kaya Deddy Corbuzier, badannya banyak tato?" Dayat menjelaskan rupa orang yang dia lihat.

"Oh itu....eh bukannya itu temen kalian ya?" Supri balik bertanya.

"Nggak lah mbah, sejak kapan kita punya temen baru terus di bawa ziarah kubur, kok Mbah bisa nyangkanya itu teman kita sih?" Curiga Ujang.

"Wong kalau kalian ada disini orang itu ikut disini, pernah dia sampe duduk didepan makam yang sering kalian kunjungi, pas ditanya mendelik, kirain Mbah bisu yaudah Mbah tinggalin." Beber Supri.

"Ya kenapa baru cerita atuh Mbah." Ujang tak habis pikir.

"Ya faktor u lah Jang, lupa Mbah mah. Yang jelas dia selalu merhatiin gerak-gerik kalian bertiga kalau lagi ziarah." Ujar Supri.

"Ah satu lagi, kadang dia datang lebih awal daripada kalian nunggu di dalem mobil, terus neropong ke arah kalian, udah kaya mata-mata." Imbuh Supri.

"Sindikat penjual organ ilegal apa ya, aduh serem amat, hayukk pulang aja." Ujang merinding dengan praduga pribadi.

"Hush ngawur aja kalau ngucap, lagian kalau orang mau nyulik mending nyulik kamu aja." Peringat Yanto, meski sendirinya juga ketar-ketir.

Dayat mengedarkan pandang, mencoba peruntungannya menangkap basah gelagat mencurigakan sekitar pemakaman. Meski diteliti, jejak orang botak hilang begitu saja. Dayat tak berasumsi besar, namun demi keamanan Djiwa, memutuskan untuk pulang lebih dulu. Menyempatkan diri pamit di depan pusara Zalina.

"Tak aman Djiwa disini, entah siapa yang mengintai ku harap itu bukan orang masa lalu mu. Kita berusaha melindungi putra mu, jangan salah paham kalau kita tak berkunjung ke depannya, dan jangan terlalu terlibat, tenanglah kau disana."

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

bapak nya c djiwa kali yaaa

2024-08-11

0

Ney Maniez

Ney Maniez

alhamdulillah

2024-08-11

0

Ney Maniez

Ney Maniez

wanita selalu benarrr😂😂😂

2024-08-11

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!