9. Boemi Djiwa

"Gak, enak aja bapak kasih nama Rio. Pokoknya Yanto nggk setuju!" Tolak Yanto misuh, mengambil alih bayi nya dari tangan Rini.

"Ya siapa yang minta persetujuan mu, orang udah di catet di akte namanya Rio Sujarwo, kalau mau protes udah telat." Jarwo memperlihatkan akte di tangan kanannya.

Untung tak mudah di kelabuhi, Yanto melihat dengan seksama. "Pak, kalau mau nipu usaha dikit lah biar percaya. Itu bukan akte, itu sertifikat rumah, dih malu aku kalau jadi bapak."

Bayi makhluk suci pembawa keberuntungan, kala Jarwo kesal dan melempar bantal sofa ke arah Yanto, Rini mencak-mencak. Rini menceramahi Jarwo, bagaimana mungkin suaminya kepikiran melempar barang, sedang Yanto menggendong bayi. Iya kalau Yanto yang kena, kalau bayinya bagaimana. Begitulah sepenggal ceramah ibunya yang sempat ia dengar. Kini Yanto, membawa lari anaknya ke rumah Dayat.

Rumah Dayat hanya berjarak sepuluh rumah dari rumahnya, jadilah Yanto berjalan kaki. Melewati rumah Ujang yang berjarak dua rumah. Ujang tersedak kopi hitam panas, hatinya terluka saat Yanto membalas sapa namun tak mampir. Saat di perhatikan, Yanto membuang muka dan berjalan cepat ke rumah Dayat. Ujang tak perduli dengan noda kopi di kaos dalam, ia berlari menyusul Yanto.

Mendelik, berdiri di hadapan Yanto yang nyaris masuk gerbang rumah Dayat. "Apa-apaan kau?"

"Minggir, bawa bayi ini loh ini, keburu kepanasan kasihan ntar gosong." Dalam hati Yanto tertawa melihat Ujang penuh kesal.

"Mau tipu-tipu? ini jam 9 masih bagus sinar matahari untuk bayi. Aku bodoh, tapi gak belegug banget ah elah." Cerocos Ujang.

"Oh iya ya, yaudah ayo berjemur di teras si Dayat aja." Ajak Yanto, mendahului Ujang.

Mememgang pundak kiri Yanto. "To, kenapa harus ke rumah Dayat, rumah ku lebih dekat loh?"

"Berisik rumah mu." Ujar Yanto.

"Ya tapi minimal mampir semenit lah, aku ternistakan loh ini." Derita Yanto yang punya banyak adik dan saudara di rumah.

"Ah, biasnya kalau maen ke rumah mu kena usir terus malas aku." Gerutu Yanto.

"Sekarang beda, ayo ke rumah ku aja!" Ajak Ujang.

"Hish, mager. Udah yok masuk aja, pegel berdiri terus." Seru Yanto.

Pasrah dengan kenyataan. "Hah, ya sudah lah."

"Assalamualaikum, bude....bude ....bude Yanti?" Ujang dengan ritual memanggil orangtua Dayat keluar rumah.

"Waalaikumsalam...."

Ceklekkk

"Hemm, tau gitu nggak di bukain pintunya. Dayat nggak ada, lagi tempat budenya di desa." Yanti hendak menutup pintu kembali.

Yanto memamerkan bayi tampan, Yanti langsung mengambil alih bayi itu. "E..e...eh, ada ci ganteng, udah mangi yohj. Tium tium dikit ya."

"Eh masuk aja itu Dayat lagi sarapan." Memilih menimang bayi dan memberi asupan vitamin D.

"Kebetulan, ayok sarapan Jang." Seru Yanto.

Ricuh di meja makan Dayat sudah biasa. Rumah Dayat adalah tempat ternyaman untuk berpesta dan kumpul-kumpul. Orangtuanya gaul, mau dengar musik dengan volume tinggi tak masalah. Minimal sampai kena gedor tetangga, baru dikecilkan. Dayat anak bungsu kesayangan keluarga, disayang karena dua kakaknya perempuan dan sudah menikah. Adat Jawa, kalau bukan anak bungsu ya meninggalkan rumah, toh dalam Islam memang perempuan sudah menikah akan ikut suaminya. Dayat pemegang tahta tertinggi di keluarga, meski orangtuanya gaul kadang paling sulit mendapatkan izin saat ada acara adalah izin dari Yanti dan Tanto.

Perut membuncit, Tanto menyeka sisa makanan di mulut, lantas menyalakan rokok di depan tv. Tiga pemuda yang makan terakhir, diperingatkan cuci piring dan membereskan meja makan. Berbagi tugas, tentu saja yang repot tetap tuan rumah. Dayat cuci piring, lap meja makan, dan memasukkan semua sisa lauk. Yanto dan Ujang, ikut mondar-mandir biar terlihat sibuk saja.

