7. Kicauan Djiwa

"Eh tunggu dulu, jadi waktu itu kesurupan beneran apa gimana itu Botu?" Memotong cerita orangutannya.

"Ya mana ada kesurupan, yang ada kesemutan, lagian orang sidang bukannya cepet apa gimana ini malah adu telepati, yaudah mending tipu-tipu aja ya kan." Bangga Dayat mengingat bisa melakukan penipuan besar kala itu.

"Hahahah, tapi mantep kan kena sembur Mbah Kum, hih nggk ke batang gimana tuh aroma." Yanto ingat semburannya tepat di muka.

"Bacin, beuh rasanya udah mandi air tujuh sumur juga gak ilang tuh aroma." Dayat, kejang-kejang saking penasarannya malah mencium bekas semburan Mbah Kum, setelahnya dia tak doyan makan.

"Lagian segala kesurupan, tapi kalau di pikir-pikir pas mungut Djiwa kita keren ya." Cerocos Ujang.

"Emang Djiwa sampah apa, bahasanya di pungut." Sewot Djiwa mengomentari Ujang.

Djiwa terdiam sejenak, lantas ingat cerita orangtuanya kala itu. "Eh, katanya pas di kuburan cari ilmu, jadi dapet nggk ilmunya?"

"Rawarontek, pancasona, panasonic, Pancasila, semua bablas, yang ada dapat harta karun, kita dapat kau, amalan ajian ngawur semua, udah puasa 40 hari, taunya juga nggk berhasil, setan alas emang Mbah Kum tipu-tipu kita anak muda." Dayat, sudah pede kala itu, dia bahkan mengajak musuh bebuyutan kelahi, yang ada babak belur.

"Ya lagian hari gini masih mau nuntut ilmu, yang paling bener nuntut ilmu mah di sekolah atuh." Djiwa puas sekali dengan jawaban Dayat.

"Udah belum ini nanyanya, mau lanjut cerita nih." Yanto yang mengabarkan semua mulai tak sabar dengan segala pertanyaan putranya.

Djiwa menguap. "Hoamm, maaf para orangtua ku yang sedikit terhormat, aku harus tidur siang dulu, kalian kalau mau kerja, kerja dulu, nanti dua jam lagi kemungkinan aku bangun, mandi lalu mengaji, ceritanya habis pulang ngaji aja."

"Kau menunda Botu menguras kolam nila hanya untuk ini?" Dayat tak percaya, sampai dia berlarian karena takut Djiwa pundung tahunya di kerjai, Dayat geram tingkah usil Djiwa menurun dari Yanto.

"Maaf Botu, Djiwa ingin dengar lebih banyak, tapi Djiwa kalau tak tidur siang di marah nenek." Penyelamatan diri, nenek adalah malaikat yang tak bisa di lawan ayahnya.

"Ya udahlah pulang dulu." Dayat pamit meski masih dongkol.

"E...e...kok Djiwa di tinggal?" Dayat yang sampai di daun pintu kamar Ujang menghentikan langkah.

"Apalagi sekarang?" Dayat, sedang sibuk dengan urusan kolam, kenapa anaknya malah sibuk cari perhatiannya.

"Ya ini kan giliran tidur siang di rumah Botu, ayo gendong aku, aku sudah ngantuk." Merentangkan tangan minta gendong belakang.

Hancur rasanya tulang belulang Dayat, sudah berlarian menuju rumah Yanto, lantas di ajak ke rumah Yanto sejenak. Sedikit bercerita, kini diminta menggendong putranya sampai ke rumah. Dari semua ayah, Dayat favoritnya Djiwa. Dayat tipikal perjaka yang minim emosional. Dia piawai mengendalikan amarah, dia tak sekalipun berkata kasar pada Djiwa. Djiwa selalu manja dengannya, Dayat kadang kerepotan, namun Dayat tak tahu saja kedekatan keduanya membuat iri Yanto dan Ujang.

Dayat menepuk tangan Djiwa yang merangkul lehernya. Tak ada sahutan, di dapati Djiwa tertidur dalam gendongan. Perlahan menurunkan ke ranjang, agar dia tak terbangun. Membenahi posisi Djiwa agar lebih nyaman, memberi kecupan di dahi, Dayat mengucapkan Doa. Hal yang terus dilakukan Dayat jika dapat tugas menjaga Djiwa. Mengingat banyak hal gaib yang bersangkutan dengan putranya, Dayat lebih hati-hati, minimal membaca doa tidur dan ayat kursi agar Djiwa di jaga malaikat saat lelap.

