3. Semerah Darah

Perdebatan tak terelakan, saling todong untuk penempatan si jabang bayi. Mereka semua perjaka, apa kata warga jika tahu-tahu punya putra. Jangankan warga, pulang ke rumah masing-masing pun belum tentu selamat. Warga desa sangat kolot, apalagi perihal bayi tak jelas asal usulnya. Adopsi bukan alasan yang tepat, karena bujang mana ada keinginan seperti itu. Heboh juga kalau bicara anak itu anak kuntilanak. Lahiran di atas kuburan, dan mereka tak tega untuk meninggalkan.

"Udahlah ke rumah mu aja Yanto, kau paling buaya diantara kita. Anggap saja ada salah satu selir mu kebobolan." Celetuk Ujang, kepalanya nyaris pecah memikirkan akan di taruh mana bayi ini.

Plakk, sendal jepit yang talinya putus di kuburan semalam mendarat di dahi Ujang. "Aku tak bengal macam kau Ujang. Aku bukan buaya, salahkan ketampanan ini, gadis jadi terkintil-kintil dengan ku."

"Cuihhhh, hoekk bawa asoy nggk Yat pengen muntah." Ujang gumoh mendengar ucapan Yanto, tampan gak ada seperkian persen dari nabi Muhammad saja sombong.

"Jangan tengkar terus, gak ada hasil. Ayo udah balik rumah Yanto aja, dia juga yang inisiatif pelihara nih bayi, tanggung jawab, kita dukung dari belakang." Putus Dayat sepihak, setelah dipikir memang rumah Yanto yang paling bisa menerima.

"Pelihara? Kambing kali di pelihara." Dengus Yanto, sedikit tak terima kata pelihara disematkan untuk si bayi.

"Tau ah si Dayat, dialog trio warkop segala di bawa. Eh, tapi bener juga tuh ayo bawa ke rumah Yanto." Sepakat dengan pendapat rekannya, Ujang menganggukkan kepala, manggut-manggut santar dengan dua jempol di acungkan ke udara.

"Eh..eh...mana bisa begitu, haishhh tunggu dulu jangan maen jalan nyelonong begitu, gak sopan." Misuh Yanto karena Ujang dan Dayat mendahului langkah menuju rumahnya, sedang dia belum siap dengan konsekuensi di hadapkan kedua orangtuanya.

"Syutttt, diem atuh Yanto. Tinggal ikut jalan aja bawel." Ganti Ujang yang misuh, lagipula ditemani kenapa harus takut kena amarah seorang diri.

"Tau tuh, nggak khawatir tuh bayi keburu mati apa." Gerutu Dayat, kali ini lidahnya begitu pedas berujar.

Mempercepat langkah, perkataan Dayat menjadi beban pikir Yanto. Memang asal ucap, tapi bukan tak mungkin hal itu terjadi. Bayi makhluk rentan, tak mengenakan pakaian hanya berselimut sarung, tidak masuk angin saja sudah syukur. Kebelakangkan perihal kena omel dan semacamnya, terpenting menyelamatkan bayi ini dulu. Yanto anak semata wayang, mungkin orangtuanya tak akan marah besar. Toh manusia mana yang bisa meninggalkan bayi di atas kuburan begitu saja. Jika melakukannya, bukan hanya manusia mungkin iblis pun mengutuk perbuatan mereka.

Di pelataran ibunya sedang menyapu halaman begitu syahdu. Daster setengah tiang, rambut diikat dan mengenakan seperangkat sendal jepit, wanita itu menghampiri anaknya yang masuk halaman rumah tergesa. "Ada apa, abis bikin ulah apa lagi kau, berangkat petang, pulang pagi hari, mau jadi apa rupanya kau hah?"

"Syutt, diem dulu Bu, nanti aja kalau mau ngomel, ini urus dulu bayinya." Yanto memperlihatkan bayi yang ia gendong dalam buntalan kain sarung.

Sapu lidi di tangan jatuh begitu saja, Bu Rini lekas mengambil alih bayi yang di gendong secara brutal oleh Yanto. "Astaghfirullah To, ya ngapa gendong bayi udah kaya nyopet beras di sumpetin dalam perut, masih idup nggak nih bayi."

"Astaghfirullah, astaghfirullah, punya anak begooonya nggk abis-abis." Rini berlari masuk rumah meninggalkan tiga perjaka yang bingung.

"Ekhmm, emmm.... emang ada salah ?" Yanto bertanya pada dua sahabat karibnya, menurutnya metode gendong ala kangguru lebih efektif dan mudah di lakukan.

"Udah paling bener, kalau nggk bener kan si bayi protes ya. Udah gak usah dipikirin ayo masuk, kita liat anak kita." Ajak Ujang, menghibur Yanto, toh dia juga tak ada pengalaman menggendong bayi meski punya banyak adik.