"Ah, baru juga sarapan langsung produktif banget cok, bukannya bantuin malah sibuk mondar-mandir, ngapain sih kesini pagi-pagi." Dayat misuh, tak suka akan kehadiran dua sohibnya, dia biasanya santai dengan ayahnya di ruang tv usai sarapan.

"Berhenti mengoceh kau nyaris seperti ibu-ibu berdaster." Yanto mencemooh.

"Tau tuh, cerewet padahal laki, ganti rok dulu sana atuh." Ujang turut mencela.

"Hah, sabar-sabar wong sabar jodohnya cantik." Dayat mengelus dada.

"Haahhahah, Yat kalau dia ya harus mawas diri lah, kau buruk rupa mana mungkin dapat istri cantik." Gurauan Yanto memang selalu begitu.

"Ya Allah, semoga kelak istri ku paling cantik di banding istri mereka, solehah, baik dalam segi apapun hingga Yanto dan Ujang iri tapi tak bisa berbuat apa-apa. Aamiin ya Allah." Doa Yanto meski tak khusyuk tapi serius dari dalam dada.

"Cih mimpi di pagi hari, bangun Yat bangun!" Ujang menoyor dahi Dayat lantas nyelonong pergi ke kamar Dayat.

"Eh bedul, ngapain ke kamar cok?" Dayat lihat tadi kaki Ujang dekil, pasti dia nyeker datang bertamu kemari, jangan sampai rebahan di kasurnya yang baru ganti seprai.

"Rapat paripurna, cus kamar." Yanto mendahului Dayat, menyusul Ujang.

Prasangka buruk kian kuat, Dayat bergegas menyusul keduanya, sampai kamar benar saja Ujang sudah guling-guling di seprainya dengan kaki yang terlihat kumal dan kotor. Kaki Ujang lantas di dupak dengan kuat oleh Dayat. "Cuci kaki dulu sana, benar-benar kaya abis dari sawah."

"Ih kamu mah, lagi pw ini." Tolak Ujang sedikit tak tahu diri.

"Cok, panggilin ibu ku loh ini." Ancam Dayat.

"Iya-iya, hish bawel pisan." Dumal Ujang, berdiri dari ranjang lantas membasuh wajah, kaki dan semuanya.

"Hem, punya teman gilanya nggk ilang-ilang, suruh cuci kaki malah mandi sekalian." Yanto gedeg dengan ulah Ujang.

"Nikmati saja, toh punya kawan rajin mandi enak juga kitanya nggk ke bauan cok." Timpal Dayat, kini sibuk bermain ponsel.

"Lah kayak nggk tau aja, nanti habis mandi pasti langsung obrak-abrik lemari, pinjem kaos, pinjem sandal, parahnya pinjem kancut, hoekk mana bekas nya nggak di cuci dulu langsung pulangin." Celoteh Yanto.

"Woy, denger ya aku tuh. Seger loh bau badan ku, itu itung-itung kenangan dari sahabat." Teriak Ujang sengaja mencuri dengar.

"Nasib-nasib cok, gini amat punya bestot." Dayat mendumal seraya bergerak seolah meninju Ujang yang di kamar mandi.

Pernahkah menanti seorang gadis mandi sampai tuntas. Jika ada pengalaman, pastilah tahu bagaimana jenuhnya menanti itu. Ujang bukan gadis, bukan artis, bukan juga priyayi, seorang bujang kampung yang mandi bagaikan putri solo. Yanto nyaris tertidur, Dayat nyaris menyelesaikan menyembunyikan semua pakaian. Ujang keluar dengan handuk menutupi dada. Dayat tak ingin frustasi seorang diri, kakinya menendang kaki Yanto yang yang menjuntai agar sadar.

Yanto baru saja membuka mulut untuk mengumpat, namun matanya lebih dulu menangkap tampilan Ujang. "Bwhahahahahah, eh neng Ujang...pffttttt kampret."

"Kunaon kamu teh Yanto, orang baru keluar kamar mandi di ketain, gelo ya?" Sewot Ujang.

"Hahahahhah, ya mana nggk ketawa cok, tampilan mu kaya gadis mana mandi juga lama banget cok." Dayat turut berkomentar.

Memang keusilan adalah sebagain dari hidup Ujang, dengan sengaja melepas handuknya. "Yaudah begini saja kalau gitu."

"Njirr gila ah, si Ujang pake lagi woy, aurottttt!" Yanto teriak heboh, dia menghadap Ujang tanpa penghalang.

