15. Borok Dewasa

Tutur kata manusia mencerminkan bagaimana batin sosok tersebut. Jikalau mulut mu kotor, besar kemungkinan hati mu pun demikian. Ribuan kosa kata di dunia, lisan mu hanya melontarkan satu dua tapah kata namun menusuk perasaan orang lain. Berbicara guna melemahkan lawan bicara. Tindakan yang kau anggap biasa, namun punya imbas di hati insan lain. Tak ubahnya makhluk dewasa, remaja seperti Djiwa pun tahu arah pembicaraan manusia terhadap dirinya. Menyanjung untuk menyinggung, bukan perkara sulit tak mengetahuinya.

"Oh rupanya ini juara sekolah SMP negeri 1 di kota kita, sayang bakatnya terkubur di sekolah ini. Harta orangtua kau melimpah bukan, kenapa tak coba peruntungan di ibukota?" Guru honorer, sedari tadi memojokkan Djiwa di sesi perkenalan kelas.

Salah satu murid barisan paling belakang, menginterupsi ingin mengajukan pertanyaan. Guru mempersilahkan. "Wah juragan kampung nih den Djiwa, kalau ke ibukota nanti ya nggk mantep, antek-antek nya disini mana tahan tinggal di kota."

Tawa murid sekelas terdengar miris di telinga Djiwa. Ditelanjangi latar belakang tanpa tahu sebab mereka bertindak demikian. Benar, ada beberapa murid yang sempat satu sekolah dengannya. Besar kemungkinan ada cuap-cuap antar siswa yang menjadikannya manusia paling dibenci saat pertama kali masuk. Waktu masih panjang untuk membuktikan kualitas diri, tapi manusia hanyalah makhluk yang bisa berandai-andai. Djiwa berharap semua bungkam, dan menyikapi dirinya seperti teman-teman SMP bersikap.

Djiwa duduk dengan tatapan kebencian dari beberapa siswa. Memang apa salahnya kalau punya orangtua kaya, apa masalah kalau punya prestasi tapi memilih sekolah di kota kelahiran. Wajar di baginya di cemooh para murid, menjadi kurang ajar saat seorang guru meskipun masih honorer turut melakukan perpeloncoan akan dirinya. Status PNS atau bukan, penting di garis bawahi, sekalinya guru tetaplah guru. Jadi selayaknya bersikap adil tanpa memihak, tak menekan murid walau tak senang.

"Gimana bro sukses nggak perkenalan tadi di kelas." Bagas menghampiri Djiwa yang masih enggan keluar kelas meski bel istirahat pertama berbunyi.

Djiwa menatap Bagas lurus, hanya manusia tengil ini yang betah berteman dengan segala temperamen miliknya. "Terimakasih."

Bagas celingukan cengo, lari keluar kelas, masuk kembali, menatap Djiwa penuh tanya. "Tak ada angin tak ada hujan apalagi tsunami, kenapa tiba-tiba bilang makasih?"

"Ck, kau selalu berlebihan." Djiwa suka sekali dengan tingkah Bagas, punya jiwa lawak yang di pupuk sedari bayi.

"Ah, kau mengalihkan topik, ya walaupun topik sebenernya juga gak keberatan amat kalau di alihkan." Gurau Bagas, tak dapat respon manis dari Djiwa.

"Cih, apa dunia hari ini akan runtuh hingga kau bermuram durja? Ayolah kita sedang melewati masa remaja yang indah, kau tak asik jika terus begini." Protes Bagas, dirinya tak suka Djiwa tak punya semangat di Senin pertama masuk sekolah usai ospek dan pembagian kelas tetap.

"Berapa banyak gadis yang minta nomer telpon mu tadi?" Banyak bicara memang gaya Bagas, dia mudah akrab dan menjalin pertemanan salah satunya karena punya mulut serupa mulut emak-emak.

"Yang ada aku kena bully, udah ah males ngomongin perkenalan, liat sendiri bahkan istirahat aja nggak ada orang nemenin." Djiwa tak bisa berdiam lebih lama dari ini jika dekat dengan Bagas.

"Eh serius? Seorang Djiwa loh ini, bujang idaman sekampung, ganteng iya, pinter iya, bonus kaya raya juga. Ada apa, ada apa sini cerita." Mulai ghibah di pagi hari, sungguh ajakan sesat dari Bagas.

