20. Mahendra Kesuma

Rambutnya tak semua hitam, tanda usia matang kian kental. Tubuh tinggi dan kharismatik, kata terucap amat sedikit mampu mengguncang lawan bicara. Sosok terkenal yang di segani pihak berwajib dan pihak manapun. Pajak yang ia bayar, dan gaji yang ia berikan mampu menghidupi hampir separuh rakyat negeri. Mahendra tak terbantahkan dalam hal apa pun. Kini bicara lugas meminta bawahannya di keluarkan dari kasus, Wahdi bisa apa selain mengiyakan tanpa syarat.

Pembebasan yang menggelontorkan dana pembangunan infrastruktur pemerintah, berlandaskan tak ada korban dan pihak manapun yang di rugikan. Mahendra bahkan beraksi akan menyelesaikan masalah dengan sisi kekeluargaan, damai adalah jalan akhir dari semua hal. Wahdi mendampingi Mahendra dan tiga orangnya menuju kediaman Yanto. Berdasarkan informasi yang di terima, Djiwa berada di sana. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka tiba di kediaman haji Jarwo.

Jarwo menyambut kedatangan tamu, dirinya dengan tampilan sehari-hari, sarung diikat di pinggang, kaos kutang berwarna putih menjadi kebanggaan. "Wah, masuk-masuk, ehhh.... tunggu dulu ini ampas tahu ngapa pada ngintil ya?"

Wahdi mengerti maksud Jarwo. "Om nanti di dalem aja kita bahas, percaya aja sama aku om."

"Masalahnya bukan percaya apa nggak Wahdi, ini tangan om liat si ampas bawaannya pengen baku hantam, ah tempeleng dikit sini, bikin orang tua jantungan aja lah." Jarwo nekat melancarkan aksinya, benar-benar menabok si botak.

Wahdi menghalangi Jarwo bertindak lebih anarkis, merangkul sang paman dan melangkah bersama masuk kediaman Jarwo. "Om, hayuk atuh masuk dulu lah."

"Eh lepasin nggk, itu baru noel kena botaknya yang dua masih bikin gedek." Jarwo tak suka meski Wahdi aparat dirinya tak seharusnya melindungi keparatt.

"Wes ono opo toh iki ribut-ribut?" Abah mail kakeknya Dayat datang bertamu.

Jarwo langsung membebaskan diri dari cekalan Wahdi, langsung mengadu pada orang yang di anggapnya bapak sendiri itu. "Ini loh pak, Wahdi udah gak ada rasa iba dengan kita, ini penculik Djiwa bebas nggk di borgol, petentang-petenteng di ajak ke rumah, kalau Djiwa liat mukanya terus trauma gimana coba pak, udah nggk waras di Wahdi."

Mahendra berdiri tegap di depan Jarwo, dengan suara beratnya dia berucap. "Saya jamin keselamatan semuanya, bisakah kita bicara sebentar, jika keberatan biar mereka menunggu di luar."

"Eh, emm.. anu..yaudah ayo masuk." Pada akhirnya Jarwo luluh dengan sosok Mahendra.

Ruang tamu kian ramai manusia, namun tak satupun bersuara. Dayat dan Ujang turut serta sebagai bagian keluarga. Temu rembuk guna remaja yang sama-sama di cinta. Mahendra cukup terkejut dengan pemaparan Abah Mail, rupanya putranya di asuh oleh tiga keluarga besar, masing-masing punya peran sebagai seorang ayah. Terlebih mereka belum menikah sampai detik ini, tak mundur mengasuh satu anak tak jelas asal usul.

Mahendra menatap lekat sosok pemuda yang rela mengasuh buah hatinya, terbesit rasa iri mendalam. Tiga orangnya berdiri tepat di belakang Mahendra, namun ketiga pemuda itu pun tak gentar melayangkan tatapan tak sukanya pada Mahendra. Daerah kekuasaan di usik, tak berisik saja sudah mengagumkan. Meski mulut ingin menghakimi, sadar diri harus bicara sesuai porsi.

Dayat memainkan kaki, lututnya di gerakkan menimpa kaki Ujang dan Yanto karena dia duduk di tengah, memberi isyarat untuk kelahi dengan orang yang duduk di seberang mereka. Dayat mana tahu, Ujang nyaris membuat kursi busa milik Jarwo koyak, sedang Yanto mengutuk dalam hati dengan lincahnya. Dayat tak tahan, jika terus di pendam takut jadi bisul. Dia menanti kesempatan bicara, tunggu saja pasti langsung ia semprot lelaki tua bangka tak tahu diri.