"Berewok bener si Ujang, serem lah." Dayat melempar Ujang dengan kaos usang miliknya.

Ujang menerima itu, melihat dengan seksama pemberian sahabatnya. "Kaos maneh banyak Dayat, koret teing ngasih yang buluk, ini mah keset di rumah ku."

"Yeh siapa yang nyuruh make, itu buat ngelap lantai cok, salah siapa air seember di bawa keluar. Basah semua tuh lantai." Dayat heran, apa gunanya handuk jika saat keluar tubuh masih banyak aliran air sehabis mandi.

"Udah buru di pel, terus pake baju. kasihan anak ganteng belum di kasih susu, ayo rapat." Yanto tak punya kesabaran lagi.

Dayat naek ke ranjang, duduk di dekat Yanto, secepat kilat Ujang menyusul. Melingkar di atas kasur milik Dayat, Yanto memulai rapat pembentukan nama untuk putra mereka."Jadi ada saran dari kalian nama apa yang cocok untuk anak kita?"

"Hemmm, gimana kalau gabungan nama kita bertiga aja deh." Usul Ujang.

Dayat berpikir, mencoba mencari susunan kata yang bagus dari nama mereka bertiga. "Dauyan, gimana?"

"Doyan weh sekalian, gak ah jelek." Tolak Ujang.

"Yaudah next." Yanto ikut berpikir.

"Uday aja gimana?" Ujang berujar.

"Udang kali ah, lagian norak banget, ganti." Lagi-lagi Yanto menolak.

"Nah, gimana kalau Suyanda? Huruf s nama dari si bayi uyanda gabungan Ujang, Yanto, Dayat gimana?" Kini Yanto yang memberi usulan.

"Yehh, kirain mah lebih bagus taunya lebih norak." Protes Ujang.

"Kayaknya nama kita gak cocok di satuin, ubah gaya aja lah jangan dari singkatan nama kita, daripada tuh bayi menderita pas gedenya, mending cari aman." Dayat berpikir puluhan kali juga tak ada yang cocok jika menyatukan nama mereka.

"Oke gini aja, si bayi kan lahir dari kuburan, nah nama yang berunsur ada kuburannya apa gitu aja kali ya?" Ujang mengetuk-ngetukan jari telunjuk nya di dagu.

"Ah si Ujang benar-benar ya, mana ada orang kasih nama anak dari unsur kuburan, ntar nama anak batu nisan, Kamboja, melati, patok, mayat, pocong, kuntilanak dong. Yang bener ajalah, dah cari yang bener gitu loh Ujang!" Keluh Yanto sembari misuh.

"Eh, tapi bagus juga loh ada unsur kuburan nya, dia kan seolah dilahirkan di atas tanah, dia lahir benar-benar karena anugerah ilahi, siapapun tak akan menduga kalau dia bisa dilahirkan di atas bumi dengan fenomena begitu." Celoteh Dayat.

"Boemi?" Ketiganya teriak bersama dan mantap akan satu kata.

"Nah, iya bener gimana kalau Boemi nyaman, keren dan mewakili semua proses kelahirannya." Komentar Ujang.

"Boemi Djiwa, ibaratnya sosok jiwa yang dilahirkan oleh bumi, bagaimana?" Yanto mengimbuhi nama belakang.

Mereka bertiga saling melempar pandang, berdiri di atas ranjang bersamaan, seolah sepakat telah di jumpai, ketiganya kegirangan. Melompat-lompat sembari meneriakkan nama Boemi Djiwa, berulang sampai tragedi terjadi.

Brakkkkkk

Jebloss

"DAYAT, apa itu?" Yanti yang di teras segera berlari ke kamar putranya, sumber suara gaduh dari sana.

Yanti melongo, tak percaya ranjang anaknya amblas, papanya patah, sedang tiga manusia pujangga garuk-garuk kepala di atasnya. Yanti naik pitam. "KUTU MONYETTT, YAKK KENAPA SUDAH SEGEDE BAGONG LOMPAT DI KASUR, ARGHHHH BERESKAN SEMUANYA!"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Aisyah Christine

Aisyah Christine

kocak banget ni😂😂 nyari nama yg cocok aja segala kuburan dii sebut🤣🤣🤣

2024-08-24

1

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

dasar bapak bapak gak ada akhlak tiap hari bikin rusuh haaaa 🤣🤣ngakak baca nya

2024-08-24

1

Ardi mrongos

Ardi mrongos

bayi tampan memang mengesankan. trio somplak makin keblinger. ibunya dayat ikutan soplak/Facepalm//Facepalm/

2024-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!