Djiwa sempat hilang saat umur belum genap setahun, menggemparkan semua orang. Djiwa di ambil kuntilanak yang melahirkannya. Warga mengira di curi Wewe gombel, sejatinya Djiwa di asuh ibunya sendiri. Hubungan darah beda alam ini begitu rumit, bersyukur sekarang bisa ditangani dengan apik. Dayat mendoakan untuk kehidupan akhirat ibu dari putranya setiap saat.

Djiwa membuka matanya lebar-lebar usai Dayat meninggalkannya seorang diri di kamar. "Pergilah, kau tak takut dengan doa ayahku."

"Aku tak butuh kau, bisakah kau tak mengganggu manusia, aku tak suka keberadaan mu, kau bukan orangtuaku, aku tahu kau hanya penipu, dasar makhluk rendahan." Djiwa berkata lirih, mengusir sosok yang menyerupai ibunya yang telah tiada.

Sosok itu menangis pilu, berusaha mendekati Djiwa yang berbaring di ranjang, naas tubuhnya melebur saat menyentuh area ranjang. Doa yang di panjatkan Dayat ampuh. Djiwa menghela nafas berat. "Hah, samapi kapan ini semua berakhir, aku sungguh lelah."

Waktu berangsur mengikuti pergerakan matahari, sore pun datang dengan segala kehangatan. Djiwa dengan tas kecil, Al-Qur'an di tangan kanan, bersepeda ke TPA terdekat. Meski nyaris masuk SMA, di desa masih banyak yang gemar mengaji. Meski tak semuanya bertujuan untuk lebih dekat dengan ilahi, mereka beragam usia namun bersukacita bersama. Imam masjid dan ustadz begitu dekat dengan anak-anak, menjadi kebahagiaan tersendiri saat mengaji di bawah naungan mereka.

"Djiwa melamun lagi, tidak ikut teman-teman bermain di pelataran TPA?" Ustadz Imran mendapati satu muridnya di pojokan TPA hanya memandang keluar tanpa berkedip.

Djiwa menoleh, dia kaget menarik perhatian sang ustad. "Tidak ustadz, aku sedang menunggu giliran mengaji."

"Kalau begitu kenapa tak menyahut saat di panggil, sekarang giliran Djiwa loh." Ujar ustadz.

Djiwa gelagapan, dia terlalu hanyut dalam lamunan. "Astaghfirullah, maaf ustadz Djiwa kurang ion."

"Yaudah mengaji disini saja tak usah ke depan, kau paling terakhir, lekas buka Alquran mu, sebentar lagi magrib datang." Ustadz tak repot memintanya pindah tempat.

Djiwa mengaji dengan lancar, dia sudah khatam berkali-kali, namun tetap di minta mengaji. Djiwa tahu meski tak di beri tahu, Djiwa yang dekat dengan sang pencipta guna tolak bala. Tak sedikit jin yang menggodanya, Djiwa sukar menempatkan diri kala itu, namun semua hantu pun tak ugal-ugalan seperti sekarang mendekatinya. Jika dulu hanya sebatas menampakkan diri, sekarang mereka berani bersandiwara dan menyesatkan. Djiwa berharap imannya tak akan goyah meski dihantam hal gaib setiap harinya. Dia menutup itu rapat seorang diri, ketiga ayahnya tak ada yang tahu.

"Waalaikumsalam, kau sudah pulang rupanya, ayo masuk nak." Tanto senang kini giliran Djiwa menginap di rumahnya.

"Kek, Botu mana?" Tetap saja Dayat yang dicari sehabis dari manapun.

"Loh kan tadi sebelum kau berangkat sudah bilang mau antar bibit ikan dulu, sebentar lagi juga pulang." Jelas Tanto.

"Kek, telpon kalau pulang beli martabak di pengkolan haji Icah ya, terus sekalian bawa bowan dan boti kita mau bahas yang belum selesai tadi siang." Djiwa menatap penuh harap.

"Martabak saja? Sekalian dengan bebek bakar tidak? Tawar Tanto, tak suka Djiwa kehilangan beberapa kilogram berat badannya karena ujian sekolah.

"Hemm, boleh deh kalau kakek memaksa, sambelnya terasi pakai rampai mentah aja kek." Request sekalian kalau begitu, jangan tanggung-tanggung kalau kata Djiwa mah.