Kesempatan tiba, Dayat berdehem lebih dulu. "Ehmmm ....tuan Mahendra yang terhormat, tak usah mengorek seluk beluk kami, kau yang datang harusnya kau yang kita tanyai, kenapa datang seperti wartawan, tanya sesuka hati, kau tak kenal dengan kita, tak usah mengandalkan harta kita tak perlu, dan beraninya kau datang setelah menculik anakku, keparaattt sekali kau bedebaah tua!"

Yanto dan Ujang otomatis menengok ke arah Dayat yang terlalu berani mengkritisi. "Yat, sing eling."

Ujang melihat Yanto berbisik di telinga Dayat, seperti dapat wangsit ikut mengumpat. "Mulut mu boleh berpendidikan beda dengan kita, tapi masalah kasih sayang jangan ditanya, ah satu lagi kau yakin ayah dari Djiwa? Ku rasa kau bahkan tak tahu jika Djiwa ada di dunia."

Siapa sangka seorang Mahendra terluka atas intimidasi seseorang, dia kini bersimpuh di lantai. Duduk di hadapan ketiga ayah dari benihnya. "Aku mohon maaf, aku tak berdaya, cuitan ku akan nista di mata kalian, aku hanya ingin bertemu ia, aku hanya ingin melihat buah cintaku, maafkan aku yang ceroboh sebagai orangtua."

Dayat kaget dengan tindakan Mahendra, hei dia bukan orang sembarangan, lantas derajat apa yang mampu meruntuhkan pondasi kuat seorang singa. "Kau pikir dengan sandiwara murahan mu kita luluh?"

"Kau benar aku ternilai berlebihan, bahkan jika darah menjadi tangis ku, yakinlah kalian tetap tak percaya akan usaha ku untuk tahu kalau bayi ku hidup, aku juga kehilangan, aku mencari begitu lama, aku meyakinkan diriku kuat untuk bertahan, aku tak ingin merusak kebahagiaan anak ku, tapi aku semakin tua, kelak jika aku mati tanpa bertemu dan tahu faktanya, mungkin semua akan jadi penyesalan terhebat dalam hidup." Mahendra berkata penuh belas kasih.

Dayat hampir luluh, namun egonya menang. Dia tetap duduk tak bergeming satu milimeter pun, beda cerita dengan Yanto dan Ujang. Mereka membantu Mahendra untuk memenangkan diri lebih dulu, lantas menyalurkan kekuatan agar Mahendra berdiri dari posisinya yang kurang pantas. Bersimpuh seolah tersangka penuh dosa, di hadapan hakim belia yang tak kalah jauh perihal dosa.

"Yat, udah." Ujang menepuk bahu Dayat, meski dirinya emosi tapi semua harus diselesaikan.

Yanto memeluk Dayat. "Kau paling tenang biasanya, jadi kali ini tenanglah, semua ada jalan keluarnya. Meski marah kau tetap harus berkepala dingin."

Abah Mail angkat bicara. "Wes Yat, Ojo di terus no. Sekarang duduk ke tempat masing-masing, di rembuk baik-baik."

"Bener, usia bukan lagi anak kemarin sore, emosi sih ada, jangan sampai kalap dan merugi." Wahdi turut berkomentar.

"Nanti aja kalau mau melampiaskan kesal, aku juga masih perhitungan dengan tiga cecunguk yang culik cucuku, sekarang kita ngobrol dulu." Jarwo tak bisa berlapang dada.

"Jarwo jangan ngajarin sesat anak-anak mu, dah sekarang siapa itu, lah bapaknya Djiwa gimana kok bisa kehilangan jejak kelahiran Djiwa tuh gimana?" Abah Mail menginterogasi.

Mahendra menenggak air mineral yang ia bawa tadi. "Saya bukan kehilangan pak, mereka di rampas paksa dari jangkauan saya. Selama ini saya mencari, makanya saya mengutus mereka bertiga."