"Bener juga, takutnya saking banyak darah sama tanah langsung dimasukin mesin cuci terus di bilas sama emak mu Yanto, tau sendiri udah lama nggk ngurus bayi, ayo cepet masuk." Dayat si lawak bicara.

"Mulut Dayat emang dahsyat, tapi ya kali ibu ku begitu, dia nggk psikopat." Protes Yanto.

"Saking lamanya nggak mandiin bayi, cuma nyuci baju mulu, jadi lupa caranya. Terus nggak mau ribet ya udah masukin mesin cuci aja." Ujang mengarang, otaknya membenarkan celoteh Dayat.

"Kalian berdua sama aja, sama-sama gilanya." Yanto lari meninggalkan Dayat dan Ujang.

"Yeuehhhhh, seenaknya aja. Dia kan paling gila diantara kita ya." Ujang meminta persetujuan Dayat.

"Dih, padahal kamu yang gila, wkwkwkw." Dayat mendorong Ujang sampai jatuh dari posisi berdirinya, lantas lari menyusul Yanto.

"Si Dayat kutu KUPRET, aihh remuk badan jatuh terus mah, ah elah." Keluh Ujang lantas membuntuti teman-temannya.

Rini tergopoh menemui suaminya yang sedang memandikan ayam jantan petarung. Suaminya dengan kaos dalam putih kebanggaan dan sarung sedang jongkok bersiul membelai ayamnya. Terperanjat, karena teriakan sang istri yang bilang punya bayi. Segera menelantarkan ayam sumber kegembiraannya, menghampiri sang istri. Memastikan jika kali ini dia tak di tipu kembali. Pasalnya istrinya itu kerap bilang dapet bayi, waktu di hampiri kalau bukan bayi kucing, bayi marmut, anak ayam, pernah juga anak kelinci. Jarwo trauma dengan prangkap Rini.

Melihat bayi dengan lumuran darah yang mengering di badan. Ari-ari dan tali pusar masih tersambung. Jelas sekali ini bayi ditemukan dalam keadaan terbuang. Tanpa pikir panjang, Jarwo mengajak istrinya untuk memandikan bayi tersebut. Bayi laki-laki yang begitu tampan, dimandikan oleh Jarwo dengan telaten dan cekatan. Jarwo berkumis sangar, tapi dia terlatih memandikan bayi. Dia kakak tertua dari sebelas bersaudara, dia di tuntut untuk bisa segalanya. Dulu dia lebih mahir ketimbang istrinya untuk memandikan Yanto.

"Ganteng banget Bu, nemu dimana?" Jarwo membawa si bayi dengan balutan handuk, lantas meletakkan bayi di atas ranjang Yanto. Memandikan bayi tersebut, dan memerintahkan tugas untuk masing-masing perjaka.

"Bahasa mu nem..." Ucapan Rini terpotong karena trio rusuh masuk berebut.

"Mana anakku?" Yanto bersuara paling pertama, setelah berhasil menerobos pintu kamarnya sendiri.

"Ini perlengkapan bayi, minjem punya Adila bayinya teh Hasna, maaf ya nak pake baju perempuan dulu, gak apa yang penting kamu tetap tampan." Dayat menyerahkan minyak telon, baju dan bedong yang ia pinjam dari tetangganya atas saran Rini. Tugasnya telah usai, meski harus dapat pertanyaan segunung dari tetangganya.

"Hah.....hahh....hoshhhhj......ini bidannya siap sunat. Eh, maksud ku anu.....hasihh..nanti dulu masih ngos-ngosan." Ujang yang ditugaskan memanggil bidan desa, harus menunggu bidan usai mandi, untung dia tak ada niat mengintip tadi.

"Euhh, bocah semprul emang ya. Minggir biar Bu bidan tangani dulu. Sana keluar mandi dulu, badan kaya abis main perosotan di kebon haji Icah." Rini mengomeli trio perjaka yang datang nyaris bersamaan, padahal di tugaskan pada titik koordinat berbeda.

"Apasih Bu, aku mau liat semua tentang anakku." Yanto menyela ucapan ibunya, meski lelah karena berbelanja Yanto tetap harus tahu perihal anak bujang nya.

"Tau tuh si ibi mah nggak pengertian, kita sebagai bapaknya nggk terima kalau di gituin ah." Ujang turut protes.

"Ckk, emang gak ada yang bener selain aku kok Bu. Udah kalau mau liat diem jangan ribut, sini ngumpul sebelah sini jangan disitu kasian bayinya butuh oksigen, bau keringat kalian." Dayat sedikit dewasa kali ini hingga semua orang yang kenal hanya bengong tanpa perlawanan langsung pindah sisi ranjang lainnya.