Adzan bersahutan, isya telah datang tapi Dayat tak kunjung datang. Djiwa sudah mondar-mandir di depan rumah, sampai membuat mata tetangga pusing di buatnya. Djiwa baru sepakat masuk rumah saat, Yanto datang atas perintah Tanto. Disusul Ujang yang sekalian berpakaian lengkap hendak ke masjid. Mereka mengajak Djiwa jama'ah di Masjidil Aqsha. Pemuda yang dekat dengan Tuhan karena punya anak gaib yang menyadarkan jika akhirat itu nyata. Djiwa membawa keberkahan hidup bagi ketiganya.

"Huh, Botu sedih sekali tak di ajak sholat bareng." Dayat mendumal baru saja anak dan kedua sahabatnya pulang dari masjid.

"Salah sendiri lama." Sewot Djiwa.

"Gimana nggk lama, kan Botu kesayangan mu lagi pdkt sama janda sebelah loh Djiwa." Sindiran Yanto mengena di hati Dayat.

"Syutt, ngawur aja, jangan ngomong begitu di depan Djiwa." Tegur Dayat.

"Gak masalah loh Botu, Djiwa udah tahu loh jandanya. Kemaren Djiwa sama teman-teman malah minta jambu di depan rumahnya, cantik sih, baik juga, tapi kok ya JANDA." Cerocos Djiwa membuat mulut para ayah menganga.

"Djiwa sotoy, nggak ada janda-jandaan ya, hayuk makan martabak, sama bebek bakar pesanan mu." Dayat mengalihkan persoalan janda.

"Asik makan bebek, hayok Djiwa." Antusias Ujang tinggi.

"Ck, buat Djiwa aja orang cuma satu, kalian nyemil martabak aja." Dipatahkan oleh Dayat.

"Udah jadi juragan empang loh Yat, astaghfirullah masih aja koret kamu mah." Ujang tak jadi makan bebek.

"Korat-koret, heuh seenaknya aja kalau ngucap, dah nggak usah makan martabak kalau gitu." Larang Dayat.

Buru-buru Ujang menyahut. "Eh, enggak-enggak. Ayok masuk keburu malam."

Malam itu ketiganya makan martabak di depan Djiwa yang makan bebek dengan lahap. Lantas melanjutkan cerita yang ditanyakan selalu oleh Djiwa. Bercerita sampai sang putra terlelap.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Aisyah Christine

Aisyah Christine

siapa nyangka Djiwa bisa liat yang kasat mata tanpa sepengetahuan bapak²nya... tapi keren deh djiwa mau mendekatkn dgn Allah

2024-08-24

1

Ardi mrongos

Ardi mrongos

lah alat elektronik dijadikan jampian pulak/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-08-24

1

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

djiwa pasti lah lihat makhluk tak kasat mata dia kan anak nya mba kun kun semoga djiwa menerima kenyataan lahir di dalam kubur 🤭

2024-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Tegang
2 2. Kuntilanak Lahiran
3 3. Semerah Darah
4 4. Haram Yang Halal
5 5. Bertanya Pada Bapak
6 6. Duduk Peristiwa
7 7. Kicauan Djiwa
8 8. Fiktif Yang Nyata
9 9. Boemi Djiwa
10 10. Interaksi Djiwa
11 11. Kuntilanak Pundung
12 12. Zalina Rumi
13 13. Bayi Ziarah
14 14. Pesugihan Bayi
15 15. Borok Dewasa
16 16. Wali Djiwa
17 17. Maling Rupa
18 18. Mimpi Djiwa
19 19. Simpang Siur
20 20. Mahendra Kesuma
21 21. Kadaluarsa
22 22. Awal Jumpa
23 23. Gadis Manis
24 24. Rupa Cinta
25 25. Trio Tantrum
26 26. Ketupat Rindu
27 27. Janda Bohay
28 28. Gundah Gulana
29 29. Dahi ke Hati
30 30. Setan Alas
31 31. Barisan Ayah
32 32. Kelahi
33 33. Taman Gaib
34 34. Antara Fakta Dan Dusta
35 35. Rawat Inap
36 36. Hantu Rumah Sakit
37 37. Kisah Kasih
38 38. Persaingan Ketat
39 39. Balik Kampung
40 40. Gelang Mistis
41 41. Warisan
42 42. Ibu Tiri
43 43. Djiwa Yang Hilang
44 44. Tuan Akar Bahar
45 45. Ningsih dan Aryo
46 46. Cinta Satu Malam
47 47. Berpacu Dalam Cinta
48 48. Sandaran Hati
49 49. Mukjizat Keihklasan
50 50. Canggung
51 51. Bakti Djiwa
52 52. Mie Pelipur
53 53. Nia
54 54. Masa Remaja
55 55. Mendadak Dukun
56 56. Ifrit Muslim
57 57. Gadis Tumbal
58 58. Pawon Balatak
59 59. Kinerja Jantung
60 60. Tuan Turun Tangan
61 61. Anak Asuh
62 62. Azab Allah
63 63. Pesona Pesugihan
64 64. Dahsyatnya Lidah
65 65. Incaran Jin
66 66. Benteng Diri
67 67. Pusaka Kiai
68 68. Alih Sukma
69 69. Penguasa Raga
70 70. Kiprah Jin
71 71. Rukun Pasien
72 72. Pulang Paksa
73 73. Mendadak Jadi Manten
74 74. Malapetaka Bubur
75 75. Sekawan Lara
76 76. Joko Sembung Bawa Golok
77 77. Doa Malam Pertama
78 78. Derita Pengantin Baru
79 79. Bocoran Neraka Surga
80 80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81 81. Rumah Darah
82 82. Darah Daging Psikopat
83 83. Beradu Pandang
84 84. Hilang
85 85. Kehampaan
86 86. Remaja Kurang Paham
87 87. Kebahagiaan Akhirat
88 88. Takdir Hidup
89 89. Pelayat Ghaib
90 90. Tujuh Hari Kematian
91 91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92 92. Ampun Sepuh
93 93. Haruan Tanaka
Episodes