"Tapi apa yang mereka laporkan ke saya diluar batas pikir manusia normal. Benar saya kehilangan istri saya yang hamil tua. Tapi jika sudah terseret maut, bagaimana yang tiada menghadirkan sebuah jiwa lainnya. Syok berat nyaris depresi, saya selalu meminta perkembangan Djiwa dari mereka. Hingga puncaknya penculikan waktu, karena saya begitu ingin memeluknya dalam kerinduan yang tak berbalas." Imbuh Mahendra.

"Diam-diam saya mengamati pertumbuhan Djiwa, saya di hantui rasa bersalah, saya bahkan tak bisa mengontrol kehidupan saya, makanya saya melarikan diri ke Jepang, seolah tak ada jejak mencurigakan di sini. Jika beberapa orang tahu saya mengorek kembali hilang Zalina, besar kemungkinan Djiwa dalam bahaya." Tukas Mahendra.

Si botak mengangkat tangan, interupsi untuk menambahkan keterangan. "Maaf sebelumnya, tapi kami menjaga keluarga ini dari serangan nyonya besar juga. Kabar Yanto dan kawan-kawan yang kerap berkunjung ke pemakaman terdengar sampai ke telinga nyonya, membuatnya murka dan mengirimkan beberapa anak buah untuk membuat ke kacauan."

"Betul, bahkan sempat ada fitnah tentang keluarga ini yang akhirnya kami turut meredam agar tak sampai terdengar Djiwa. Kami mohon ampun, semua mulut laknatt yang menghina Djiwa pasti babak belur usai melontarkan cacian, sebenarnya itu ulah kami, kami sampai tak pandang usia saat melakukan misi perlindungan." Ujar teman di botak.

"Bukannya kami membela tuan kami, tapi ketahuilah kami bekerja untuk menjaga Djiwa, banyak hal yang terjadi kami tak bisa ungkapkan satu persatu, tapi yang jelas kami menghalau apapun dan siapapun yang berniat buruk ke keluarga ini." Ungkap yang lain, padahal mereka gatal untuk membeberkan fakta kalau semua usaha yang di bangun tiga keluarga itu sukses pesat juga karena bantuan Mahendra. Tapi mereka takut lancang dalam bertutur kata.

"Jadi apa mau mu sekarang?" Dayat tak butuh naskah pembenaran dari Mahendra, dia ingin tahu apa tujuan sebenarnya.

"Ekhmm, aku ingin bertemu anak ku." Tukas Mahendra.

Dayat mendelik tak terima. "Dia anak kita, bukan anak mu, kau hanya menanam benih, kita yang rawat. Apa kau ada saat dia menangis, kau ada saat dia buang air kecil, apa kau ada saat dia berceloteh dan tantrum, apa kau tahu khawatirnya kami saat sosok itu demam, apa kau ada saat dirinya meniup lilin? Tidak bukan! Jadi jangan mimpi dan sombong berkata dia ANAKMU!"

Dayat menghapus airmatanya, membalik tubuh lantas menuju kamar putranya. Yang lain tercengang dengan perkataan Dayat, yang bicara malah kabur tanpa kata. Dayat memang paling sayang dengan Djiwa. Mau seberapa sering Yanto dan Ujang mengasuh, tetap Dayat yang di cari-cari. Ketergantungan Djiwa akan sosok Dayat seperti ikatan timbal balik kasih sayang. Jadilah dia paling tak suka jika ada hal ganjil yang menyeret putranya.

"Maaf jika aku membuatmu terkejut." Dayat membuka pintu kamar Djiwa, dia tahu Djiwa tersentak saat dirinya menerabas masuk, mungkin putranya sedang mencuri dengar semua diskusi para orangtua.

Djiwa mendekap Dayat. "Botuuuu...."

"Ayo temui ayah mu yang lain." Seru Dayat, mencoba menahan tangisnya agar tak luruh.

Deg

Mahendra berdiri melongo, bagai pinang di belah dua, Djiwa adalah gambaran dirinya sewaktu remaja. Djiwa begitu indah tanpa cacat, pahatan ilahi yang luar biasa serupa dengannya. Mahendra tak bisa menunggu, dia mendekati Djiwa berusaha selangkah lebih dekat.

"Anak ku." Mahendra berusaha memeluk djiwa.

Djiwa menepis tangan itu. "JANGAN SENTUH AKU!"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

kanebo mana kanebooo😭😭😭😭🤧🤧

2024-08-12

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Dekati pelan" nanti Djiwa kabur

2024-07-28

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

😭😭😭

2024-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!