Bidan melakukan pekerjaan dengan profesional, mengecek kondisi bayi dan memisahkan tali pusar yang masih menempel dengan plasenta. Bayi itu begitu anteng dan tak rewel sama sekali, matanya berbinar teduh dan penuh kegembiraan. Raut wajahnya begitu bahagia, dan dia bermain dengan jemari mungilnya. Tak ada drama tangis di tengah penanganan yang di lakukan bidan. Berakhir mulus, barulah bidan memberi arahan pada Rini.

"Bu, ini di ganti kasa steril sehabis mandi di bagian pusarnya. Jangan di kasih bedak ya Bu, terus jangan di kasih obat merah juga, biar cepat lepas pusarnya." Saran Bidan.

"Oh gitu, bukannya pakai obat merah cepet kering ya Bu?" Rini memastikan.

"Ibu ih, orang bidannya sekolah jangan di bantah dengerin aja. Ya gak neng Tasya." Yanto berkedip genit, lagian ibunya sakit apa saja obatnya cuma Paracetamol dan obat merah selalu.

"Oh ya Bu Rini, satu lagi kalau bisa tak perlu di pakaikan gurita. Kasihan bayi masih nafas pakai pernafasan perut kalau diikat dengan gurita dia tak nyaman." Jelas Tasya.

"Pantes, dulu Yanto nangis mulu ternyata begitu." Beo Rini, ingat dosa terlalu kencang memakaikan gurita pada Yanto.

"Eh..ehh....dia haus tuh, ih mana Yanto susunya, tadi kamu kebagian jatah beli susu bayi kan?" Rini baru ingat setelah bayinya haus, dan terus berusaha menghisap jemarinya.

Langkah secepat jaringan di bawah tower sinyal, Yanto keluar kamar mengambil diaper dan susu bayi pesanan ibunya. Dia mengambil tugas berbelanja karena hanya dia yang punya uang. Tak mungkin Dayat dan Ujang, mereka tak bawa dompet dan repot kalau kembali ke rumah lebih dulu, pasti kena ceramah. Jadilah dia mengalah mengambil tugas paling sulit. Bagaimana tak sulit, karena dia harus mencari ke supermarket terdekat. Sedangkan yang paling dekat saja berjarak lima kilometer dari rumahnya.

"Ini Bu pake yang mana dulu?" Ada empat palstik besar di tenteng oleh Yanto ke dalam kamar.

Rini hanya bisa mlongo, tak ada suara yang bisa ia keluarkan selain mata nyaris keluar dari tempatnya. Nafas tercekat, tak percaya putranya sebodoh itu. Benar diminta membeli susu, tapi tidak dengan semua merk di borong. Belum lagi diaper, siapa yang mau pakai segala ukuran di beli.

"Kau beli segitu?" Tanya Rini penuh penekanan.

"Ehh, jangan marah begitu dong Bu, tenang aja di depan masih ada sepuluh plastik lagi untuk popoknya, terus kalau susu cuma ada 5 plastik lagi, pinterkan aku Bu, siapa dulu Yanto." Bangga Yanto membusungkan dada.

"Asdffjfllfllll, YANTOOOOO!!! KEMBALIKAN ITU SEMUA!"

"Hushh ngawur, ini aja di bantu mobil swalayan loh Bu, karena borong dan cuma bawa motor. Balikin kesana ya mana bisa." Tolak Yanto.

"Ini terlalu banyak siapa yang mau pake?" Celetuk Tasya.

"Eh, masa sih. Aduh masa kebanyakan, gak apa bisa di pake sampe gede." Yanto ngenyir kuda.

"Arghhhh, KAU SAJA YANG PAKE POPOK YANTO, HARUS KAU PAKAI." Murka Rini.

"Ya males loh Bu, apasih teriakan ibu bikin takut bayiku." Padahal bayinya anteng saja.

"Gila aku lama-lama, bangkrut ini namanya." Rini frustasi.

"Ih orang beli pake uang Yanto." Dumal Yanto.

"DIAM KAU SUMBER MASALAH!"

"SETIAP PAGI KAU PAKAI POPOK ITU, IBU NGGK MAU TAHU, KALAU TIDAK CORET DARI KK!!!!!"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ardi mrongos

Ardi mrongos

trio warkop bkn dapat kesaktian malah dapat amanah memelihara bayi/Grin/

2024-08-24

1

Alvian

Alvian

yap, pelihara itu bayi. jangan tinggalkan sendiri kasihan

2024-08-24

1

Raka saputra

Raka saputra

wajarlah mereka takut, kan masih perjaka kok punya anak/Facepalm/

2024-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!