"Entah, tahu-tahu satu kelas seperti benci saja dengan ku, sindiran mereka pedas, aku tak balas belum saatnya bermain sarkas, aku cukup menahan diri, sekarang aku lapar ayo ke kantin." Ajak Djiwa.

"Djiwa ku yang tampan rupawan, lima menit lagi masuk, kenapa baru sekarang ngajak ke kantin, kau tidak tahu apa antrean panjang tadi pas aku lewat." Bagas keberatan.

"Mau ikut tidak?" Tekan Djiwa.

"Ck, kau yang bayar?" Todong Bagas.

"Heleh, memang begitu sehari-hari bukan?"

"Kau bicara seolah-olah aku amat fakir, jangan menghilangkan aku pernah traktir kau juga dong."

"Iya-iya bawel, baperan amat atuh lah."

"Hem, mulai bahasa daerah di bawa-bawa, kita teh lagi di sekolah, pake bahas Indonesia yang baik dan benar atuh."

"Empat menit lagi masuk, kau masih mengoceh tamatlah riwayat istirahat mu."

Bergegas meninggalkan kelas, memburu langkah tiba di kantin sekolah yang jaraknya cukup jauh dengan kelas. Di sekolah ini ada tiga kantin utama di dalam sekolah, dan ada banyak jajanan pangkalan di luar sekolah. Memilih menjangkau kantin terdekat, percaya diri memesan dua mie instan dan es teh manis. Ibu kantin mendelik mendengar itu, sekolah ini cukup ketat, tak hanya pada murid tapi pada seisi sekolah. Membolos di area sekolah adalah hal mustahil. Kedua anak ini memesan di menit-menit terakhir sungguh tak dapat diprediksi nasib kedua murid dan ibu kantinnya.

"Sebentar lagi masuk, kalian tak sempat makan kalau baru pesan." Ibu kantin berusaha menyampaikan.

"Kita dapat dispensasi Bu, kita murid baru soalnya." Sahut Djiwa mantap.

"Oh pantes kirain pada belum tau kalau telat dikit disini kena amuk. Yaudah ibu bikin dulu mie nya ya." Ibu kantin mulai meracik pesanan.

Bagas gusar, duduk tak tenang lantas mencondongkan diri, berbisik di kuping Djiwa. "Heh, emang iya ada dispen?"

"Nggak, udah tenang aja kaya nggk pernah masuk BK aja." Djiwa dengan segala keusilan.

"Aish, kita masih pemain baru disini, jangan bertingkah dulu kalau bisa." Ngeri juga Bagas jika kena sanksi, bundanya sudah mewanti-wanti agar tak kena urusan dengan BK seperti masa SMP.

"Pemain baru bukan berarti kita tak punya kemampuan, sudahlah kau tak mungkin bisa belajar dengan perut keroncongan bukan, jadi jangan bawel, toh kalau kena hukum ada aku, kau tak sendiri." Bobrok Djiwa mengajak Bagas.

Nasib baik, mie masuk lambung dan di terima penuh suka cita. Datang guru honorer pria yang bertugas keliling, kebetulan guru itu yang mengisi kelas Djiwa tadi pagi karena wali kelas berhalangan hadir. Dengan penggaris kayu yang panjangnya kurang lebih seratus centimeter. Tertawa joker mendapati dua siswanya duduk santai di kantin meski suara bel diperdengarkan.

"Wow, emang dasarnya anak juragan, masih baru saja berani bertingkah rupanya." Tersenyum dua senti ke kiri ke kanan empat senti, menyerupai iblis.

Bagas panik, Djiwa sekedar melirik siapa yang menginterupsi seruputan terakhirnya di es teh. "Kau bisa join kalau mau, pilih yang kau suka."

Plakkk

Penggaris kayu mengenai bahu Djiwa. Yang di pukul biasa saja, Bagas yang nyeri kesakitan. "Kau tak apa?"

"Apa kau masih merekam?" Djiwa tak menghiraukan sakit yang dirasa lebih ingin tahu kamera Bagas menyala.

Bagas melirik ponselnya. "Masih."

"Bagus, aku ada bukti untuk di adukan ke ayah biar di urus pihak berwajib." Tutur Djiwa santai.

Guru honorer tersebut geram, ingin hati mencekik Djiwa sayang sedang di rekam. "Semua tahu kau yang salah, murid tak bisa melawan guru."