Updated 93 Episodes

1
1. Tegang
2
2. Kuntilanak Lahiran
3
3. Semerah Darah
4
4. Haram Yang Halal
5
5. Bertanya Pada Bapak
6
6. Duduk Peristiwa
7
7. Kicauan Djiwa
8
8. Fiktif Yang Nyata
9
9. Boemi Djiwa
10
10. Interaksi Djiwa
11
11. Kuntilanak Pundung
12
12. Zalina Rumi
13
13. Bayi Ziarah
14
14. Pesugihan Bayi
15
15. Borok Dewasa
16
16. Wali Djiwa
17
17. Maling Rupa
18
18. Mimpi Djiwa
19
19. Simpang Siur
20
20. Mahendra Kesuma
21
21. Kadaluarsa
22
22. Awal Jumpa
23
23. Gadis Manis
24
24. Rupa Cinta
25
25. Trio Tantrum
26
26. Ketupat Rindu
27
27. Janda Bohay
28
28. Gundah Gulana
29
29. Dahi ke Hati
30
30. Setan Alas
31
31. Barisan Ayah
32
32. Kelahi
33
33. Taman Gaib
34
34. Antara Fakta Dan Dusta
35
35. Rawat Inap
36
36. Hantu Rumah Sakit
37
37. Kisah Kasih
38
38. Persaingan Ketat
39
39. Balik Kampung
40
40. Gelang Mistis
41
41. Warisan
42
42. Ibu Tiri
43
43. Djiwa Yang Hilang
44
44. Tuan Akar Bahar
45
45. Ningsih dan Aryo
46
46. Cinta Satu Malam
47
47. Berpacu Dalam Cinta
48
48. Sandaran Hati
49
49. Mukjizat Keihklasan
50
50. Canggung
51
51. Bakti Djiwa
52
52. Mie Pelipur
53
53. Nia
54
54. Masa Remaja
55
55. Mendadak Dukun
56
56. Ifrit Muslim
57
57. Gadis Tumbal
58
58. Pawon Balatak
59
59. Kinerja Jantung
60
60. Tuan Turun Tangan
61
61. Anak Asuh
62
62. Azab Allah
63
63. Pesona Pesugihan
64
64. Dahsyatnya Lidah
65
65. Incaran Jin
66
66. Benteng Diri
67
67. Pusaka Kiai
68
68. Alih Sukma
69
69. Penguasa Raga
70
70. Kiprah Jin
71
71. Rukun Pasien
72
72. Pulang Paksa
73
73. Mendadak Jadi Manten
74
74. Malapetaka Bubur
75
75. Sekawan Lara
76
76. Joko Sembung Bawa Golok
77
77. Doa Malam Pertama
78
78. Derita Pengantin Baru
79
79. Bocoran Neraka Surga
80
80. Amarah Dalam Kebahagiaan
81
81. Rumah Darah
82
82. Darah Daging Psikopat
83
83. Beradu Pandang
84
84. Hilang
85
85. Kehampaan
86
86. Remaja Kurang Paham
87
87. Kebahagiaan Akhirat
88
88. Takdir Hidup
89
89. Pelayat Ghaib
90
90. Tujuh Hari Kematian
91
91. Wanita Angkuh Kesayangan Warga
92
92. Ampun Sepuh
93
93. Haruan Tanaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!