"Yakin? Toh kau bukan guru, di dunia tak ada guru congkak seperti mu, masih honorer bertingkah, ku harap kau tak jadi PNS seumur hidup." Kesal Djiwa.

"Apa masalah mu, seolah kau berkuasa dan dunia milikmu. Jangan mimpi aku takut dengan mu, aku jauh lebih dewasa dan tahu kemana harus bertindak, kau melawan aturan, kau yang kalah." Guru itu memutar otak membela diri.

"Dewasa, hah kau membuat ku nyaris tertawa. Kau bersekongkol dengan anak kelas melakukan perpeloncoan padaku, aku tak suka itu dan seharusnya orang dewasa tak mudah hasut." Balas Djiwa tak gentar.

"Wow, kau sadar anak kelas tak suka dengan mu, aku bisa dengan mudah meminta mereka lebih mengerjai dirimu, jadi jangan berbangga diri punya video aku memukul untuk memperingati dirimu yang melanggar tatib." Guru tersebut menemukan pencerahan.

"Uang bisa mengubah buaya menjadi cicak peliharaan, kau yakin bersikeras membuat masalah denganku?" Tantang Djiwa.

Sang guru menarik kerah baju Djiwa, dirinya diselimuti emosi. "Kau pikir kau siapa anak kemarin sore bergurau dengan ku, jangan berlebihan sekolah ini bukan milik nenek moyang mu!"

"Eh ..itu..tapi, ketua komite sekolah dengan uang komite tersebar dari keluarga Djiwa, panggil kepala sekolah pasti tak akan memarahi Djiwa seperti bapak." Cicit Bagas takut-takut.

"Kau perlu menjelaskan itu dengan manusia pilih kasih tapi mimpi jadi guru sepertinya. Ayo ke ruang kepala sekolah, dia harus membayar telah membuat kotor seragam ku dengan penggaris kayunya." Seru Djiwa.

Bagas mengekor di belakang Djiwa yang melangkah tanpa pamit. Meninggalkan sang guru yang meninju meja kantin meluapkan kekesalannya. Djiwa ingin sekali mengabaikan kejadian perkenalan tadi pagi, tapi melihat si guru masih cari perkara dengannya Djiwa dongkol. Tak semestinya dia bersikap begitu pada orang yang lebih tua. Namun si tua tak tahu diri, mungkin butuh di nasehati yang lebih tua. Djiwa tak ingin di anak emaskan, tapi sesekali mengambil keuntungan tak masalah bukan.

Guru honorer itu memberikan pengalaman buruk saat penyambutan kelas di tahun pelajaran pertama. Semestinya guru melerai murid saling ejek, bukan menabuh gendang dan menyalakan obor untuk memperluas cemoohan. Bukan Djiwa berhati sempit, tapi jika dibiarkan akan mendarah daging.

"Djiwa, ekhmm kita jadi ke ruang kepala sekolah?" Takut-takut Bagas bersuara.

"Tidak."

"Syukurlah, kau tahu sebenarnya meski kameranya merekam tapi tak mengarah pada kita jadi tak ada bukti kau di pukul." Jelas Bagas.

"Aku juga tak butuh itu, aku hanya menekan makhluk dewasa dengan tingkah bobroknya. Dia menebar kebencian memperbaharui anak kelas untuk bertindak buruk akan diriku, padahal aku sama sekali tak kenal dia." Djiwa akhirnya cerita.

"Ck, tak kenal bagaimana. Dia itu kakaknya Dinar, gadis yang kau lukai hatinya, kau tolak dia, sampai menangis histeris, mungkin ini karma, kakaknya membela sang adik yang terluka." Ujar Bagas.

"Ya terus aku harus apa, menerima cinta adiknya padahal pacaran tak berguna, dangkal sekali pemikiran dia jika benar begitu, lagipula terlalu ikut campur hubungan asmara orang lain tak bagus. Ngomong-ngomong kau menyalahkan ku?" Selidik Djiwa.

"Siap, tuan muda tak pernah salah." Gurau Bagas.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

ohh dendam tohhh...
yukk karungin tuhhh c kk

2024-08-11

0

Ney Maniez

Ney Maniez

mirisss

2024-08-11

0

🍁Diah

🍁Diah

ada kompor nya tuh

2024-08-10

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!